Panah Fitnah Menghujam Jokowi, Gibran dan Kaesang PSI, Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu
Oleh: Andre Vincent Wenas
Memosisikan diri seolah hidupnya bakal terancam (dizolimi) padahal dalam kenyataannya tidak pernah digubris (dicuekin) oleh Jokowi. Begitulah nasib Eep Saefulloh Fatah.
Dia terus berkoar-koar, namun Jokowi melenggang dengan santainya. Anjing menggonggong kafilah berlalu.
Di era Jokowi, kebebasan berpendapat benar-benar faktual, bukan wacana belaka. Orang boleh berkoar-koar ala Rocky Gerung dan besoknya pergi melenggang dengan bebas ke seminar naik Kereta Cepat yang diresmikan oleh orang yang mereka kritik (atau bahkan hina?).
Jokowi ini kenyang dengan 1001 fitnah yang menimpa dirinya. Mulai dari tuduhan antek Cina, PKI, ijazah palsu, politik dinasti sampai neo-orba. Semua tuduhan itu jelas ngawur, sekedar pelampiasan amarah lantaran ambrolnya elektabiltas capres maupun parpolnya.
Fitnah tidak berhenti sampai Jokowi. Sekarang Gibran dan akhirnya Kaesang pun jadi sasaran. Sebelumnya Bu Iriana pun tak luput jadi sasaran empuk kaum sakit hati. Boby Nasution sudah lebih dulu dipecat gegara mendukung lawan politik parpolnya.
Tapi terhadap Jokowi nyali mereka ciut. Dobel standar atau multiple-standard, tergantung situasi dan kondisi praktis yang dihadapinya.
Jokowi jelas terlalu besar dan wibawanya terlalu agung, mau coba main-main dengan itu maka terimalah kenyataan elektabilitasnya yang semakin ambrol.
Maka pilihan paling masuk akal adalah "bertobat" dan kembali ke "jalan yang benar". Mereka akhirnya mengklaim kembali kandidatnya sebagai "Jokowi 3.0" atau yang "Paling Jokowi". Tapi waktu tinggal satu setengah bulan lagi, ya tak apalah. Biar terlambat asal tidak terhambat. Mending jadi bubur dari pada masuk kubur.