Kami Muak! Mari Berpolitik dengan Riang Gembira
Oleh: Andre Vincent Wenas
Hasil survey trend politik yang dilakukan banyak lembaga riset per November 2023 menunjukan peningkatan yang semakin signifikan untuk keunggulan pasangan Prabowo-Gibran.
Qodari mengatakan keunggulan ini ditunjukan dari hasil survey beberapa lembaga dengan skor 6 banding 1. Enam Lembaga mengunggulkan pasangan Prabowo-Gibran dan hanya satu yang tidak. Yang satu itu pun semua tahu kemana arah afiliasi politik keberpihakannya. Jadi ya dimaklumi saja.
Ternyata benarlah hipotesa yang mengatakan bahwa rakyat sudah lelah dengan politik pecah-belah, sombong dan jumawa. Ini sekaligus jadi bukti bahwa fitnah dan hujatan lawan politik kepada Pak Jokowi (juga pada keluarganya) itu ditolak rakyat.
Approval-rate yang 75%-80% adalah angka yang terlalu kuat untuk diutak-atik demi mendiskreditkan Jokowi. Semua tahu itu, siapa mau mencoba bermain-main dengan "hard-fact" seperti ini malah akan benjol sendiri.
Rakyat terindikasi sudah semakin rasional dalam mempertimbangkan perkara. Kampanye yang dirancang untuk mendiskreditkan Kaesang, PSI dan tentu mengarah ke Jokowi bertema "Kami Muak" yang mengambil setting latar belakang baliho Kaesang/PSI ternyata berhasil membuat masyarakat benar-benar muak dengan kempanye hitam model itu.
Efek negatifnya malah berbalik kepada si aktor kampanye hitam itu sendiri. Sebaliknya, simpati pada Kaesang, PSI dan Jokowi malah semakin menguat. Setiap hari kabarnya orang yang "log-in" ke PSI (karena faktor Kaesang) sudah ribuan di seluruh Indonesia. Termasuk diaspora yang ada di manca negara.
Dan seperti sudah dikatakan diatas, bukti survey politik terhadap elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran juga justru semakin kokoh.
Beberapa pihak "mencurigai" pasangan "Opa dan Cucu" (begitu ledekan para buzzer lawannya Prabowo-Gibran) justru bakal menang satu putaran. Wuih! Semakin dihina malah semakin dapat simpati. Fenomena yang aneh tapi nyata.
Panah-panah fitnah dan hinaan pada Prabowo-Gibran bertubi-tubi datangnya. Fitnah soal cawapres inkonstitusional-lah, capres pelanggar HAM, penculik-lah, dan kisah-kisah hinaan lama terhadap Prabowo yang didaur ulang demi pembenaran kandidatnya sendiri.
Padahal publik melihat sendiri bukti bahwa tokoh-tokoh di Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran adalah para jenderal yang dahulu berada di posisi "Dewan Jenderal" yang memberhentikan Prabowo.
Dan Prabowo sendiri adalah mantan pasangan Megawati dalam kontestasi pemilu yang lalu, sehingga bisa ditanyakan langsung ke Megawati atau petugas partai lainnya mengenai kredibilitas politik Prabowo. Ini logika politik yang tak perlu IQ tinggi untuk mencernanya. Gampang sekali.
Debat kusir mengenai masa lalu Prabowo yang dipanasin berulang kali membuat adonan fitnah macam itu tak laku di pasar. Ibarat nasi goreng yang sudah dipanasin berulang kali sampai-sampai kompor dan wajannya saja kalau bisa berteriak mereka bakal berseru "Kami Muak!".
Karena itu, marilah kita hentikan kampanye hitam seperti itu, mari berpolitik dengan riang gembira. Kita semua bersaudara, ini kontestasi antar anggota keluarga sendiri kata Pak Jokowi.
Banyak agenda nasional yang mesti kita bela keberlanjutannya: IKN, hilirisasi, perbaikan gizi, pendidikan, kesehatan nasional, dan banyak lagi. Itu semua butuh energi bangsa. Bukan dihabiskan untuk ledek-ledekan.
Jakarta, Sabtu 11 November 2023
Andre Vincent Wenas, Direktur Eksekutif, Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H