Mohon tunggu...
Andre Widiartanto
Andre Widiartanto Mohon Tunggu... Guru -

Merah Putih. 30s. Mungil. Kutu Buku. Senin Kliwon. Gemini. Kerbau Kayu. O+. Milk not Coffee. Phlegmatic. Auditory.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kaum Terpelajar Itu...

15 Agustus 2016   14:28 Diperbarui: 15 Agustus 2016   14:36 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam tulisan saya sebelumnya, saya telah meracau tentang kaum terpelajar masa kini. Namun sejujurnya, saya belum mendapatkan jawaban yang dapat memberi kelegaan. Maka dalam tulisan ini, saya coba untuk membahas: apa yang salah ya?

Dalam tulisan sebelumnya, saya agak terkurung oleh frame berpikir: daya juang dan kerja keras. Maka saya akan mengambil pendekatan dari sisi seberang: kerja cerdas. Wow!

Kenyataan di lapangan, kelompok yang berhasil survive di era persaingan global saat ini adalah mereka yang punya pendekatan hack & crack. Permasalahannya, mungkinkah menyisipkan skill ini ke dalam jenjang pendidikan formal.

Jawaban yang paling masuk akal adalah skill ini: entrepreneurship! Yup. Skill ini memang memiliki banyak unsur di dalamnya. Namun, satu unsur yang ingin saya tonjolkan adalah tentang keterampilan mengambil peluang.

Dari sini, ada sedikit titik terang. Teknis yang mestinya dibudayakan di dalam bangku sekolah adalah kemampuan analisis masalah dan problem solving.

Sejatinya, pendekatan ini bisa menjadi solusi "sambil menyelam, minum air". Selain tujuan eksplisit di atas, model belajar ini sekaligus berpeluang besar untuk menghadirkan pembelajaran yang bermakna di dalam kelas. Dengan ini, siswa menjadi tertarik secara sadar untuk melakukan aktivitas belajar.

Masalahnya di lingkungan kita, siswa yang kritis mungkin akan berpikir: yang membuat berbagai masalah di sekitar kita ini kan orang-orang dewasa, mengapa kita yang direpotkan untuk mencari jawabannya?

Maka sikap "sadar sosial" yang tinggi menjadi unsur lain yang harus ditumbuhkembangkan untuk mengakselerasi model belajar ini.

Bagaimana? Bisa tidak ya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun