Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebangkitan Nasional, Apanya yang Bangkit?

20 Mei 2020   13:36 Diperbarui: 20 Mei 2020   13:33 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya apanya yang bangkit ya? Untuk itu kita mesti sekilas menengok spion historis.

Di buku pelajaran sejarah kita tahu bahwa peristiwa lahirnya Boedi Oetomo 20 Mei 1908 dijadikan simbol/tanda Harkitnas oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres No.316/1959 tertanggal 16 Des 1959. Walau peringatan Hari Kebangkitan Nasional pertama sudah digelar 11 tahun sebelumnya, yaitu pada 20 Mei 1948 di Istana Kepresidenan, Yogyakarta.

Pesan Presiden Sukarno saat itu, bahwa meskipun kita sudah merdeka, namun bahaya tetap mengancam Republik dari segala penjuru.

Walau kita yakini bahwa embrionya sudah mulai jauh sebelumnya,  tanggal 20 Mei 1908 ditetapkan sebagai penanda suatu kegiatan perjuangan anak bangsa, aktivitas pergerakan semasa itu, sampai mendaki puncaknya di tahun 1928 tanggal 28 Oktober, Soempah Pemoeda yang merupakan deklarasi identitas kebangsaan yang satu (nusa, bangsa dan bahasa). Sehingga oleh karenanya ya mesti bersatu sebagai nation

Jadi ini adalah penanda dari proses puncak lahirnya identitas kebangsaan Indonesia. Petandanya (sesuatu yang diberi tanda) adalah proses kebangkitan identitas kebangsaan Indonesia. Dan penanda (tandanya) adalah Harkitnas yang kita peringati (supaya ingat terus) setiap tahun. Peringatan atau selebrasinya bisa berbentuk upacara atau seminar atau diskusi publik di medsos seperti saat ini.

Intinya adalah Jasmerah (jangan sekali-kali meninggalkan sejarah). Kita ada sekarang ini sebagai suatu negara kesatuan lantaran ada yang sebelumnya berproses (berjuang) bersama walau dalam perbedaan (beda suku, beda keyakinan, beda bahasa daerah, dll).

Apa pun bentuk selebrasinya, ada suatu makna penting yang mesti terus diingat dan dirayakan oleh segenap anak bangsa. Terumus dalam sila ketiga, Persatuan Indonesia.

Ini menjadi modal sosial yang amat sangat ampuh. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Kata-kata yang senantiasa jadi 'elan-vital', inspirasi pergerakan anak bangsa.

Oleh karena persatuan disadari adalah simpul kekuatan bangsa, maka justru di titik itulah 'musuh-musuh' NKRI senantiasa mengarah tombaknya. Persatuan selalu jadi sasaran untuk dihancurkan. Isu-isu primordialistik sempit dan cara pandang 'binary-opposition' yang terus menerus ditebar adalah musuh Persatuan Indonesia.

Juga mesti diingat-ingat, bahwa proses kebangkitan nasional pada periode awal abad ke-20 itu terjadi dalam era penjajahan. Situasi tertekan dan tidak bebas, dimana risiko ditangkap bahkan dibunuh senantiasa mengancam para aktivisnya.

Tapi faktanya mereka tidak menyerah. Mereka terus bergerak, 'keep going, moving forward!' Pakai segala akal dan hikmat, jejaring sosial dikerahkan habis-habisan, galang persatuan dari segala penjuru daerah, mengatasi segala perbedaan latar-belakang suku, agama, ras dan aliran kepercayaan. Ke-eka-an Indonesia dibangun di atas ke-bhineka-annya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun