Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Defisit APBN, Dividen BUMN, dan Etos Bisnis ala James Baker dan Jack Welch

19 April 2020   15:20 Diperbarui: 19 April 2020   17:46 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita jadi ingat Jack Welch, Chairman GE Group yang legendaris itu. Tangannya dingin dan keras seperti besi tatkala melakukan konsolidasi banyak dari perusahaannya di lingkungan GE. Termasuk anak dan cucu perusahaannya di seantero bumi. Spektrumnya jelas jauh lebih luas dan pelik.

Bongkar pasang organisasi dilakoninya tanpa pandang bulu, dan tanpa tedeng aling-aling. Setiap CEO di lingkungan GE mesti memaparkan Business Plan-nya di GEMDI (GE Management Development Institute) di Crotonville. Mereka dituntut untuk mampu menjawab tantangan Jack Welch, bagaimana bisa jadi nomor 1 atau nomor 2 di dunia?

Game-plan ala Jack Welch ini adalah juga suatu blitz-krieg, perang kilat, tidak buang waktu. Seperti besi yang lebih mudah ditempa saat masih panas membara. No excuse, jangan banyak cincong dan alasan macam-macam. No bull-shit. Just do it!

Mungkin pola game-plan serupa bisa mulai diaplikasikan di BUMN kita. Minta saja masing-masing CEO untuk paparkan business-plan yang menantang. Ini suatu cara untuk merestrukturisasi organisasi mulai dari kepalanya.

Kalau dulu Jack Welch hanya kasih 3 pilihan/alternatif. Presentasi business plan diterima oleh komite, atau masih dikasih kesempatan revisi, atau ditolak. Konsekuensi terhadap masing-masing anak perusahaannya pun ada tiga: fix, sell or close.

Kalau ada harapan bisa diperbaiki akan diperkuat terus dalam kelompok GE (fix). Kalau tidak ada harapan atau tidak ada kecocokan dengan misi-visi GE tapi masih ada nilainya ya dijual (sell), keluar dari kelompok GE. Tapi kalau cuma merongrong doang selama ini dan tidak ada yang mau beli, ya ditutup (close), lalu jual asetnya macam jualan besi tua. Habis perkara, lalu move on.

Besar harapan kita agar BUMN sebagai aktor utama dalam kapitalisme oleh negara bisa jadi lokomotif perekonomian bangsa. Demi distribusi keadilan sosial yang lebih merata. Saat inilah kesempatan perubahan besar-besaran.

Tangan dingin dan tangan besi itu perlu saat perubahan radikal di masa krisis. No basa-basi. Just do it!

19/04/2020

*Andreas Vincent Wenas*, Sekjen *Kawal Indonesia* - Komunitas Anak Bangsa

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun