Mohon tunggu...
Healthy

Penyakit Berbahaya yang perlu Kita Waspadai

24 November 2017   18:18 Diperbarui: 24 November 2017   18:24 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Halo para kompasianer kembali lagi dengan saya, pada kesempatan ini saya akan memberi tahu tentang penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian janin mau pun ibu dari janin tersebut. penyakit ini adalah eritroblastosis fetalis. Mengapa bisa membunuh janin atau ibu dari janin tersebut? nanti saya akan jelaskan. Sebelum masuk penyakit saya akan memulai dari dasar dari semua ini.

Dasar dari ini adalah darah manusia, darah pada manusia dibagi menjadi 3 yaitu plasma darah, sel darah merah, dan sel darah putih (leukosit).

Plasma Darah

Plasma darah adalah cairan yang berwarna kuning, mengandung 92% air, 7% protein plasma, serta 1% bahan campuran kompleks organik , anorganik, dan gas darah. Fungsi dari plasma darah adalah mengikat nutrisi menjadi glukosa, asam lemak & gliseral, asam amino, dan vitamin B & C. pada protein plasma ada 3 jenis protein plasma yang utama antara lain albumin, globulin, dan fibrinogen.

Sel Darah Merah (eritrosit)

Sel darah merah atau eritrosit memiliki bentuk seperti cakram tetapi memiliki lekukan di tengahnya, bentuk tersebut disebut bikonkaf. Adanya lekukan tersebut membuat sel darah merah ini tidak memiliki inti sel. Isi dari sel darah merah adalah Hb, Hb dapat di pecah (Hem + Fe) + globin. Sel darah merah atau eritrosit dapat ditemukan di sumsum tulang. Jumlah eritrosit pada laki laki 4,2 jt - 5,4 jt sel /mm3 dan jumlah eritrosit pada perempuan 3,8 jt -- 4,8 jt sel/mm3. Fungsi eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen, nutrisi, carbon dioksida. Usia sel darah  merah adalah 120 hari stelah itu sel darah merah akan mejadi rapuh dan pecah.

Sel Darah Putih (leukosit)

Leukosit atau sel darah putih memiliki ciri ciri antara lain, diapedesis atau yang biasa di sebut kemampuan untuk menembus pori pori membran kapiler menuju ke jaringan, bergerak amoboid atau mampu bergerak seperti amoeba, kemotaksis atau mendekati atau menjauhi zat zat kimia, fagositosis atau kemampuan untuk menelan mikroorganisme, benda asing, bakteri dan sel sel darah merah yang sudah tua. Leukosti memiliki 2 jenis yaitu, granulosit dan agranulosit. Granulosit juga di bedaka menjadi 3 jenis menurut warnanya yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil. Agranulosit dibagi menjadi 2 yaitu limfosit ( yang terdiri dari limfosit B dan limfosit T ) dan monosit.

Nah itu adalah penjelasan tentang darah sekarang apa hubunganya dengan penyakit eritroblastosis fetalis ? hal ini berhubungan dengan golongan darah serta rhesus. Golangan darah sendiri diciptakan oleh Karl Landsteiner pada tahun 1930 yang menggunakan system ABO dengan cara ada atau tidak adanya antigen ( aglutinogen ) tipe A dan tipe B pada pemukaan sel darah merah serta antibody ( agglutinin ) tipe ( anti A ) dan tipe ( anti B ) dalam plasma darah. Penggolongan rhesus di temukan oleh Karl Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940. Pengolongan ini menggunakan ada atau tidak adanya aglutinogen ( antigen ) RhD pada permukaan sel darah merah. Individu yang memiliki antigen RhD disebut RhD+, dan pada indivudu yang tidak memiliki antigen Rhd disebut Rhd-. Pada rhesus negatif tidak memiliki aglutinin anti RhD dalam plasma darah tetapi pada saat bertemu RhD+, RhD- menghasilkan atau memproduksi aglutinin anti RhD yang mengandung antigen RhD.

Rhesus darah mempengaruhi pada saat kita mau tranfusi darah.Jika tranfusi darah rhesus negatif dan rhesus negatif tidak akan terjadi apa apa, Lalu bagaimana jika transfusi darah beda rhesus? Pada orang yang meliki rhesus positif jika di transfusi dengan rhesus negatif, pada tranfusi pertama akan tidak terjadi apa apa tetapi jika tranfusi itu 2 atau sampai 3 kali oang yang di transfusikan akan mengalami kematian. Tetapi transfusi yang pertama pun sangat disarankan jangan karena pada saat darah dari orang yang ber rhesus positif masuk ke vena resepien ( orang yang merima, yang memiliki rhesus negatif ) secara otomatis tubuh dari resepien memproduksi aglutinin anti RhD sebaga bentuk perlindungan dari darah yang di transfusikan karena tubuh resepien menangkap bahwa darah dari orang yang ber rhesus positif sebagai benda asing yang mengancam sehingga tubuh resepien membuat pertahanan. 

Mengapa transfusi pertama tidak menyebabkan kematian? Karena pada saat tranfusi pertama darah, anti RhD yang di buat masih dalam skala kecil sehingga tidak terjadi hemolisis tetapi setelah transfuse yang ke 2 atau ke 3 kalinya akan terjadi pembetukan anti Rhd yang sangat banyak sehingga menyebakan hemolisis dan menyebabkan kerja ginjal semakin berat karena hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit yang menyebabkan terlepasnya hemoglobin dan hal ini tidak memperbaik resepien tetapi malah memperburuk dan bias menebabkan kematian seseorang.Nah pada saat ini saya akan melajutkan penjelasan tentang mekanisme kerja penyakitnya.

Mekanisme cara kerja penyakit eritroblastosis fetalis

Cara kerja penyakit ini adalah pada seseorang wanita yang memiliki rhesus negatif mereka tidak mempunyai anti RhD menikah dengan pria yang ber rhesus positif sehingga pada saat mengandung dan rhesus janin adalah positif, ibu dari janin tersebut akan menganggap janin tersebut sebagai benda asing sehingga harus di singkirkan. Itu terjadi pada saat darah dari janin mengalir ke ibunya pada saat penyucian darah karena janin masih belum bisa mengolah darah sendiri, dengan system ini maka darah ibunya dengan darah janin bercampur dan pada tahap ini darah ibunya menganggap bahwa janin sebagai benda asing. Maka pada darah dari ibu janin ini membuat antigen RhD yang dapat menghancurkan sel darah merah janinnya. 

Hal ini menyebabkan pecahnya dan hancurnya sel darah merah pada janin. Dan prosesnya sama seperti pada saat kita tranfusi darah yang rhesusnya berbeda. Setelah itu janin ini akan meninggal di dalam rahim tetapi jika janin ini selamat sampai lahir maka bayi lahir dengan menderita penyakit eritoblastosis fetalis yang antara lain pembekaan hati dan limpa, anemia, penyakit kuning, dan gagal jantung.

 Lalu apakah wanita yang ber rhesus negative tidak bisa memiliki anak atau menikah dengan seseorang ber rhesus positif ? tentu saja bisa, karena tidak ada yang dapat memutuskan cinta seseorang yang sudah mendalam serta mengakar. Lalu bagaimana cara mencegah eritroblastosis fetalis? Setelah penjelasan ini saya dapat membuat pandangan bahwa kelainan ini bisa diatasi, caranya adalah ? mari kita bahas satu persatu. Yang pertama pada saat kondisi dimana tubuh sang ibu belum membentuk antibody, yang dapat diartikan bahwa ini adalah kehamilan pertama dari wanita ini. Lalu pada saat usia kandungan 28 hari, ibu hamil akan di beri injeksi anti D ( Rho ) immunoglobulin, atau yang sering di sebut RhoGam.

Injeksi anti D atau RhoGam ini di berikan untuk menghancurkan sel darah merah janin yang sudah mengalir di dalam tubuh ibu dari sang janin, sebelum sel darah merah janin tersebut  memicu terbentuknya anti bodi dalam tubuh ibu tersebut. dengan cara ini maka tubuh janin atau darah janin tidak mengalir ke ibu dan dengan cara ini maka janin akan terlindungi dari serangan antibodi dari ibu janin.

Ini pada wanita yang baru pertama kali mengalami proses hamil. Lalu bagaimana jika ini adalah hamil ke dua dari ibu itu. Pada kondisi ini tubuh sang ibu sudah membentuk sejumlah besar antibodi. Karena pada saat kehamilan pertama sudah terbentuk antibodi yang di picu dari darah sang janin yang rhesusnya positif.

 Pada kondisi seperti ini, sangatlah susah harus dilakukan penanganan secara khusus terhadap sang janin dalam kandungan karena hal ini adalah hal yang sangat serius. Langkah pertama adalah akan dilakukanya proses scanning ulrasonogrsfi, proses ini sangat berguna unutk memeriksa masalah pernafasan dan predaran darah , cairan pada paru paru, dan pemberanan pada hati. Hal hal  tadi merupakan indikator bahwa janin telah mengalami eritroblastosis fetalis.

Dan proses yang kedua adalah pengecekan aminosintesis. Proses aminosintesis ini akan di lakukan secara berurutan supaya dapat mengetahui dan memantau level anemia pada darah janin. Setelah itu akan di lakukan proses persalinan yang lebih dini, sejauh usia janin sudah cukup kuat untuk bertahan di luaar rahim sang ibu dan di ikuti oleh pergantian darah janin dari donor yang tepat.

 Namun pada saat keadaan yang lebih serius, pada saat janin belum cukup kuat untuk di keluarkan atau bertahan di luar tubuh sang ibu. Maka harus di lakukan transfusi darah pada janin yang berada di dalam rahim agar tidak lagi memicu tubuh sang ibu janin untuk melawan dang janin yang ber rhesus beda, proses ini dilakukan sampai bayi kuat untuk di lahirkan dini.

 Namun dengan cara cara di atas bukan untuk menyembuhkan eritroblastosis fetalis, cara cara di atas adalah cara pencegahan. Karena menurut saya eritroblastosis fetalis tidak dapat di sembuhkan karena eritroblastosis fetalis disebabkan oleh faktor keturunan. Tetapi penyakit ini dapat di cegah dengan cara di atas tadi. Semua di dunia ini tidak ada yang sempurna dan kesempurnaan hanya milik Tuhan saja.

Maka janganlah merasa redah diri karena anda memiliki kekurangan. Dan berterimakasih lah pada orang tuamu karena telah membesarkan anda sampai detik ini dampai bisa membaca artikel saya terutama pada ibumu karena ia telah berjuang mati matian demi mengandung anda dan membesarkan anda sampai harus melahirkan dengan menahan kesakitan yang begitu besar. Dan jangan pernah menyalahkan siapapun termasuk Tuhan karena kamu dilahirkan tidak sempurna, itu adalah anugrah Tuhan yang di berikan kepadamu untuk menjadi contoh bahwa kamu bisa melakukan lebih, dan pernah lupa selalu berterima kasihlah pada Tuhan yang selalu memberikan nafas hidup setiap harinya dan telah member mu hidup sampai sekarang ini.

Nah sekian dari saya semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi anda semua para pembaca dan maaf jika ada salah ketik atau pun salah kat pada artikel saya terima kasih atas perhatiannya samapi jumpa di artikel selajutnya. :v :v :v :v :v 

daftar pustaka

https://en.wikipedia.org/wiki/Hemolytic_disease_of_the_newborn

https://id.wikipedia.org/wiki/Eritroblastosis_fetalis

https://id.wikipedia.org/wiki/Hemolisis

https://en.wikipedia.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun