Dalam tulisan saya sebelumnya, saya telah meracau tentang kaum terpelajar masa kini. Namun sejujurnya, saya belum mendapatkan jawaban yang dapat memberi kelegaan. Maka dalam tulisan ini, saya coba untuk membahas: apa yang salah ya?
Dalam tulisan sebelumnya, saya agak terkurung oleh frame berpikir: daya juang dan kerja keras. Maka saya akan mengambil pendekatan dari sisi seberang: kerja cerdas. Wow!
Kenyataan di lapangan, kelompok yang berhasil survive di era persaingan global saat ini adalah mereka yang punya pendekatan hack & crack. Permasalahannya, mungkinkah menyisipkan skill ini ke dalam jenjang pendidikan formal.
Jawaban yang paling masuk akal adalah skill ini: entrepreneurship! Yup. Skill ini memang memiliki banyak unsur di dalamnya. Namun, satu unsur yang ingin saya tonjolkan adalah tentang keterampilan mengambil peluang.
Dari sini, ada sedikit titik terang. Teknis yang mestinya dibudayakan di dalam bangku sekolah adalah kemampuan analisis masalah dan problem solving.
Sejatinya, pendekatan ini bisa menjadi solusi "sambil menyelam, minum air". Selain tujuan eksplisit di atas, model belajar ini sekaligus berpeluang besar untuk menghadirkan pembelajaran yang bermakna di dalam kelas. Dengan ini, siswa menjadi tertarik secara sadar untuk melakukan aktivitas belajar.
Masalahnya di lingkungan kita, siswa yang kritis mungkin akan berpikir: yang membuat berbagai masalah di sekitar kita ini kan orang-orang dewasa, mengapa kita yang direpotkan untuk mencari jawabannya?
Maka sikap "sadar sosial" yang tinggi menjadi unsur lain yang harus ditumbuhkembangkan untuk mengakselerasi model belajar ini.
Bagaimana? Bisa tidak ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H