*Bupati Boltim vs Lumajang, Adu Senangkan Rakyat, Lanjutkan!*
Oleh: *Andre Vincent Wenas*
Sekuel 1: Awal soalnya ada kendala di pembagian bansos, tentang koordinasi pusat dan daerah. Bupati Boltim Sehan Salim Landjar protes, mencak-mencak, bahkan sampai memaki menteri segala dan videonya pun viral. Maksudnya beliau ingin segera mendistribusikan bansos untuk rakyatnya. Maksud yang bagus.
Sekuel 2: Saking viralnya, video mencak-mencak Bupati Boltim itu pun sampai ke Kabupaten Lumajang di belahan selatan katulistiwa. Dan Pak Bupati Lumajang Thoriqul Haq pun merespon, niatnya mau mengingatkan sesama kolega, ayo kerja... kerja... kerja... cari solusi dan tak perlu menyalahkan siapa-siapa, apalagi sampai memaki-maki menteri. Niat yang bagus juga.
Sekuel 3: Lantaran video Bupati Lumajang sama viralnya, maka sampai pulalah ke Kabupaten Bolaang Mongondouw Timur (Boltim) di belahan utara katulistiwa.Â
Bapak Bupati Boltim rupanya kesetrum juga dengan pernyataan-pernyataan dari koleganya di belahan selatan sana. Ia pun mengklaim bahwa bansos dari pihaknya jauh lebih banyak dan bermutu ketimbang yang di sana. Kira-kira begitu deh. Detailnya bisa nonton sendiri.
Menteri yang tadinya dimaki-maki khan punya program yang bagus, Bupati Boltim juga punya maksud yang mulia, dan Bupati Lumajang juga niatnya baik adanya. Jadi apa yang salah?
Tujuannya baik, apakah cara penyampaiannya yang salah? (prinsip tujuan tidak menghalalkan cara). Hmm... mungkin saja.
Kenapa cuma mungkin? Ya iyalah, soalnya kalau bicara tentang 'cara' itu khan erat dengan persoalan budaya.
Stereotipe yang biasa ditempelkan buat komunitas dari Sulut cq Boltim itu agak mirip dengan saudara kita dari Medan bah! Tembak langsung, tanpa basa-basi.
Begitu pun yang dari Jawa Timuran, spontanitasnya rada tidak terbendung katanya. Ki yo opo rek, djian%#k! Mungkin agak berbeda dengan yang dari Jawa Tengahan ya.
Mungkin lho ya... namanya juga stereotipe. Jadi ya ada biasnya juga, walau labelisasi ini kerap menempel cukup kuat. Okelah itu soal komunikasi antar-budaya. Biarkan para pakar komunikasi yang mendalaminya.
Yang jelas keduanya adalah pemimpin de-facto dan de-jure di daerahnya masing-masing. Dan keduanya sedang menghadapi persoalan genting dan penting (urgent and important), soal pandemi Covid-19. Bencana kesehatan nasional.
Kalau mengikuti alur pemikiran Machiavelli, negara (terutama pada saat genting) tidaklah boleh dipikirkan dalam kacamata etis, tapi mesti dari kacamata medis.
Dalam situasi genting, ibaratnya -- kata Machiavelli -- rakyat yang berkhianat harus diamputasi sebelum menginfeksi keseluruhan tubuh sosial bangsa. 'Seditious people should be amputated before they infect the whole state'. Nah lho.
Untuk menjalankan operasi kepemimpinan model ini, dibutuhkan nilai (virtu) seperti kehendak yang kuat, kekuatan, serta perhitungan dan strategi yang brilian.
Memiliki virtu berarti memiliki kemampuan mengatasi segala aturan yang ada demi menjalankan kekuasaannya secara efektif. Virtu adalah tentang kekuasaan politik.
Bapak-bapak bupati dari Boltim dan Lumajang keduanya nampaknya punya virtu itu. Ada keberanian dan kehendak yang kuat, bahkan untuk melabrak apa saja. Tinggallah pemanfaatannya untuk apa?
Sementara prahara lantaran virus Corona ini menerpa rakyatnya tanpa pandang bulu, maka kedua bupati ini nampak berupaya sekuat mungkin untuk menanggulanginya. Dengan cara dan gaya masing-masing.
Yang penting buat kita adalah, keduanya ingin menyelamatkan dan sekaligus menyenangkan rakyatnya. Semoga bukan cuma buat penampilan di video yang viral itu demi popularitas murahan. Dan bukan sementara pandemi ini saja. Tapi untuk seterusnya.
Persaingan untuk saling menyenangkan rakyat adalah bagus-bagus saja. Kita dukung full deh. Lanjutkan saja.
Kalau bisa gak perlu heboh sesama kolega yang sama-sama lagi pusing. Sikat saja itu para pengutil bansos di daerah masing-masing. Bapak-bapak kita lihat punya nyali dan kekuatan untuk itu.
Ayo bupati/walikota/gubernur daerah lain, saling berlombalah untuk menyelamatkan dan menyenangkan rakyat di daerahnya masing-masing.
"Men rise from one ambition to another: first they seek to secure themselves against attack, and then they attack others." -- Niccolo Machiavelli.
Merdeka! ayo kerja... kerja... kerja...
07/05/2020
*Andreas Vincent Wenas*, Sekjen 'Kawal Indonesia' -- Komunitas Anak Bangsa
Sumber berita dan gambar:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H