Mohon tunggu...
Andre Makatitta
Andre Makatitta Mohon Tunggu... -

Saya adalah Jurnalis Warga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

"Pulau Ohoieu" Surga Kecil Di Maluku Tenggara

22 Februari 2012   13:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:19 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_162783" align="alignleft" width="300" caption="Pemandangan Exotic Pulau Ohoieu"][/caption] Memang bukan pertama kalinya saya tiba di kota Tual, sudah dua kali saya melewati tempat ini dan hanya singgah sebentar di pelabuhan laut kota tual, baru kali ini untuk yang ketiga kalinya saya kembali dan mendarat di bandar udara perintis dumatubun langgur, hari itu juga ketika tiba, 3 jam kemudian saya langsung menuju ke sebuah desa di sebelah barat kepulauan kei kecil, tepatnya desa tersebut bernama “Ngilngof” saya menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit dari langgur sampai ke Ngilngof dengan menggunakan kendaraan bermotor diantar oleh salah seorang teman, jalanannya memang sudah di aspal namun sesekali kendaraan yang saya tumpangi rasanya seperti berjingkrak-jingkrak lantaran kondisi jalan aspal banyak yang rusak berlubang, ini memperlambat sepeda motor untuk sampai ke desa Ngilngof, kadang kaki terasa pegal karena sepeda motor yang tidak stabil melintas di jalanan berlubang, namun sesekali hilang rasa pegal karena dalam perjalanan saya bisa menikmati indahnya dataran kei kecil yang ditumbuhi oleh hamparan alang-alang berwarna hijau kecoklatan, jarang sekali menemukan pohon-pohon besar di tepian jalan, selain alang-alang, saya melihat banyak sekali tanaman singkong yang ditanam oleh masyarakat sekitar, luar biasa banyaknya,,, saat itu juga terlintas di benak saya bahwa memang benar kepulauan kei terkenal dengan makanan khasnya yaitu “enbal” karena bahan dasar untuk membuat enbal adalah “singkong”. Setibanya di Ngilngof, saya bertemu dengan salah seorang teman yang sudah mendahului saya disana, bung Rudy Fofid, sapaan akrabnya bung Rud, dan salah seorang kerabat yang saat itu diperkenalkan bung Rudy kepada saya adalah bung Ari Liefofid, kami langsung duduk dan bercakap-cakap mengenai hal-hal yang akan saya lakukan dan tujuan utama saya datang ke Ngilngof, tak terasa jam menunjukan pukul 21.00 wit, saya pun pamit dan kembali ke langgur melewati rute yang sama saat menuju ngilngof.

Perjalanan malam agak terasa lebih lama dibandingkan siang, selain kondisi jalan yang dilewati banyak terdapat lubang-lubang kecil dan gelapnya malam mempengaruhi jarak pandang, jadi untuk berkendara harus ekstra hati-hati. dalam perjalanan beberapa kali saya melihat ada kuburan-kuburan lama yang terletak tepat di bibir jalan, ini menambah sedikit suasana horor karena kesunyian malam ditambah suara binatang-binatang malam seperti kelelawar dan serangga, yang tak henti-hentinya mengeluarkan suara. Setelah menempuh perjalanan yang cukup menggelisahkan akhirnya saya bisa tiba kembali di langgur bertemu dengan teman-teman yang lain, karena kelelahan, setibanya disana saya langsung membaringkan badan dan tertidur pulas.

Keesokan harinya pagi-pagi sekitar pukul 7.30 wit saya dan beberapa teman kembali ke ngilngof, disana saya mulai berinteraksi dengan anak-anak muda yang adalah sahabat dan saudara bung Ari termasuk ayah dari bung Ari yang disapa dengan nama kecilnya yaitu Pa Hock, sekitar pukul 9.00 wit saya dan teman-teman bersama dengan bung Ari dan pa Hock, kami menggunakan perahu bot dengan bermesin yamaha 40 PK, tujuan kami adalah pulau kecil yang jaraknya sekitar 1 km dari pesisir pantai desa Ngilngof, nama pulau itu adalah Ohoieu (Ohoi= Pulau, bahasa masyarakat lokal di kei), hanya sekitar 5 menit kami mulai mendekati bibir pantai pulau ohoieu, dari jarak sekitar 200 meter sudah kelihatan indah dan eloknya pulau ini, lekukan lidah pasir(disebut nud oleh masyarakat sekitar) putih dan halus yang terbentuk nampak seperti elokan naga, ini menambah hasrat saya ingin cepat-cepat menancapkan kedua kaki di pasir pulau Ohoieu.

[caption id="attachment_162784" align="alignleft" width="300" caption="Pasir Putih Mirip Tepung Di Pulau Ohoieu"]

1329917509801456094
1329917509801456094
[/caption] Akhirnya….. ketika perahu berlabuh di pasir pantai pulau ohoieu saya pun cepat-cepat melompat, kedua kaki langsung terbenam di dalam pasir,,, upss… saya kaget kenapa bisa terbenam,,,? ternyata pasir di pesisir pantai ohoieu sangat halus hampir sama halusnya dengan tepung terigu putih,, kemudian saya mengambil posisi setengah jongkok lalu tangan kiri mengambil segenggam pasir kemudian perlahan-lahan saya hempaskan,, fenomena ini unik sekali pasir pun berterbangan perlahan-lahan tertiup angin kemudian lenyap dalam sekejap, pasir di pulau kecil ohoieu memang sangat halus dan lembut seringkali ketika pasir melekat di bagian tangan maupun kaki akan sangat sulit sekali dihilangkan karena kehalusan dari butiran-butirannya membuat lengket. Selain putih dan lembutnya pasir ohoieu, pemandangannyapun sangat indah, banyak sekali saya temukan jenis-jenis tumbuhan di pulau ini, ada cemara, kelapa, palem, mangrove, dan beberapa tumbuhan anggrek liar melekat di batang2 pohon, ada juga pohon yang oleh masyarakat ngilngof dinamakan sebagai phon “kira-kira” pohon kira-kira dikategorikan dalam keluarga mangrove karena habitatnya ada di pesisir pantai yang kadar garamnya tinggi dan memiliki kemampuan menyesuiakan diri yang sangat cepat dengan kondisi sekitar. [caption id="attachment_162785" align="alignleft" width="300" caption="Pemandangan Laut Foto Di Ambil Dari Pulau Ohoieu"]
1329917579301655083
1329917579301655083
[/caption] Sedikit tambahan saja, ada pertanyaan menarik mengapa pohon ini disebut pohon “kira-kira”? ternyata keunikannya terletak pada buah yang dihasilkan oleh pohon ini, karena dari buahnya sering dibuat untuk permainan anak-anak maupun orang dewasa, jika anda pernah bermain game puzzle di komputer, cara memainkan permainan buah “kira-kira” juga mirip dengan permainan puzzle, anda akan diperhadapkan dengan potongan-potongan dari buah kira-kira yang terbentuk secara alami, dalam permainan buah “kira-kira” dituntut untuk bisa menyusun bagian per bagian dari buah ini sampai menjadi satu kesatuan bulatan berbentuk buah yang utuh seperti awal sebelum di rombak, kelihatannya gampang tapi ketika saya mencoba, permainan ini membutuhkan waktu hampir setengah jam lebih untuk bisa menyusun buah kira-kira kembali seperti semula, ternyata sulit juga hahahaha.., kesulitannya karena bagian per bagian dari buah kira-kira semuanya hampir mirip, ini yang menyebabkan mengapa permainan buah kira-kira menjadi menarik untuk dimainkan. Makin besar ukuran buah “kira-kira” makin sulit untuk menyusunnya kembali utuh. Pulau kecil ohoieu memang sangat menggoda hati,, selain indahnya pemandangan di pesisir pantai dan udara sejuk, juga hamparan pasir yang sangat halus dan lembut, memberikan suasana hati menjadi tenang dan damai, rasanya ingin membangun sebuah tempat tinggal disini,,, hahahaha,,, sayangnya pulau ini bukan milik saya,,, akan tetapi saya merasa senang dan bahagia bisa datang menginjakan kaki di pulau Ohoieu desa Ngilngof Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara.

email: andre@virtualtech.co.id

Facebook: Andre Makatitta

Twitter: @andremakatitta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun