Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ahok Sang "Whistle-Blower", Sempritannya Memekakkan Telinga!

18 September 2020   23:07 Diperbarui: 11 Oktober 2020   00:12 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukankah dewan komisaris memang bertugas mengawasi dalam kapasitasnya sebagai perwakilan pemegang saham (pemilik perusahaan).

Kedua, soal isu yang dipersoalkan Ahok.

Tanpa berburuk sangka kepada Ahok, kita coba memahami latar belakang omelan celotehannya yang viral. Apa saja isunya?

Soal direksi yang kasak-kusuk melobi Menteri di belakang layar, soal peruri dengan proposal proyek 'paperless' 500 milyar rupiah, soal kebiasaan berutang direksi Pertamina, soal hobi impor minyak, soal remunerasi direksi Pertamina yang tidak wajar padahal sudah dicopot, dan sebetulnya mungkin masih banyak pernik persolan lainnya lagi.

Semua isu itu bukan hal yang baru. Itu semua hal yang sudah kronis dan akut di BUMN nampaknya. Tak pernah ada upaya serius untuk memperbaikinya. Ahok pun kesal.

Ketiga, kenapa Ahok sampai meniup peluit? Dan jadi 'whitle-blower'.

Yang ingin kita soroti adalah mengapa Ahok sampai mesti mengomel dan akhirnya berceloteh di media sosial sampai jadi viral kemana-mana. Kenapa mesti sampai begitu?

Ini nampaknya soal saluran komunikasi dalam manajemen korporasi di lingkungan BUMN yang mampet. Kalau saluran komunikasi manajemen formal di internal suatu korporasi itu sehat, tak perlu ada cuap-cuap di media eksternal korporasi itu sendiri.

Jadi jelas ada sesuatu yang tidak beres di jalur komunikasi manajemen internal Pertamina maupun institusi BUMN itu sendiri.

Sangat mungkin bahwa Ahok sudah cukup berupaya selama ini dan bersabar hati untuk memberi kesempatan sambil menanti reaksi positif atas segala arahan yang telah ia berikan kepada jajaran manajemen Pertamina maupun birokrasi Kementrian BUMN.

Tapi rupanya tak ada respon yang cukup memuaskan. Entah lantaran office-politics yang sarat dengan perbenturan kepentingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun