Mohon tunggu...
andre sutantyo
andre sutantyo Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Seorang pendidik yang tinggal di kota kecil dibawah kaki merbabu, salatiga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendobrak Pintu Stasiun Cikampek

11 Januari 2020   13:54 Diperbarui: 11 Januari 2020   16:30 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sabtu kedua di januari menjadi pembuka petualangan di tahun dua ribu dua puluh. Cuaca mendung berawan nampaknya tak mampu usir kobaran semangat untuk meretas batas-batas rasa ingin tahuku mengenai seluk beluk riset di level yang lbih tinggi.

Jarum jam masih berputar, sebentar lagi tepat matahari diatas kepala, namun nampaknya malu ianya bersembunyi dibalik awan. Sementara laju kereta terhenti entah kenapa, sementara sebagian penumpang berhamburan keluar mencari Tuhannya dengan sujud syukur. Beberapa lainnya masih memiliki waktu untuk kenyangkan perut yang meronta, salah tiganya aku, vallery dan giselle.

Suara pengeras meneriakkan waktu dimana kereta akan melaju kembali, bergegaslah kami mencari sesuap nasi, dua puluh menit bersisa. 

Beberapa penumpang nampak mengantre di gerai Roti'O, maklum tak ada pilihan lain di stasiun cikampek untuk mengenyangkan perut. Beberapa rombongan tentara pun larut dalam antrian. Para tentara berbadan besar dan tegap memakan Roti'O? Kenyang? Pikirku dalam hati.

Pikiranku mulai menerka, kenapa mereka tidak makan dikanting gerbong kereta? Terlalu mahalkah untuk para abdi negara ini?

Terkaan lagi muncul didalam hati, kenapa mereka tidak keluar stasiun untuk mencari makanan yang lebih murah dan mengenyangkan? Takut? Apa yang ditakutkan? Aturan mana? Nampaknya tidak ditulis dilarang keluar stasiun.

Sementara kami bertiga mondar mandir mencari gerai selai Roti'O, yang sejatinya tidak  pernah kami temui dii stasiun tersebut, di waktu bersamaan disudut kiri stasiun terbuka pintu lebar yang membawa kami untuk keluar stasiun. Dua penjaga PolSusKA (Polisi Khusus Kereta Api) berdiri tegap, nampak sedikit garang namun ramah(tegas tepatnya), disudut pintu. Membuat pintu keluar yang terbuka lebar serasa menyempit dan terkunci, pupus sudah harapan melewati batas pintu pikirku.

Diskusi kecil bertiga dilakukan, pilihan paling aman diputuskan. Makan dikantin dalam gerbong, dengan konsekuensi harga tinggi, rasa yang belum tentu sesuai dengan lidah, dan porsi yang kecil bagi perutku. Masih tak berterima dengan putusan, aku melontar tanya, "emang ndak boleh ya kita keluar? Cari makan diluar bentar?"

"enggak tahu Mr", jawaban yang aman.

Masih sambil bergegas menuju gerbong berisi kantin, akhirnya aku berbalik badan.

"ah coba aja kita tanya satpam, kalo boleh kita makan keluar".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun