Mohon tunggu...
R. ANDRY DANOESUBROTO
R. ANDRY DANOESUBROTO Mohon Tunggu... Wiraswasta - Antivirus Analyts

Tinggal di Lampung, CEO sebuah perusahaan Internasional Freight Forwading

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apa Yang Sedang Terjadi Dalam Tahun 2011 Ini..?

9 Juni 2011   03:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:43 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa Yang Sedang Terjadi Dalam Tahun 2011 Ini..?

Banyak ramalan dan prediksi para ahli baik yang berdasar atas riset atau juga berdasar atas petunjuk si mbah. Nah, tentu semua setuju apabila tahun 2010 yang lalu adalah tahunnya koruptor. Disini koruptor dimaksud adalah koruptor yang punya spesialis keahlian khusus hanya untuk menerima suap atau disuap. Soalnya dalam sekolah Korupsi, ada dua kategori koruptor, yaitu pelaku atau koruptor  penyuap dan koruptor penerima. Namun intinya adalah sama yakni mereka para pelaku kejahatan. Walau terbanyak hasil tangkapan penegak hukum, di tahun 2010 adalah para koruptor penyuap alias tukang suap uang.

Bagaimana ditahun 2011 ini, yang telah memasuki pertengahan tahun, tepatnya kita hampir melewati paruh tahun pertama di tahun 2011 ini, dan segera menginjak paruh tahun kedua.  Diawal tahun hingga sekarang ini, belum ada berita dan sajian lain selain permasalahan korupsi di negeri kita ini. Bila negara lain boleh sibuk dengan urusan-urusan luar negeri mereka, atau Jepang misalkan masih sangat sibuk dengan radiasi nuklirnya, tidak dengan Indonesia. Diparuh kedua tahun 2011 ini, kita kembali disajikan menu berupa konflik pada partai berkuasa di tanah air dengan buntutnya yakni Korupsi, serta tentu saja tidak lupa mafia peradilan yang melibatkan para hakim, jaksa dan lainnya.

Di kuartal pertama tahun 2011 ini pula, kita disajikan berbagai acara hiburan ringan dari mereka-mereka yang sedang bersandiwara di Senayan, dari hebohnya video porno anggota dewan hingga email palsu komisi8@yahoo.com dan masih banyak lagi hiburan rakyat lainnya yang dibawakan nyaris sempurna oleh aktor-aktor dan artis-artis senayan. Tentunya mereka harus kita apresiasi, misalkan saja dengan memberikan penghargaan atas prestasi dan akting mereka selama menjadi anggota dewan nantinya, yang dapat berbentuk piala bergilir atau semacam "Academy Award".

Selain itu, ada sajian yang tidak kalah heboh, juga masih berkutat dengan persoalan uang, yakni pembobolan rekening nasabah bank, yang dilakukan oleh pengawainya sendiri, tentu saja melibatkan banyak nama dan orang-orang penting dinegeri ini. Lalu acara PSSI kita yang semakin lama semakin antiklimaks nampaknya, setelah kegagalan kongres-kongresan sebelumnya. Serta masih banyak lagi tontonan yang tentunya masih terngiang ditelinga kita semua. Lalu apa yang ingin kita ketahui dari perjalanan waktu antara 2010 dan 2011 ini.?

Tentu banyak hal dan begitu banyak pelajaran serta falsafah hidup yang akan menjadi panutan kita kedepan. Walau tidak semua dapat diungkap dan tidak semua dapat kita tuangkan dalam kalimat, namun di tanah air kita ini, terbanyak permasalahan yang dipertontonkan adalah masalah bejatnya moral para petinggi ataupun para elit-elit politik ditanah air kita ini. Jauh disana, dibanyak tempat dinegeri ini, dimana mereka yang berjuang hidup dan meniti masa depan, tidak pernah mendapat sentuhan.  Mereka yang hidup susah akan terekspose atau terliput bila terjadi bencana.

Itulah yang membedakan atau yang membuat jurang pemisah dinegeri ini semakin dalam adalah perbedaan tayangan antara mereka yang berpredikat pejabat baik negara atau partai, dengan mereka yang berpredikat rakyat jelata. Bila pejabat negara atau partai, bila diberitakan atau dipublikasikan pasti selalu bermasalah dengan hukum alias korupsi, sebaliknya bila si jelata yang terpublikasi, biasanya karena ada bencana alam, atau karena kecelakaan. Tidak pernah terpublikasikan bagaimana penderitaan dan susahnya kehidupan si jelata sesungguhnya. Ribet dan alotnya birokrasi bila ingin mengurus kewajiban kita, serta selalu dipaksa mengantre dan menunggu bila ingin mendapatkan haknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun