Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Laudato Si, Solidaritas Merawat Bumi

15 Mei 2020   03:40 Diperbarui: 15 Mei 2020   14:44 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyayangi bumi dengan merawatnya bersama-sama mulai dengan hal-hal yang sederhana di sekitar kita. Kebersihan diri sendiri, rumah sendiri, halaman, fasilitas umum, kebersihan kota, dan seterusnya.

Pandemi Covid-19 ini ternyata juga kembali mengajari kita cara mencuci tangan yang benar.

Lalu hijaukan kembali rumah dan kawasan sekitar yang gersang. Ramah lingkungan, bersihkan polusi udara, polusi kebisingan, polusi silaunya cahaya yang tak perlu. Buanglah sampah pada tempatnya. Mulai saja dari membersihkan polusi dan sampah di hati dan pikiran.

Sehatkan kembali lingkungan yang sakit dan yang berpenyakit. Reboisasi hutan-hutan yang gundul akibat penebangan tak bertanggung jawab. Bersihkan laut dan sungai-sungai. Jernihkan kembali danau-danau.

Laut, sungai dan danau disediakan Tuhan sebagai tempat besar sumber air, bukan tempat buang air besar. Apalagi jadi tempat pembuangan sampah plastik atau limbah pabrik.

Krisis ekologi akibat ulah manusia toh akhirnya akan bermuara juga pada krisis ekonomi (pengaturan rumah tangga kita sendiri, oikos-nomos). Dan apabila tak terkendali lagi, bisa jadi air bah krisis sosial sampai krisis mondial. Sengsaranya kita semua umat manusia.

Tanami berbagai tumbuhan di lahan yang ada. Jadikan tanah sebagai sumber berkat bagi saudara-saudara kita. Jadikan apotek hidup di setiap pekarangan. Tanaman buah-buahan dan sayuran, untuk konsumsi sendiri atau untuk berbagi. Flora yang indah untuk rekreasi mata bagi keluarga sendiri, maupun berbagi keindahan dengan tetangga-tetangga kita.

Mari berdialog kembali dengan bumi dan alam raya, seperti Santo Fransiskus dari Asisi dulu. Dialog melahirkan relasi yang lebih intim, lebih peka. Bumi sedang berbicara, mari dengarkan.

Hentikan sebentar deru traktor-traktor itu, atau bumi akan memaksa dengan caranya sendiri supaya semuanya itu berhenti.

Gaya hidup baru yang lebih ramah lingkungan mesti jadi praksis. Meninggalkan gaya hidup lama, konsumerisme yang menjurus ke snobisme, pameran keangkuhan, berpasangan dengan saling iri hati, kecemburuan yang terus menerus, tak ada puasnya.

Mari hidup dan warisi dunia yang lebih solider, lebih hijau, lebih bersih, lebih sehat dan lebih indah bagi kita sendiri maupun untuk anak cucu-cucu kita. Para ahli waris bumi yang sah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun