Mohon tunggu...
Andre VincentWenas
Andre VincentWenas Mohon Tunggu... Politisi - Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta

Merilis kajian di bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Panah Fitnah Menghujam Jokowi, Gibran dan Kaesang PSI, Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu

29 Desember 2023   14:12 Diperbarui: 29 Desember 2023   14:18 1471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: TribunNews.com, Politik.RMOL.Id

Panah Fitnah Menghujam Jokowi, Gibran dan Kaesang PSI, Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu

Oleh: Andre Vincent Wenas

Memosisikan diri seolah hidupnya bakal terancam (dizolimi) padahal dalam kenyataannya tidak pernah digubris (dicuekin) oleh Jokowi. Begitulah nasib Eep Saefulloh Fatah.

Dia terus berkoar-koar, namun Jokowi melenggang dengan santainya. Anjing menggonggong kafilah berlalu.

Di era Jokowi, kebebasan berpendapat benar-benar faktual, bukan wacana belaka. Orang boleh berkoar-koar ala Rocky Gerung dan besoknya pergi melenggang dengan bebas ke seminar naik Kereta Cepat yang diresmikan oleh orang yang mereka kritik (atau bahkan hina?).

Jokowi ini kenyang dengan 1001 fitnah yang menimpa dirinya. Mulai dari tuduhan antek Cina, PKI, ijazah palsu, politik dinasti sampai neo-orba. Semua tuduhan itu jelas ngawur, sekedar pelampiasan amarah lantaran ambrolnya elektabiltas capres maupun parpolnya.

Fitnah tidak berhenti sampai Jokowi. Sekarang Gibran dan akhirnya Kaesang pun jadi sasaran. Sebelumnya Bu Iriana pun tak luput jadi sasaran empuk kaum sakit hati. Boby Nasution sudah lebih dulu dipecat gegara mendukung lawan politik parpolnya.

Tapi terhadap Jokowi nyali mereka ciut. Dobel standar atau multiple-standard, tergantung situasi dan kondisi praktis yang dihadapinya.

Jokowi jelas terlalu besar dan wibawanya terlalu agung, mau coba main-main dengan itu maka terimalah kenyataan elektabilitasnya yang semakin ambrol.

Maka pilihan paling masuk akal adalah "bertobat" dan kembali ke "jalan yang benar". Mereka akhirnya mengklaim kembali kandidatnya sebagai "Jokowi 3.0" atau yang "Paling Jokowi". Tapi waktu tinggal satu setengah bulan lagi, ya tak apalah. Biar terlambat asal tidak terhambat. Mending jadi bubur dari pada masuk kubur.

Survei terakhir khan sudah mengindikasikan urutannya jadi yang paling bontot. Padahal yang tadinya paling bontot cuma sekedar menonton saja, tak berbuat apa-apa. Lantaran tak ada yang bisa diperbuat selain selepet sana dan selepet sini.

Gibran yang tadinya dikira hanya bisa plonga-plongo berhasil membalikan keadaan. Yang jadi plonga-plongo justru lawan debatnya.

Gibran lincah bicara program apa yang bakal dilakukannya, sementara lawan debatnya hanya bicara laporan kasus hukum yang masuk ke meja kerjanya. Pokoknya sulit dan berat deh urusannya. Mungkin ide soal selepet sana dan selepet sini bisa juga ada manfaatnya disini.

Akhir-akhir ini Kaesang pun jadi sasaran fitnah. Kaesang dan PSI diketahui paling getol bicara soal RUU Perampasan Aset koruptor, soal korupsi BTS, dan lain-lain.

Barusan ada isu yang ditiupkan bahwa pengembalian duit 27 miliar yang diduga dari Dito Ariotedjo (Menpora) itu ada kaitannya dengan Kaesang. Tuduhan itu lantaran diduga Kaesang ada keterkaitan dengan Dito. Ilmu kait mangait ini memang ampuh lantaran bisa mengaitkan siapa saja yang pernah kenal atau foto bareng.

Wah pengembangan gosip poltik yang kemudian jadi isu politik yang gurih digoreng oleh para politisi kacangan bikin ruang publik semakin polluted (penuh polusi). Mengipas kabar bohong yang semakin absurd.

Kita mungkin perlu belajar dari Jokowi dengan kiatnya, "anjing menggonggong, kafilah berlalu." Terus berbuat baik. Pakai saja "Triple Filter Test" dari Sokrates, truthfulness, goodness dan usefulness. Apakah itu benar? Apakah itu baik? Apakah itu bermanfaat? Sejarah yang akan membuktikan keampuhannya.

Survei terakhir beberapa lembaga malah menunjukan indikasi approval-rate Jokowi stabil di kisaran 75%-80%. Begitu pula elektabilitas Gibran yang terus meroket. Kaesang dengan PSI-nya di survei Litbang Kompas dari 0,8% di bulan Agustus 2023 jadi 2,6% di bulan Desember 2023, mengalami peningkatan lebih dari 3 kali lipat!

Politik kegembiraan, politik baik. Truthfulness, goodness, usefulness. Biarkan anjing-anjing pudel itu menggonggong dengan lucunya.

Jakarta, Jumat 29 Desember 2023

Andre Vincent Wenas,MM,MBA., Direktur Eksekutif, Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun