Mohon tunggu...
Andrew Shem
Andrew Shem Mohon Tunggu... Dokter -

Medical Doctor, Digital Entrepreneur, Travel & Food Blogger, Prestidigitator, Musician, Cinephile, and LFC Kopites. Visit My Travelblog! http://Travelfore.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tentang Urtikaria, Penyakit Alergi ‘Tanpa Sebab’

14 April 2016   11:13 Diperbarui: 14 April 2016   11:21 4988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="www.vemale.com"][/caption]

Pernah mengalami gatal yang datang tiba-tiba padahal Anda tidak merasa makan sesuatu yang membuat kulit alergi? Jika pernah mengalami hal ini, bisa jadi Anda menderita urtikaria. Dalam bahasa sehari-hari, orang sering menyebut gejala ini sebagai “biduran” alias penyakit alergi yang sangat mengganggu. Penyebabnya sulit terdeteksi karena faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat banyak. Namun secara ringkas, penyakit ini disebabkan karena lemahnya sistem kekebalan di dalam tubuh dan adanya infeksi virus serta ditambah dengan alergi makanan.  Biasanya muncul saat seseorang sedang demam, sumeng, pilek, nyeri punggung, dan tubuh pegal-pegal.

Sebagai penyakit yang umum, diperkirakan 3,2 – 12,8% dari jumlah populasi pernah mengalami urtikaria. Ciri-ciri penyakit ini adalah timbulnya bentol berwarna merah, memutih bila ditekan, dan tentunya rasa gatal. Urtikaria bisa berlangsung secara berulang-ulang. Durasinya sendiri berlangsung beberapa jam sampai beberapa minggu. Umumnya kurang dari enam minggu. Urtikaria akut merupakan biduran yang penyebabnya dapat diketahui dan durasinya kurang dari enam minggu. Sementara urtikaria kronik berulang penyebabnya tidak bisa dideteksi dan bisa berlangsung lebih lama daripada yang akut. Biasanya terjadi selama bertahun-tahun.

Terkadang (atau malah sering) dokter memvonis seseorang yang mengalami urtikaria karena alergi saat pilek dan batuknya berkepanjangan. Namun penyebabnya sendiri tidak bisa dijelaskan secara detail. Mencari penyebab alergi merupakan yang sangat sulit baik bagi dokter maupun penderita itu sendiri.  Urtikaria sendiri bisa diklasifikasikan berdasarkan etiologi. Berdasarkan etiologi, urtikaria dibagi menjadi imunologi, anafilaktoid dan penyebab fisik. Reaksi imunologi dapat diperantarai melalui hipersesitivitas tipe I, II dan III. Kalau reaksi anafilaktoid dapat disebabkan oleh angioedema herediter, aspirin, zat yang menyebabkan lepasnya histamin seperti zat kontras, opiat, pelemas otot, obat vasoaktif dan makanan (putih telur, tomat, lobster). Dan secara fisik, urtikaria dapat berupa dermatographia, cold urticaria, heat urticaria, solar urticaria, pressure urticaria, vibratory angioedema, urtikaria akuagenik dan urtikaria kolinergik.

Urtikaria timbul saat pagi dan malam hari di mana debu saat itu masih sangat sedikit. Ini untuk membuktikan bahwa debu bukanlah penyebab utama dari urtikaria. Malah ketika siang hari, di saat debu sedang banyak-banyaknya malah keluhan akan alergi berkurang. Apa yang membedakan antara urtikaria dengan gangguan kulit lainnya? Kalau biduran, timbul dalam waktu 5 hingga 7 hari. Sedangkan alergi kulit biasa hanya berlangsung 3 hingga 6 jam saja.

Jika dari faktor makanan, jenis makanan seperti apakah yang bisa  menimbulkan urtikaria? Biasanya jenis makanan laut (seafood). Contoh makanan yang sering menyebabkan alergi adalah udang atau cumi. Namun jika ingin mengetahui apakah Anda alergi terhadap makanan tertentu, bisa dengan melakukan skin tes. Meski demikian, efeknya bisa terasa setelah 8 jam lebih. Jika Anda makan seafood dan “baik-baik” saja, silahkan ditunggu karena memang efeknya tidak instan. Kalau sudah terdeteksi, maka Anda haru menghindari makanan-makanan tersebut agar tidak mengalami urtikaria lagi.

Meski saat ini kemajuan teknologi semakin pesat dengan ditemukannya berbagai macam obat, namun ternyata kasus-kasus alergi juga ikut meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan alergi bukanlah pada pengobatannya, melainkan pada penyebabnya. Berbagai diagnosis tidak benar-benar secara akurat menemukan penyebab alergi kulit.  Dampak alergi selain kulit adalah gangguan pernafasan. Faktor lain yang mempengaruhi urtikaria adalah genetik, imaturitas saluran cerna (ketidakmatangan saluran pencernaan dalam tubuh) serta paparan kontak terhadap penyebab alergi.

So, saat Anda tiba-tiba merasakan urtikaria, ada baiknya menghindari makanan seafood serta hindari kontak langsung dengan  sumber alergi.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun