Dilansir CNBCindonesia.com, restrukturisasi dilakukan dengan melakukan penggabungan (merger) anak usaha. Bahkan ke depan mungkin saja dibuat JV (Joint Venture) dengan pihak swasta ke arah digital.Diharapkan ke depan anak usaha Telkom bisa memberikan value creation, sehingga bisa mendukung proses evolusi Telkom di industri telekomunikasi.
Di PT Garuda Indonesia Tbk, ada yang namanya PT Garuda Tauberes, dan itu pasti dirasionalisasi. Kata Dirut Irfan Setiaputra, Garuda Tauberes akan digabungkan (merger) pada unit bisnis Garuda di bidang kargo. Supaya domain aplikasi ini diharapkan bisa memudahkan interaksi bisnis kargo dengan agent dan customer.
Selain merger ada juga pemisahan cucu usaha (spin off) yang dibatalkan. Salah satunya ialah terkait bisnis training center pilot dan awak kabin. Ini berkaitan dengan sertifikasi pilot-pilot maupun awak kabin di Indonesia maupun di luar negeri. Setelah dievaluasi ternyata malah bikin terlalu banyak birokrasi yang ujungnya cost naik.
Spin off yang juga dibatalkan ialah terkait pembentukan unit usaha charter/sewa pesawat. Bisnis ini dikembalikan ke Garuda sebagai induknya.
Di Garuda bahkan sudah ada rincian cucu usaha yang bakal dirasionalisasi. Yang bakal dilikuidasi sebelum beroperasi: PT Rilis Arah Pratama Indonesia (RAPI) dan PT Indo Suplai Total Solusi (ISTS). Yang dalam proses penataan: PT Garuda Tauberes Indonesia (GTI), PT Garuda Indonesia Air Charter (GIAC) danPT Garuda Ilmu Terapan Cakrawala Indonesia (GITC). Yang sedang dikaji penataannya: PT Garuda Energy Logistik & Komersial (GELK).
Dalam situasi nasional yang sulit seperti ini, yang penting untuk dipastikan adalah pemangkasan anak dan cucu perusahaan tidak berdampak kepada pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan.
Maka, syarat-syarat penting demi tercapainya efisiensi mesti secara disiplin mesti diperhatikan dan dikerjakan dengan amat sangat serius.
Situasi krisis seperti saat ini adalah kondisi ideal untuk melakukan change-management yang radikal sekalipun. Ini situasi dimana semua sudah kebakaran jenggot, change or die! Berubah atau mati!
Model bisnis BUMN secara keseluruhan mesti senantiasa dievaluasi. Apakah masih bakal berhasil guna, apakah ada kemampuan dari unit kerja itu untuk membawa hasil dan manfaat? Apakah barang dan jasa yang diproduksi bermanfaat dan bisa dijangkau bagi masyarakat? Apakah kompetitif? Dan seterusnya.
Dari sisi pertimbangan ekonomis. Sedemikian rupa bisa memperoleh  input berkualitas (barang atau jasa) dengan tingkat pengeluaran sekecil mungkin. Ini dicapai dengan mengeliminir segala praktek korupsi, kolusi dan nepotisme di lingkungan BUMN. Penyakit yang sudah karatan. Ini bukan perusahaan milik nenek loe!
Lewat KPI yang di-review secara berkala, implementasi kerja dapat dipertanggungjawabkan. QCD (quality, cost, delivery speed) sebagai patokan dasar untuk distribusi kerja yang efektif. Ada rasionalitas dari otoritas, dan akuntabilitasnya pun jelas.