Mohon tunggu...
Andre Nicholas Sedewa
Andre Nicholas Sedewa Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya suka musik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ketika Profesor Menjadi Tupai dalam Dunia Akademik

17 Agustus 2024   18:14 Diperbarui: 17 Agustus 2024   18:14 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kasus skandal yang melibatkan gelar profesor sedang marak beredar di Indonesia. Peristiwa ini membuat tercorengnya gelar Profesor di Indonesia. Profesor seharusnya memiliki gambaran terdidik dan dicontoh oleh mahasiswa. Akan tetapi perbuatan beberapa oknum profesor ini malah membuat nama baik gelar Profesor tercoreng dan semakin lama wibawa dari seorang bergelar Profesor menjadi menurun menyebabkan banyak orang akan menganggap rendah gelar ini.

Dilansir menurut Kompas, terdapat kasus 2 Profesor Guru Besar, rektor UNS yang dituding tutupi kasus korupsi 67 Miliar. Nadiem Makarim, menteri pendidikan melakukan pencopotan gelar pada kedua rektor UNS karena melakukan penyalahgunaan kewenangan dan melanggar PP Nomor 94 Tahun 2021. Akan tetapi salah seorang tersangka membantah dugaan penutupan kasus korupsi yang dituduhkan kepada beliau. Beliau juga menduga pencopotan gelarnya merupakan buntut dari keberaniannya melaporkan dugaan korupsi Rp 57 miliar di UNS.

Mengutip laporan dari IDN Times, Profesor Unas diduga plagiarisme dengan mencatut nama dosen UMT tanpa izin. Sejumlah staf UMT marah karena namanya digunakan di makalah tanpa izin.Mengutip laporan dari Retraction Watch.com, pada awal tahun, sejumlah dosen di UMT mendapat laporan bahwa nama mereka muncul di daftar nama penulis makalah Kumba. Namun, tidak ada dosen UMT yang pernah menjalin kerja sama ataupun dikontak oleh si penulis. Sejauh ini, menurut Kumba, proses kasus ini sudah selesai dan kedua pihak sudah berdamai. Namun, hal tersebut sekali lagi mencoreng gelar Profesor yang seharusnya memiliki integritas dengan kewenangannya.

Tikus adalah binatang yang gemar mencuri dari manusia. Mereka mengambil makanan - makanan yang menurut mereka bisa dimakan dan kabur menghilang tanpa diketahui oleh pemilik makanan. Mereka sangat menggambarkan maling yang suka masuk ke rumah dan mengambil barang seseorang. Tetapi berbeda dengan profesor korup, mereka lebih mirip dengan tupai. Banyak orang berpikir bahwa tupai adalah hewan yang lucu dan tidak berbahaya. Sama seperti Profesor yang dianggap sebagai makhluk yang tidak berbahaya dan justru memperlihatkan image yang bagus. Akan tetapi tupai juga dikenal sebagai hewan yang suka mencuri. Dibalik muka baik dan tidak berbahaya, tupai malah suka untuk mencuri. Sama seperti oknum profesor yang terlihat baik dan disegani malah melakukan kegiatan korupsi dengan kewenangan yang ia punya.

Dalam menghadapi skandal yang melibatkan para profesor, masyarakat dan institusi pendidikan harus lebih kritis dan tegas dalam menegakkan standar etika serta integritas akademik. Gelar profesor bukan sekadar tanda prestasi, tetapi juga simbol tanggung jawab moral yang harus dijaga. Skandal-skandal ini tidak hanya merusak reputasi individu yang terlibat, tetapi juga mencoreng citra dunia pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, penegakan hukum yang adil dan upaya pemulihan kepercayaan publik menjadi sangat penting untuk menjaga wibawa dan martabat gelar profesor di Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun