Lantaran mungkin juga pengusaha-pengusaha itulah yang dulunya menyeponsori mereka semasa kampanye. Untuk beli suara langsung ke rakyat dengan serangan fajar, maupun buat modal menyetir KPU setempat dalam praktek jual-beli suara. Walahuallam.
Ditengarai semua sudah tahu sama tahulah. Selama dosa mencuri Suara Tuhan (Vox Populi Vox Dei) masih tersembunyi di balik batu, maka peran masing-masing dalam drama ketoprakan itu akan terus berlangsung.
Satu episode sandiwara ketoprak itu akan bisa terus ditayangkan asal syaratnya dipenuhi. Apa itu? Syaratnya ya cuma satu: jangan sampai ketahuan!
Dalam pemahaman otak busuk mereka itu yang namanya koruptor itu definisinya hanyalah kalau ketahuan. Selama belum ketahuan ya mereka tetap minta dipanggil dengan sebutan: Yang Terhormat.
Sebuah pertunjukan hipokrisi par-excellence!
Nah kalau toh akhirnya sampai ketahuan dan terbongkar juga, mereka akan segera ganti episode. Yang segera muncul adalah drama ketoprakan bertema  pembelaan diri. Sambil mengutuki si bodoh yang ketahuan tadi. Itu sudah pakemnya.
Suatu episode susulan yang sudah bisa kita terka jalan ceritanya. Ala film romantis Bolywood-lah pokoknya. Gampang ketebak, no surprise at all.
Segera gelar konperensi pers. Bahkan script untuk konpersnya pun sudah standar: "Kami sangat menyesalkan tindakan oknum ini, dan kami pun udah mengusulkan ke DPP Partai untuk memecatnya. Hal seperti ini tidak boleh terulang lagi!"
Dan akan disambung lagi dengan pernyataan klasik, "...partai akan tetap patuh dengan proses hukum yang berjalan. Partai kami tetap berkomitmen untuk menghormati hukum." Cape dehhh....
Tentu saja pesan tadi mesti disampaikan dengan ekspresi muka penuh penyesalan dengan raut yang agak dibikin cemberut atau ekspresi rada marah (supaya sandiwaranya terkesan tegas dan serius).
Pokoknya jalan ceritanya amat sangat sederhana sebetulnya. Cuma jadi rame lantaran dibumbui tari-tarian yang bergemerincing. Begitu artis utama (ketua/petinggi partai) ketemu (kebentur) tiang listrik atau pohon (kasus-kasus), pasti langsung bernyanyi dan menari (konpers dengan syair-syairnya yang standar tadi).