Mohon tunggu...
Andre Widiartanto
Andre Widiartanto Mohon Tunggu... Guru -

Merah Putih. 30s. Mungil. Kutu Buku. Senin Kliwon. Gemini. Kerbau Kayu. O+. Milk not Coffee. Phlegmatic. Auditory.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kapan ya Indonesia Bisa Paperless?

24 Oktober 2012   03:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:28 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13510462182046034358

Karena terinspirasi tulisan Thinking Before Printing: Mikir Dulu Sebelum NgePrint, saya tergelitik untuk menuliskan topik yang sama. Saya seringkali membaca kata paperless di situs2 luar negeri. Di dalam negeri sendiri sepertinya perlu diadakan dan dikampanyekan tentang gerakan Menuju Indonesia Paperless. Apa alasannya? Tinta Saya awali dulu dengan masalah tinta. Anda mungkin tidak tahu, tinta printer adalah cairan termahal di dunia! Hoax? Coba lihat ilustrasi ini (klik untuk memperbesar gambar): [caption id="attachment_219599" align="aligncenter" width="300" caption="Harga tinta printer dibanding cairan lainnya (Sumber: 9gag.com)"][/caption] Jadi harga di luar sana (tinta asli pabrik): $5.500 per liter, setara dengan 52 juta rupiah per liter! Untungnya di Indonesia banyak usahawan kreatif dan inovatif yang bisa memproduksi tinta lokal yang harganya rata2 100 ribu rupiah per liter. Itu pun (hampir) setara dengan harga madu kualitas sedang! Kertas Sebagian kita mungkin tidak tahu, bahkan tidak mau tahu, bahwa bahan baku kertas adalah kayu. Artinya untuk menghasilkan kertas, pabrik kertas harus menebang pohon dengan jenis dan kualitas tertentu (jenis tanaman keras yang biasanya ada di hutan). Semakin banyak kebutuhan akan kertas artinya semakin banyak pohon yang akan ditebang. Sudah banyak artikel tentang perusahaan kertas "nakal", salah satunya bisa dibaca di Situs Mongabay Indonesia. Saya yakin konsumen di Indonesia belum menerapkan pemilihan merek produk dengan alasan untuk mendukung/tidak mendukung kegiatan produksi pabrik tertentu. Siapa juga yang mau repot2 meneliti pabrik kertas ini produknya ini dan terbukti ramah lingkungan atau tidak, bukan begitu? Oleh karenanya, solusi paling mudah adalah dengan mengurangi penggunaan kertas. Tentu secara praktis mau/tidak mau harus melibatkan teknologi komputer dan/atau jaringan komputer. Penutup Dengan mengurangi kegiatan mencetak kertas, kita bisa menghemat pemakaian tinta sekaligus pemakaian kertas. Saya sangat mendukung sahabat sekalian untuk mulai mempraktikkannya di lingkungan masing2 di perusahaan, dan lebih2 lagi di lingkungan sekolah (yang mana saya masih menemui tugas2 sekolah yang harus dikumpulkan dalam format hard copy). Sekadar berbagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun