Mohon tunggu...
Andre Lala Ramadani
Andre Lala Ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sejarah dan Peradaban Islam

Manusia biasa yang sedang bersinergi dalam menyampaikan karunia dari tuhan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Kaligrafi Islam

3 Juli 2024   01:01 Diperbarui: 3 Juli 2024   01:01 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak pendapat perihal asal muasal kaligrafi atau khat. Berdasarkan penelitian para pakar, Kamil al-Baba dalam bukunya "Dinamika Kaligrafi Islam" yang diterjemahkan D.Sirojuddin A.R memaparkan bahwa tulisan Arab (khat) merupakan evolusi dari tulisan Suryani, karena jika dilihat terdapat kemiripan pada bentuk huruf-hurufnya. Adapun dari kalangan Orientalis yang berpegang pada teori lidzbarky seorang ilmuan jerman, bahwa tulisan arab (khat) berkembang tumbuh dari funisia.[1]  Namun, ada pendapat yang telah disepakati oleh para pakar peneliti di bidang ini, yitu pendapat dari van de bronden seorang orientalis asal Belanda. Hasil dari penelitiannya menyimpulkan bahwa tulisan Arab dan kan'an tumbuh bersama di kepingan Jazirah Sinai yang berhasil ditemukan pada tahaun 1904 -- 1905 yaitu berupa ukiran yang ditulis hampir sama dengan bentuk tulisan mesir kuno Hieoroglyph.

Sebagaian besar pakar sejarah berpendapat bahwa akar dari kaligrafi Arab atau Khat  berasal dari  Hieroglyph tulisan bangsa Mesir kuno yang berkembang  pada 3.200 SM, bentuk hurufnya berupa gambar (Pictograph) dan memiliki jumlah ratusan[3] ditemukan pada relief kuburan Pharao (Fir'aun) raja -- raja Mesir kuno yang banyak di jumpai di kota Abidos. Lalu kaligrafi mesir atau Hieroglyph berkembang menjadi Hieratik dan Demotik. 

Dalam perkembangannya di Dunia islam Masa yang paling tepat untuk menentukan awal kebangkitan minat menulis kaum muslimin adalah pasca peristiwa Perang Badar Kubra yang terjadi pada tahun dua Hijriah. Inilah peperangan pertama Ummat islam melawan kaum kafir Quraisy Mekah yang didukung oleh sekutu-sekutunya. Pasukan Rasulullah SAW yang hanya terdiri sekitar tiga ratus personil berhasil menaklukan pihak musuh yang berjumlah lebih dari seribu pasukan. Kemenagan inilah yang menetukan keberlangsungan Islam di masa selanjutnya.

Hamka (1983) dalam bukunya "Tafsir Al-Azhar, pasal Ghanimah" menyebutkan kebijaksanaan Rasulullah sangat tepat dalam menentukan sanksi kepada tawanan Perang Badar yang enggan memeluk agama Islam. yaitu dengan membayar tebusan, jika tidak mampu membayarnya, diwajibkan dari masing-masing tawanan untuk mengajari 10 anak-anak Muslim membaca dan menulis.[1] Pengetahuan membaca dan menulis meluas di kalangan kaum muslim terlebih rasulullah sendiri yang memberikan dorongan dan motivasi  untuk mempelajari dua ilmu tersebut. 

Ajakan beliau berlaku intensif setelah fathu mekkah dan berkumpulnya kaum Muhajirin dan Anshar.[2] Seiring berjalannya waktu,Sehingga Rasulullah memilik lebih dari empat puluh kaligrafef dan termasuk di antaaranya ; Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa'ad bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Harist bin Hisyam mereka itulah yang menulis Mushaf Alqur'an pertama yaitu Mushaf ustmani. 

Dalam sebuah riwayat Mushaf Utsmani berjumlah enam buah yang disebarkan ke beberapa daerah seperti, Kufah, Bashrah dan Madinah dengan tulisan yang sederhana dan masih kaku serta belum memakai tanda baca titik dan Harakat. Selama empat puluh tahun Mushaf-mushaf yang menggunakan rasm Utsmani tidak menggunakaan tanda baca, walaupun demikian pada masyrakat Arab tidaklah menjadi persoalan karena sudah terbiasa dan sanggup meletakkan fungsi fungsi bacaan pada setiap tulisan.

Akan tetapi setelah ajaran Islam meluas ke wilayah pinggiran  sampai ke wilayah  non-Arab, dan kaum muslimin banyak menaklukan daerah-daerah lain timbulah kehawatiran terhadap kesalah pelafalan dalam membaca Alqur'an hal ini banyak dijumpai terlebih pada masyrakat non-Arab bahkan masyrakat Arab sendiri.

Barulah keadaan seperti mendorong kalangan tokoh-tokoh Islam untuk menciptakan cara termudah dalam membaca tulisan Arab. Dari sinilah munculah sosok Abu Al-Aswad sebagai tokoh peletak dasar dasar ilmu Nahwu, disamping Ali bin Abi Thallib.

beliau ini selain dikenal sebagai sahabat nabi terfasih dan juga dalam beberepa riwayat menyebutkan, kata-katanya memiliki kedudukan termulia nomer tiga setelah Al-Qur'an dan Hadist Nabi. Dan dalam sebuah riwayat terpercaya khalifah Ali lah yang menginstruksikan kepada Abu Al-Aswad akan pembaruannya dalam merumuskan tanda-tanda baca Tulisan Arab. riwyat lain mengatakan, perumusan tanda baca oleh Abu Al-Aswad terjadi pada permulaan pemerintah Daulah Umayyah di masa kekuasaan Mu'awiyah (khalifah pertama kerajaan Islam).

Adapun yang dirumuskan oleh Abu Al-Aswad adalah :

  • Tanda fathah dengan satu titik di atas huruf (a)
  • Tanda kasroh dengan satu titik di bawah huruf (i)
  • Tanda dhammah dengan satu titik di sebelah kiri huruf (u)
  • Tanda Tanwin dengan dua titik (an, in, un)

Tida berhenti disitu pengembangan -- pengembangan tanda baca dalam tulisan Arab terus berlanjut hingga masa pasca
Abasiyah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun