Ada yang Gentar dan Ketakutan dengan Bacawapres "Bocil Alias Anak Ingusan". Memalukan!
Oleh: Andre Vincent Wenas
Menjelang pengumuman oleh KPU pada Senin, 13 November 2023 kemarin sempat diwarnai oleh segerombolan orang yang ingin menggagalkan Gibran sebagai kontestan bacawapres. Rupanya ada yang takut alias gentar dengan bacawapres "bocil dan anak ingusan". Memalukan.
Lucu memang, dugaan tentang ketakutan mereka semakin terbukti. Pada esok harinya (Selasa) KPU melakukan pengundian nomor urut. Satu untuk pasangan Anies-Muhaimin, dua untuk Prabowo-Gibran, dan tiga untuk Ganjar-Mahfud.
Semua parpol pengusung dan pendukung hadir dan bergembira. Semua bisa menerima setiap pasangan, beda dengan gerombolan kemarin yang menggunakan alasan bacawapres inkonstitusional-lah dan sebagainya yang dipakai sebagai alasan pembenaran aksi jalanan mereka.
Padahal KPU hanya bergerak berdasarkan hukum. Dan semua prosedur hukum yang berlaku sudah dijalankan. Maka KPU tinggal menyelesaikan soal nomor urut capres-bacawapres.
Tapi gerombolan ini, yang dicurigai digerakan oleh mereka yang ketakutan gegara tendensi hasil jajak pendapat hampir semua lembaga mengindikasikan jagoannya melorot terus posisinya.
Sehingga kesan yang timbul malah aksi mereka semata-mata tampak hanya ingin memaksakan kehendak sendiri. Tapi seperti biasa selalu mengatasnamakan kehendak rakyat.
Aksi jalanan yang memakai jargon "bacawapres inkonstitusional" tapi mau menggagalkan pasangan capres-bacawapres yang sah secara konstitusional untuk ditetapkan oleh KPU, sebuah lembaga negara yang juga sah secara konstitusional. Aneh dan lucu memang mereka ini.
Oleh karena itu mari hentikan aksi-aksi konyol dan sama sekali tidak simpatik seperti itu. Segera kita geser isu publik ke arena adu-gagasan.
Kita sudahi "operasi-operasi gelap" sementara pihak yang mau main "playing victim" demi memperoleh simpati publik. Ini soal baliho di beberapa daerah. Pihaknya yang pasang sendiri, lalu mencopot sendiri (menggunakan proxy) yang kemudian melakukan kampanye hitam terhadap pemerintah yang dikatakan tidak netral.
Seperti ini adalah taktik kuno yang tidak pernah efektif. Apalagi dihadapan generasi milenial dan gen-z yang kritis dan tidak gampang ditipu dengan aksi "playing victim" yang cengeng macam begitu. Bakalan cuma disenyumin dan dijogetin saja oleh mereka. Tidak digubris sama sekali.
Dari pada buang-buang energi untuk hal-hal yang seperti itu, lebih baik dipakai untuk berpikir keras merumuskan pola tindak terbaik yang perlu.
Adu gagasan bukan adu perasaan, begitu kata Jokowi.
Jakarta, Rabu 15 November 2023
Andre Vincent Wenas,MM,MBA., Direktur Eksekutif, Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H