Lalu, terdapat juga keadaan yang memaksa mahasiswa untuk tidak bisa fokus kuliah. Biasanya, keadaan yang paling sering menjadi latar belakang adalah soal keadaan ekonomi. Seorang anak yang sudah dianggap dewasa, sudah sepantasnya membantu orang tua.Â
Bagi para orang tua yang kaya atau serba berkecukupan, pastinya tidak akan repot untuk membiayai anaknya kuliah dan melengkapi segala kebutuhan.Â
Lantas bagaimana jadinya pada seorang mahasiswa yang terlahir dari keluarga tidak mampu? Kuliah sambil bekerja menjadi pilihan yang tidak bisa dihindari. Bahkan, tidak sedikit pula mahasiwa yang menjadi tulang punggung keluarganya atau penyokong keuangan keluarga.
Orang tua dari para mahasiswa umumnya telah memasuki usia senja. Berbagai hal menimpa seorang mahasiswa dan memberi tekanan yang tergolong berat untuk anak muda. Misalnya orang tua yang jatuh sakit, bisnis orang tua hancur, atau bahkan kehilangan orang tua yang selama ini menjadi sumber motivasi untuk segera wisuda.Â
Jika tidak bisa membantu banyak, banyak-banyaklah mendoakan. Jika enggan mendoakan, cukup ringankan beban mereka dengan berhenti menghakimi para "Mahasiswa Abadi".
Masih pantaskah selalu menghakimi mahasiswa yang tak bisa lulus tepat waktu? Selami terlebih dahulu apa yang menjadi penyebab seorang mahasiswa gagal menyelesaikan studi dalam jumlah semeter yang normal.Â
Tidak semua mahasiswa sengaja membuat dirinya gagal lulus tepat waktu. Tidak semua mahasiswa pula kebal dalam ejekan dunia soal Mahasiswa Abadi. Justru, ejekan yang bisa jadi bernada candaan justru bisa membuat terjadinya demotivasi dan rasa percaya diri yang menurun.Â
Segera menyelesaikan studi tidak selalu menjadi prioritas utama seorang mahasiswa. Selain kedua latar belakang tadi, masih banyak hal-hal lainnya yang bisa membuat seorang mahasiswa tidak bisa menyelesaikan studi secara tepat waktu.Â
Banyak hal yang bisa jadi lebih perlu didahulukan dibandingkan hanya sekadar menghindari sanksi sosial berupa ejekan dan sindiran.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H