Mohon tunggu...
Dodi Andresia
Dodi Andresia Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seseorang yang mempunyai banyak mimpi

Kesederhaan mampu membuat mu bahagia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berhentilah Menjadi Aktor "Playing Victim"

5 September 2021   20:13 Diperbarui: 5 September 2021   20:21 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Playing Victim berdasarkan penelusuran pada wikipedia adalah adalah sikap seseorang yang seolah-olah berlagak sebagai seorang korban untuk berbagai alasan seperti membenarkan pelecehan terhadap orang lain, memanipulasi orang lain, strategi penjiplakan, mencari perhatian, atau tidak bertanggung jawab pada amanat yang diberikan padanya.

Pelaku Playing Victim seringkali merasa dirinya selalu benar dalam segala situasi dan seringkali menyalahkan orang lain, berlagak sebagai korban padahal pelaku utama.

George K.Simon (1996) dalam bukunya In Sheep's Clothing Understanding and Dealing with Manipulative People menyebutkan bahwa seorang pelaku manipulator sering menampilkan diri sebagai korban dari suatu keadaan atau tindakan orang lain. 

Aktor dari Playing Victim merupakan sebuah tindakan agar dianggap selalu benar dan untuk mendapatkan belas kasihan atau simpati dari orang lain agar ia berada diposisi aman.

Meskipun sudah banyak tulisan yang membahas tentang ”Playing victim” namun penulis juga tergugah untuk mengulasnya dalam sudut pandang yang lain ;

Playing Victim dalam Dunia Kerja.

Pelaku Playing Victim dalam Dunia Kerja akan sering sekali kita temui ketika dalam hal-hal tertentu seperti “lempar batu sembunyi tangan”. 

Hal ini akan kita jumpai ketika suatu permasalahan yang dihadapi begitu rumit dan mengancam posisi atau jabatan yang diemban oleh sipelaku dan tidak mau disalahkan, dalam hal ini pelaku playing victim akan selalu berusaha melakukan pembenaran agar dianggap benar oleh atasan atau pihak manapun dengan menyalahkan dan menjadikan orang lain sebagai tumbal seperti “itu kan kerjaan si A” “hal tersebut bukan salah saya”. 

Meskipun pelaku adalah penanggung jawab dalam distrik tertentu maka ia akan tetap mengatakan “kemaren yang bersangkutan sudah saya ingatkan sih”. Aktor playing victim akan selalu mencari alasan ketika ia terancam dan tidak mau dibebani atau diberi tanggung jawab, ia akan melakukan segala cara agar terlepas dari sebuah kesalahan sehingga dianggap dan ingin di akui paling benar. 

Mereka yang mempunyai sifat seperti ini cendrung lepas tanggan dan tidak mau tau karena baginya kesalahan tersebut bukan berasal dari dirinya.

Playing Victim dalam pertemanan

Selain dalam dunia kerja pelaku Playing Victim juga terdapat dalam pertemanan atau persahabatan, pertemanan dalam bentuk seperti ini adalah pertemanan yang sangat toxic sekali, suka menyalahkan orang lain meskipun itu adalah teman sendiri tanpa mau mengalah dan melakukan instrospeksi diri

Biasanya dalam kondisi seperti ini sipelaku Playing Victim akan melakukan pembenaran dengan melakukan hasutan terhadap teman yang lain agar dirinya merasa paling benar dan patut untuk dikasihani. 

Pelaku Playing Victim dalam sebuah pertemanan akan penuh dengan kobohongan serta hasutan dan ghibahan, ia akan bercerita berdasarkan perspektif mereka sendiri, ia tidak akan peduli apakah yang ia sampaikan itu berpengaruh terhadap orang lain karena baginya yang terpenting korban selalu salah dimatanya.

Playing victim dalam hubungan Pasangan

Berada dalam sebuah hubungan toxic dengan pelaku Playing Victim memang sangat memperihatinkan, pelaku Playing victim dalam hubungan pasangan bisa saja kita temui baik itu dalam hubungan suami istri atau hubungan pacaran. 

Pelaku Playing Victim akan selalu merasa paling benar, memposisikan diri sebagai korban dan seringkali bersikap mengundang simpati orang lain agar dianggap paling benar. 

Dalam hal ini pelaku Playing victim akan bercerita kepada orang lain atau teman dekatnya bahwa ia sedang teraniaya oleh pasangannya, ia akan bercerita bagaimana layaknya sebagai korban yang memerlukan dukungan moril. Seseorang yang mempunyai mental sebagai Playing victim tidak akan pernah merasa cukup bahkan lebih cendrung bersikap emosional. 

Pelaku akan lebih fokus terhadap suatu permasalahan padahal pencetus kesalahan tersebut adalah dari dirinya sendiri, mereka sebagai pelaku Playing victim dalam hal ini akan sangat sulit menghargai perjuangan seseorang dan moment-moment bahagia dalam hidup mereka.

Dari ketiga hal diatas ditarik kesimpulan bahwa Aktor Playing Victim pada dasarnya tidak mau disalahkan meskipun kesalahan tersebut berasal dari dirinya sendiri, mereka cendrung akan melakukan segala bentuk pembenaran agar dianggap paling benar, menyalahkan apapun kecuali dirinya. Para pelaku adalah orang yang ahli dalam manipulasi dan bermain drama.

Melakukan instrospeksi diri adalah salah satu langkah penting tanpa harus menyalahkan orang lain, meminta maaf atas sebuah kesalahan lebih baik agar dapat meminimalisir mental Playing victim yang telah mendarah daging ketimbang selalu merasa menjadi korban, untuk itu berhentilah menjadi Aktor Playing Victim karena hal tersebut bagaikan dua mata pisau yang dapat melukai keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun