Sakramen adalah tanda yang terlihat. Tanda yang dapat ditangkap dan dicerna indera dan akal budi. Dan dengan demikian kita pun menyatakan bahwa kaum inteligensi sesungguhnya adalah juga tanda yang terlihat dalam kancah politik.
Oleh panggilan sejarah mereka bersedia jadi semacam signal penunjuk arah, terlihat oleh masyarakat awam sekalipun, dan dimengerti. Mereka adalah sakramen politik.
Eddy Kristiyanto, OFM adalah seorang rahib Katolik yang pernah menulis buku "Sakramen Politik, Mempertanggungjawabkan Memoria" (Penerbit Lamalera, 2008). Di buku itu ia menulis:
"Di sini politik menyiratkan kebijakan terorganisasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan hidup bersama, yakni bonum commune (kebaikan bersama) yang adil dan merata. Ini semua menunjukan politik mestinya dijunjung tinggi sedemikian rupa sehingga menampakkan apa yang mau dicapai dengannya, juga jelas bagi siapa diperuntukkannya, sekaligus tampak tolok ukur untuk menilai capaian politik."
Maka oleh karena...
"Begitu pentingnya fungsi dan peran politik dalam hidup berkomunitas, sampai-sampai siapa pun yang menghendaki keselamatan maka berpolitik merupakan keniscayaan. Meminjam istilah dalam perspektif teologi: politik adalah tanda dan sarana penyelamatan!"
Ruang kepedulian pada sesama berada dalam kancah politik. Dan panggilan kaum inteligensia adalah jadi tanda dan sekaligus signal penunjuk arah, to the true north. Seperti kompas yang senantiasa setia mengarah ke utara, dimana setiap kita bisa berorientasi, menjawab pertanyaan dimana kita? Dan mesti kemana kita?
"In absentia lucis, tenebrae vincunt" (in the absent of light, darkness prevails).
05/02/2020
*Andre Vincent Wenas*, Sekjen *Kawal Indonesia* - Komunitas Anak Bangsa