Mohon tunggu...
Andre Lala Ramadani
Andre Lala Ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sejarah dan Peradaban Islam

Manusia biasa yang sedang bersinergi dalam menyampaikan karunia dari tuhan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penaklukan Konstantinopel : Perjalanan Sejarah Sultan Muhammad Alfatih

21 Desember 2024   09:45 Diperbarui: 21 Desember 2024   09:45 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/aph5Z4Uc68RrUqAk9 

Pada tahun 1453, dunia menyaksikan salah satu peristiwa terbesar dalam sejarah dunia: penaklukan Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Bizantium, oleh Sultan Muhammad II, yang lebih dikenal dengan sebutan Muhammad Al-Fatih. Penaklukan ini menandai berakhirnya Kekaisaran Bizantium yang telah berdiri lebih dari seribu tahun dan membuka jalan bagi dominasi Kesultanan Ottoman di Eropa dan Asia.

Latar Belakang

Konstantinopel, yang terletak di antara Eropa dan Asia, adalah sebuah kota yang strategis dan kaya akan sejarah. Kota ini pernah menjadi pusat perdagangan, kebudayaan, dan agama di dunia Kristen Timur. Setelah jatuhnya kota-kota besar seperti Antiochia dan Jerusalem pada masa Perang Salib, Konstantinopel menjadi benteng terakhir kekuasaan Bizantium. Namun, kota ini juga menjadi sasaran ambisi besar dunia Muslim.

Pada abad ke-15, Kesultanan Ottoman di bawah pimpinan Sultan Muhammad II (yang lebih dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih) menjadi kekuatan besar yang sangat ambisius untuk menguasai kota ini. Muhammad Al-Fatih, yang sejak muda dikenal cerdas dan berani, telah merencanakan penaklukan Konstantinopel sebagai ambisi utama dalam pemerintahan dan mewujudkan cita-citanya untuk mempersatukan dunia Islam di bawah satu pemerintahan. Kota ini tidak hanya bernilai strategis, tetapi juga simbol kemenangan besar yang dapat memperkuat posisi Kesultanan Ottoman di dunia.

Persiapan Penaklukan

Penaklukan Konstantinopel memerlukan persiapan yang matang karena kota ini memiliki pertahanan yang sangat kuat, dengan tembok-tembok kokoh yang telah bertahan dari berbagai serangan selama berabad-abad. Konstantinopel juga dilindungi oleh Laut Marmara di sebelah selatan dan Teluk Golden Horn di sebelah utara, sehingga hanya ada dua jalur utama yang dapat dilalui oleh pasukan Ottoman.

Muhammad Al-Fatih memulai persiapan penaklukan dengan memobilisasi pasukan yang sangat besar, diperkirakan sekitar 80.000 hingga 100.000 tentara. Selain pasukan darat, dia juga mempersiapkan armada laut yang besar untuk mengepung kota dari laut. Sultan Muhammad juga mengumpulkan sejumlah besar persenjataan, termasuk meriam besar yang belum pernah terlihat sebelumnya di dunia Islam. Meriam tersebut, yang dikenal dengan nama "Basilica", memiliki ukuran luar biasa dan mampu menghancurkan tembok-tembok kokoh kota.

Selain kekuatan militer, Sultan Muhammad juga menjalin hubungan dengan para ahli teknik, termasuk dari Eropa, untuk mengembangkan cara-cara baru dalam pengepungan. Salah satu inovasi besar yang dilakukan adalah pembangunan "Jembatan Laut", sebuah jalan darat yang memungkinkan pasukan Ottoman untuk membawa pasukan dan senjata melewati Laut Golden Horn, yang sebelumnya tidak bisa ditembus.

Pengepungan Konstantinopel

Pada 6 April 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih mulai pengepungan Konstantinopel. Pasukan Ottoman mulai mengepung kota dengan segala kekuatan yang dimiliki. Di sisi lain, Kaisar Bizantium, Constantine XI Palaiologos, berusaha keras mempertahankan kota yang kini hanya memiliki sekitar 7.000 tentara dan sedikit bantuan dari negara-negara Eropa. Konstantinopel, meskipun kuat, merasa terisolasi, karena sedikitnya dukungan dari negara-negara Barat yang lebih fokus pada ancaman internal mereka.

Seiring dengan pengepungan, pasukan Ottoman menggali terowongan di bawah tembok kota untuk mengalahkan pertahanan bawah tanah. Sementara itu, meriam besar yang dibawa oleh pasukan Ottoman mulai menghancurkan tembok-tembok kota, membuka celah besar yang bisa dimanfaatkan untuk menyerbu kota.

Pertahanan Bizantium

Konstantinopel, meskipun sedang dikepung, masih memiliki pertahanan yang luar biasa. Tembok-tembok yang mengelilingi kota ini telah terbukti mampu menahan serangan dari tentara Salib dan pasukan besar sebelumnya. Selain itu, laut Golden Horn yang berada di sebelah utara kota juga dipenuhi oleh kapal-kapal Bizantium yang siap untuk menghalangi serangan laut.

Namun, kekurangan pasokan dan kurangnya dukungan dari negara-negara Barat membuat Bizantium berada dalam posisi yang sangat lemah. Meskipun beberapa negara Eropa, seperti Venesia dan Genoa, berjanji untuk mengirimkan bantuan, nyatanya hanya sedikit bantuan yang datang.

Setelah lebih dari dua bulan pengepungan yang keras, pada 29 Mei 1453, pasukan Ottoman melancarkan serangan terakhir yang menentukan. Tembok kota yang telah tergerus oleh meriam dan terowongan kini menjadi titik lemah yang dimanfaatkan oleh pasukan Al-Fatih. Pasukan Ottoman, yang telah bekerja keras menggali terowongan, akhirnya berhasil menembus pertahanan Bizantium di beberapa titik penting.

Pada pagi hari itu, setelah melewati pertahanan terakhir, pasukan Ottoman berhasil memasuki kota dan menggempur pertahanan Bizantium yang telah terkepung. Meski perlawanan keras dilakukan, terutama oleh Kaisar Constantine XI dan pasukannya, akhirnya Konstantinopel jatuh ke tangan pasukan Ottoman.

Kaisar Constantine XI bertempur hingga titik darah penghabisan, tetapi pada akhirnya dia tewas di medan perang, dan Konstantinopel jatuh ke tangan Sultan Muhammad Al-Fatih. Setelah itu, Muhammad Al-Fatih masuk ke dalam kota dan memerintahkan agar Hagia Sophia, gereja terbesar di kota, diubah menjadi masjid. Kota ini pun berganti nama menjadi stanbul, yang berarti "kota" dalam bahasa Turki, dan menjadi ibu kota baru Kesultanan Ottoman.

Dampak Penaklukan Konstantinopel

Penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al-Fatih memiliki dampak yang sangat besar bagi dunia Islam dan Eropa. Bagi dunia Islam, penaklukan ini adalah kemenangan besar yang menyatukan dunia Muslim di bawah kekuasaan Ottoman. Sultan Muhammad Al-Fatih dijuluki "Al-Fatih" yang berarti "Sang Penakluk", karena berhasil meraih kemenangan yang luar biasa.

Bagi dunia Kristen, penaklukan ini merupakan tragedi besar. Konstantinopel, yang sebelumnya menjadi pusat kekristenan Timur, kini jatuh ke tangan pasukan Muslim. Kekaisaran Bizantium yang telah berusia lebih dari seribu tahun pun berakhir, dan dengan itu dimulailah era dominasi Kesultanan Ottoman di wilayah Eropa, Asia, dan Afrika.

Penaklukan ini juga menandai berakhirnya Perang Salib dan menjadi titik balik penting dalam sejarah dunia. Kota yang sebelumnya menjadi simbol kekuatan Kristen kini menjadi simbol kejayaan Islam, dan Kesultanan Ottoman memegang kendali atas jalur perdagangan yang menghubungkan Eropa dan Asia, yang pada gilirannya membawa perubahan besar dalam perekonomian global.

Legasi Sultan Muhammad Al-Fatih

Sultan Muhammad Al-Fatih dikenang sebagai salah satu pemimpin terbesar dalam sejarah Islam dan dunia. Penaklukannya atas Konstantinopel bukan hanya sebuah kemenangan militer, tetapi juga sebuah kemenangan strategis dan simbol kebesaran kekuasaan Ottoman yang akan bertahan selama berabad-abad.

Dengan penaklukan Konstantinopel, Sultan Muhammad Al-Fatih tidak hanya memperluas wilayah, tetapi juga mengubah peta politik dunia, membuka jalur perdagangan baru, dan memberikan dampak budaya yang mendalam. Pada akhirnya, penaklukan Konstantinopel menjadi tonggak sejarah yang menandai berakhirnya satu era dan dimulainya era baru di dunia Islam dan Eropa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun