Mohon tunggu...
Andrew Shem
Andrew Shem Mohon Tunggu... Dokter -

Medical Doctor, Digital Entrepreneur, Travel & Food Blogger, Prestidigitator, Musician, Cinephile, and LFC Kopites. Visit My Travelblog! http://Travelfore.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apa Itu Dermatitis Atopi alias Eksim Anak?

14 April 2016   05:18 Diperbarui: 14 April 2016   06:54 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi: parents.com"][/caption]Anda punya anak yang masih kecil? Perhatikan perilakunya, apakah ia sering mengalami kegatalan dan sering terganggu tidurnya? Jika iya, bisa jadi anak Anda telah mengidap dermatitis atopik (DA) yang dikenal dengan istilah penyakit eksim. Gejalanya, selain kulitnya kering dan gatal, juga timbul peradangan di dalam tubuh. Biasanya sekitar 10 hingga 20 persen anak mengalami gejala ini dan terjadi pada usia di bawah satu tahun. Dan setelah itu, muncul tahapan berikutnya dari penyakit ini dan sebelum usia lima tahun penderita akan sembuh dari eksim. Meski demikian, ada pula anak yang menderita DA ini hingga dewasa.

Tanda-tanda seorang anak menderita eksim dilihat dari misalnya mereka sering mengalami kegatalan yang disertai ruam kemerahan pada bagian-bagian tertentu di tubuh. Dampaknya, anak menjadi rewel, mudah menangis atau menjerit dan sering susah untuk didiamkan. Bahkan mereka suka menggaruk-garuk badannya sampai lecet. Kalau malam pun mereka susah untuk tidur. DA ini merupakan penyakit kulit reaksi inflamasi yang dipengaruhi oleh faktor herediter dan lingkungan. Secara umum gejalanya adalah eritema, papula, vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang sangat hebat. Bila terjadi residif, penderita akan mengalami infeksi atau alergi.

Bagi anak yang menderita DA, biasanya mereka cenderung menderita asma atau alergi lain. Berdasarkan hasil penelitian, dalam kurun waktu 20 hingga 30 tahun prevalensi dermatitis atopik pada anak-anak telah meningkat hingga 10 persen. Faktor lingkungan seperti semakin banyaknya makanan olahan, bahan kimia industri serta benda-benda asing lainnya menjadi penyebab utamanya. Secara statistik, wanita lebih cenderung rentant terhadap DA dengan rentang usia 1-4 tahun (untuk anak) dan 25-44 tahun untuk dewasa.

DA memiliki beragam nama. Terkadang disebut sebagai eksema atopik, eksema dermatitis, prurigo Besnier dan juga neurodermatitis. Berapa lamakah penyakit ini menetap? Tergantung. Seiring dengan bertambahnya usia, lama kelamaan DA bisa sembuh dengan sendirinya. Namun ada pula yang menetap terus menerus hingga dewasa. Jika saat bayi menderita DA yang cukup berat dan lama, maka besar kemungkinan penyakit ini akan terus hinggap di tubuh sampai bayi tersebut dewasa. Agar tidak mudah kambuh, penderita harus selektif dalam memilih sabun, deterjen dan pakaian. Hindari bahan pakaian yang berserat kasar dan panas. Jika harus tinggal di daerah yang dingin, usahakan menggunakan pembungkus tubuh yang nyaman karena cuaca ekstrim bisa merangsang DA untuk kambuh kembali.

Apa yang memicu munculnya dermatitis atopik ini? Hampir 40 persen bayi dan anak yang menderita DA karena punya riwayat alergi terhadap makanan.  Selain itu, disebabkan juga karena alergen hidup seperti tungau debu, bulu binatang yang dipelihara di dalam rumah maupun jamur. Oleh karena itu, bagi para orang tua, menjaga kebersihan rumah serta higienitas makanan bayi adalah syarat mutlak untuk mencegah bayi menderita DA. Perhatikan pula selimut atau spreinya, jangan sampai terbuat dari bahan yang seratnya kasar agar kulit bayi tidak tergores saat ia tidur.

Untuk mempercepat proses penyembuhan, baik pada bayi maupun dewasa, pertama jaga terus agar kulit tetap dalam keadaan lembab, jangan kering. Caranya bisa dengan menggunakan salep kortison berminyak. Bisa juga dengan menggunakan minyak mandi di dalam bathtub dengan cara mengoleskan setelah mengeringkan tubuh dengan handuk. Kulit akan tetap dalam kondisi lembab. Hindari memakai sabun untuk daerah yang memang mengalami kondisi DA. Termasuk juga jika Anda senang mandi dengan air hangat. Jangan sampai air tersebut terlalu panas sehingga berbahaya buat kulit.

Selamat mencoba!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun