Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Bertanya, 129 Juta Pemuda Indonesia Saat Ini Mau (Dibawa) ke Mana?

8 Juni 2020   14:45 Diperbarui: 9 Juni 2020   13:23 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak bisa dipungkiri, dengan demikian Pancasila sudah jadi dasar bernegara Indonesia juga sumber tertib hukum, maka Pancasila pun diakui (disepakati bersama) sebagai ideologi nasional.

Maka dengan latar pemikiran itu, kita bisa memahami kegundahan Presiden Joko Widodo terhadap orientasi ideologis generasi muda sekarang. Dimana dalam era kemajuan teknologi informasi, mereka menyerap banyak sekali nilai-nilai (ada ideologi dibelakangnya) dari berbagai macam media.

Narasi-narasi seperti apa yang telah mengekspose (memapar) generasi muda kita? Ini pertanyaan kritik-ideologi yang penting.

Sehingga dengan nada gundah Presiden Joko Widodo meminta dan mengajak agar semua masyarakat sipil yang sadar (tercerahkan) dengan nilai-nilai kebangsaan yang sehat (artinya yang Pancasilais) bisa mengisi (membanjiri) ruang-ruang publik dengan narasi-narasi besar yang juga sehat.

Sehat artinya yang bisa membangun karakter generasi muda. Karakter yang kuat, kritis, mampu berpikir luas dan mendalam, adil sejak dalam pikiran, peduli lingkungan, punya empati solidaritas, berdaya juang tinggi dan tidak takut (berani) menghadapi perubahan jaman. Tidak cengeng, tidak bermental terabas, korup, egois dan mau gampang atau enaknya sendiri saja.

Karakter-karakter yang selaras dengan kelima sila: berketuhanan, berperikemanusiaan yang adil dan beradab, berperikebangsaan (nasionalisme), berjiwa demokratis berdasarkan hikmat dan kebijaksanaannya, berperikeadilan-sosial.

Diperlukan penjabaran yang kontekstual dalam bahasa yang bisa dicerna anak-anak muda. Disampaikan lewat media komunikasi yang juga relevan, artinya yang memang dipakai dan digandrungi oleh generasi muda.

Inilah pekerjaan penting yang mesti dilakukan, kalau kita mau agar generasi muda sekarang yang 129 juta orang itu bisa menghantar Indonesia masuk ke periode emasnya kelak.

Presiden Jokowi berpesan agar lembaga dan kementerian harus tahu apa yang mereka (generasi muda) ini sukai, hati-hati jangan sampai keliru jalur. Mereka sukanya lewat mana kita harus mengerti. Oleh sebab itu kita pun harus tahu mesti bekerjasama dengan siapa saja.

Semua lembaga kementerian, juga BPIP harus tahu mesti mengajak siapa, berpartner dengan siapa saja. Dalam hal ini jelas yang perlu diajak kerjasama adalah para konten kreator, youtubers, selebgram selebtwit, dan yang sejenisnya. Mereka yang ada dalam industri kreatif.

Ini krusial sekali di masa sekarang. Ingat, tugas kesejarahan kita bukan hanya mempersiapkan generasi muda kita agar bisa bekiprah dalam periode emas (tahun 2030 -- 2040). Karena periode emas ini sesungguhnya adalah landasan juga bagi generasi berikutnya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun