NASA, melaporkan akan adanya  Asteroid yang bernama 2016 HP6 akan mendekati Bumi pada Jumat 7 Mei 2020, sekitar pukul 21:48 GMT atau pada Sabtu, 8 Mei 2020 pukul 4.48 Waktu Indonesia Barat pada jarak 1,66 juta kilometer.
Kedatangan Asteroid ini ditengah pandemi Virus Corona, semakin membuat kecemasan sebagian orang. Karena sebagian ada yang mengangap kedatangan asteroid tersebut sebagai suatu pertanda buruk, ada juga yang menganggap sebagai bagian tanda akhir jaman, dan ada pula yang menganggap sebagai tanda sesuatu peristiwa yang akan terjadi.
Buka hanya di tanah air, sebagian masyarakat dunia yang percaya akan adanya ha-hal lain diluar pemikiran formal, maka muncul suatu kekhawatiran akan wabah Corona ini, bukannya semakin hilang, namun justru sebaliknya.
Ditanah air, bagi masyarakat jawa khususnya, jaman pagebluk sebenarnya telah sering terjadi dari jaman kerajaan Majapahit hingga jaman kemerdekaan bahkan hingga sekarang ini. Bagi masyarakat jawa, yang percaya akan sejarah leluhur dan budaya jawa kuno, tentu Pagebluk, Lintang Kemukus dan Pandemi Corona ini adalah sesuatu hal yang saling terkait satu sama lain.
Bagi sebagian masyarakat Jawa yang mempercai budaya leluhur mereka sebelumnya, tentu meyakini bahwa wabah penyakit yang saat ini sedang mewabah, tentu bukan tanpa sebab musabab.
Melihat sejarah dahulu, mengapa masyarakat Jawa amat mempercai lintang kemukus, disebabkan oleh cerita yang konon terjadi pada jaman dahulu.Â
Cerita yang dimulai dengan pembuatan keris pemersatu karena adanya gesekan-gesekan didalam masyarakat yang tentunya akan mengganggu stabilitas pemerintahan di kerajaan tersebut.
Karenanya konon, diperintahkanlah para empu-empu pilihan guna membuatkan keris sebagai perlambang kerukunan dan juga pemersatu dari semua lapisan masyarakat dan para elit pembesar kerajaan. Keris tersebut dimanakan keris Kiai Condong Campur.
Namun sebelumnya para elit kerajaan juga telah mempunyai keris yang bernama Sabuk Inten, begipun masyarakat biasa, kelas ini juga mempunyai perlambang dengan sebilah keris yang bernama keris kiai sangkelat.
Namun entah mengapa, tujuan dan semangat membuat keris kiai condong campur yang begitu mulia dan bijak, menjadi malapetaka, takala keris tersebut selesai, keris tersebut berubah aura, menjadi sifat yang sangat buruk dan jahat. Lalu singkat cerita, terjadilah pertempuran sengit antara kiai condong campur dan sabuk inten, pertempuran yang memakan waktu berhari-hari ini dan pertempuran yang sangat sengit, diakhiri dengan kemenangan kiai condong campur.
Dengan kemenangan tersebut, semakin membuat keris tersebut pongah dan sombong, lalu keris tersebut menantang keris kiai sangkelat sebagai keris perlambang masyarakat kelas bawah atau masyarakat biasa.
Pertempuran kembali tak eralakan, pertarungan sengit antara dua keris sakti, memakan waktu berhari-hari, hingga akhirnya pertempuran dimenangkan oleh Kiai Sangkelat, dan Condong Campurpun melesat keangkasa dengan cepatnya, seperti sebuah meteor yang terbang tinggi ke angkasa raya.
Sehingga itulah mengapa, masyarakat jawa percaya akan kejadian apa yang terjadi apabila melihat benda-benda angkasa yang mirip seperti melesatnya Keris Condong Campur keangkasa.
Dari hal tersebut diatas, masyarakat jawa terbagi dalam beberapa pilihan mengenai keberadaan meteor atau asteroid atau juga bintang jatuh tersebut.Â
Pertama ada yang meyakini akan adanya perubahan ke hal yang lebih baik. Seperti saat ini, saat pandemi virus corona sekarang, kemunculan asteroid kebumi, akan menandakan bahwa virus corona akan segera hilang dari bumi nusantara ini.
Kemudian pada kepercayaan dari kejadian tersebut juga, berpendapat bahwa, akan munculnya hal-hal yang negatif, seperti kehidupan akan semakin sulit, virus corona akan semakin menjadi-jadi, serta banyak orang mati sia-sia dan hal-hal lain yang masih berhubungan dengan malapetaka.
Lalu terakhir ada sebagian masyarakat jawa, yang berpendapat, dari lintang kumukus tersebut dilihat dari arah datangnyanya, bila dari barat kemungkinan akan terjadi malapetaka, bila dari timur, akan terjadi perubahan yang lebih baik. Bila dari utara, akan terjadi banyak masalah, dan selatan akan terjadi peristiwa-peristiwa besar yang dapat mengubah jalanya kehidupan masyarakat banyak.
Saat pandemi corona saat ini, atau saat pagebluk sekarang, ada juga yang meramalkan adanya kecenderungan untuk beberapa hal yang intinya, mengingatkan umat manusia dimanapun berada di seluruh penjuru bumi ini, bahwa, kita harus selalu mengingat sang pencipta alam ini, dan janganlah melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak alam dan terutama sesama manusia.
Virus Corona ada cobaan, setelah mengalami ini maka kehidupan akan menjadi lebih stabil. Penulispun sebenarnya telah mencoba melihat jauh sebelum Virus Corona ini menjadi pagebluk seperti saat ini, pada waktu kita kedatangan gerhana bulan, sekitar bulan Desember 2019, bahwasanya akan terjadi penyakit mewabah diseluruh penjuru dunia, namun saja, penulis sendiri tidak berani untuk mengatakan dan juga akan sangat sulit dipercaya.
Mengapa.? karena banyak ramalan-ramalan nyaris tidak meramalkan adanya wabah atau pegebluk, namun hanya melihat hasil dari wabah, yakni banyaknya manusia yang mati/meninggal dunia.
Namun untuk lintang kemukus yang akan mendatangi bumi ini dan dikaitkan dengan pagebluk virus corona ini, penulis justru perpendapat, bahwa ini pertanda baik, pandemi ini akan segera berakhir, terhitung dari bulan April 2020 ini, paling cepat 4 atau 5 bulan kedepan. Tanah air akan pulih total dan bangkit, setidaknya awal tahun 2021.
Bila melihat perhitungan para ahli epidemilogi dan matematika, dengan menggunakan berbagai macam pendekatan metode, seperti  probabilistic data-driven model, susceptible-infected-recovered dan beberapa model motede lainnya, hasil riset ilmiah mereka mengatakan bahwa, berakhirnya pandemi di tanah air akan terjadi pada awal hingga pertengahan Juni 2020.
Jadi analisa ini, setidaknya sama dengan apa yang penulis katakan, justru kehadirian asteorid ini, adalah pertanda baik khususnya mengenai permasalahan pagebluk seperti ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H