Mohon tunggu...
Andrew William Surya Handaya
Andrew William Surya Handaya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

Hanya seorang pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terjunnya Artis dari Dunia Hiburan ke Kursi Politik, Baik atau Buruk?

21 November 2024   18:40 Diperbarui: 21 November 2024   18:44 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern ini, semakin banyak artis yang terjun ke dunia politik, menciptakan fenomena menarik yang mengubah lanskap politik di berbagai negara. Fenomena ini sering kali dipicu oleh popularitas dan pengaruh yang dimiliki oleh para selebriti, yang mampu menjangkau audiens luas melalui media sosial dan platform publik lainnya. Banyak artis merasa terpanggil untuk berkontribusi dalam perubahan sosial dan memberikan suara bagi masyarakat yang kurang terwakili. Misalnya, di Indonesia, sejumlah penyanyi, aktor, dan presenter telah memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif atau bahkan posisi eksekutif, membawa visi dan misi mereka ke arena politik.

Tentunya, terjunnya mereka ke dunia politik sering kali tidak membawa respon positif dari masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa seorang selebriti yang terjun ke dunia politik hanya untuk mendapatkan engagement atau perhatian yang lebih besar. Banyak juga yang berpikir bahwa seorang selebriti yang bahkan tidak memiliki gelar pendidikan di bidang pemerintahan atau politik, tidak cocok berada di kursi politik. Ada dua contoh dari seorang artis yang terjun ke dunia politik. Kedua contoh ini menuai respon yang berbeda dari masyarakat. 

Salah satunya adalah Komeng. Komeng merupakan seorang mantan komedian yang melegenda. Dia adalah orang yang terkenal dengan kelucuannya yang ikonik. Dia kini menjabat sebagai seorang anggota DPR. Hal ini meraih perhatian publik. Dia terpilih dalam pemilihan DPD Jawa Barat dengan suara terbanyak karena fotonya yang konyol pada saat pemilihan.

Di kursi DPR, Komeng berusaha untuk menggabungkan pengalaman hiburannya dengan tugas legislatifnya. Dia aktif menyuarakan isu-isu yang relevan bagi masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan sosial. Hal yang menarik adalah seorang komedian dapat bekerja sebagai wakil rakyat dengan baik. Namun, masih ada beberapa orang yang bersekolah tinggi dan jabatan tinggi tidak dapat mendengarkan suara rakyat dengan baik.

Menurut saya, keberadaan komeng merupakan sebuah gertakan baru di Indonesia. Mulai dari pemilu kemarin, orang-orang seperti artis mulai memasuki kawasan politik. Komeng yang merupakan seorang legenda komedian di Indonesia. Melihat seseorang sepertinya menjadi badan legislatif yang menurut saya seharusnya memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi mengenai hal politik. 

Komeng terpilih sebagai anggota DPD tanpa dukungan dari berbagai media. Komeng tidak melakukan kampanye besar-besaran seperti kebanyakan artis lainnya. Komeng terpilih bermodalkan foto dirinya saat pemilihan yang tidak normal untuk seorang yang mencalonkan sebagai wakil rakyat. Saya kira awalnya semua orang untuk pemilihan itu harus foto dengan gaya sopan dan rapi. Namun ternyata hal ini tidak berlaku untuk Komeng.

Komeng mendapatkan respon positif dari masyarakat walaupun dirinya duduk di posisi DPD sebagai seorang wakil rakyat. Sedangkan di sisi lain, ada Marshel Widianto, seorang komika yang mencalonkan diri sebagai bakal Wakil Walikota Tangerang Selatan. Dirinya menghadapi respon negatif dari sebagian masyarakat saat mengumumkan niatnya untuk terjun ke dunia politik. Banyak yang meragukan kapasitasnya sebagai calon pemimpin. Mengingat latar belakangnya sebagai seorang entertainer yang tidak memiliki pengalaman politik yang signifikan. Kritikan ini menjadi semakin tajam ketika publik menilai bahwa popularitasnya di dunia hiburan tidak serta merta menjamin kemampuan dalam mengelola pemerintahan. 

Beberapa pihak menganggap pencalonannya sebagai bentuk pragmatisme politik dari partai yang mengusungnya. Partai Gerindra, yang lebih mementingkan daya tarik publik daripada kompetensi. Selain itu, ada juga anggapan bahwa artis seperti Marshel hanya memanfaatkan momen untuk meningkatkan engagement dan popularitas pribadi, bukan karena dedikasi untuk melayani masyarakat. Respon ini mencerminkan kekhawatiran masyarakat akan kualitas pemimpin yang berasal dari kalangan selebriti. Di mana mereka berharap agar calon pemimpin memiliki pemahaman mendalam tentang isu-isu sosial dan politik yang dihadapi oleh masyarakat.

Kedua contoh ini menunjukan bahwa tidak semua artis diterima di dunia politik. Namun, keberhasilan Komeng dalam mendapatkan respon baik dari masyarakat adalah sebuah fakta bahwa artis juga bisa terjun di dunia politik dan menjalankan tugasnya dengan baik.

Dari kacamata saya sebagai penulis, saya merasa bahwa seorang entertainer atau artis seharusnya berada di ranah mereka sendiri dan tidak mengusik dunia politik. Hal ini dikarenakan mayoritas artis tidak memiliki kompetensi di bidang politik. Namun, bukanlah hal yang tidak mungkin jika seorang artis ingin terjun ke dunia politik. Namun, harus dengan syarat bahwa dirinya memiliki kompetensi, komitmen dan juga kejujuran agar duduk di kursi politik bukanlah sekedar untuk mendapatkan engagement namun benar-benar untuk membantu masyarakat dan membantu menciptakan Indonesia yang lebih maju dan lebih baik. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara harus bisa memilih individu yang cocok untuk duduk di kursi politik dan berharap mereka memiliki kemampuan dan komitmen dalam menjalani tujuan mereka untuk memajukan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun