Mohon tunggu...
Andre Lolong
Andre Lolong Mohon Tunggu... Insinyur - Follow me @andre_gemala

Husband of a caring wife, father of two, car enthusiast, motorsport freak, Life learner..

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

UNDERDOG - Bagian 4: Cemburu

29 April 2023   20:41 Diperbarui: 29 April 2023   21:59 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kulineran (diambil dari pinterest.com dengan account redirect.viglink.com)

Boni merasa gamang. Malam ini harusnya jadi seru, karena ia habiskan bersama teman-teman dekat dan teman-teman baru yang tidak kalah seru. Namun pikirannya terus menuju Lyra dan lelaki baru yang terus nempel bersamanya itu. Saba dan Wanda bergerak menuju kerumunan tempat Rami dan Liani yang masih asik bersama. Niken memilih untuk duduk di Bar dan menemani Boni.

"Mas Boni sama kayak aku, senengnya duduk nyantai." ujar Niken sambil pindah ke kursi di sebelah Boni. Boni tersenyum. Niken memang ada benarnya. Minum bareng teman memang asik, namun untuk urusan joget, Boni bukan peminat serius. Lagipula, pertemuannya dengan Lyra barusan yang membuat Boni benar-benar kehilangan minat berada di tempat ini.

"Setuju. Aku sama kayak kamu, Ken. Cuma senang hangout aja" Boni meneguk Birnya.

"Mungkin sedang cari ilham untuk komik barunya?" tanya Niken penasaran.

"Mungkin juga." Boni jadi berpikir beneran. 

"Ide cerita datang dari perusahaan pemilik komik. Jadi ketika sudah dituangkan menjadi sebuah script, selanjutnya diserahkan ke Illustrator untuk menerjemahkannya menjadi gambar visual dua dimensi. Yang tinggal gue pikirkan adalah bagaimana agar karakter dengan busananya, setting tempatnya, alat-alat yang dipakainya, angle gambarnya sudah sesuai dengan script tersebut." Tambah Boni.

"Jadi Illustrator sama sekali tidak sumbang ide untuk cerita?" tanya Niken.

"Tidak juga. Bisa juga ikut kontribusi ide untuk cerita, karena bagaimanapun juga Illustrator lah yang menghidupkan script tersebut. Maka Illustrator selalu punya banyak gagasan dan saran untuk mendukung cerita." Lanjut Boni

"Lalu apakah Mas Boni enggak tertarik bikin komik sendiri?" Tanya Niken

"Sangat tertarik. Dan gue memang sudah bikin komik sendiri. Cuma sebatas proyek buat diri sendiri saja." Jawab Boni.

"Pengen baca!" Niken mengagetkan Boni "Kisahnya tentang apa Mas?"

"Tentang pria bernama Gibran, yang membentuk team terdiri dari pria dan wanita hebat, demi membasmi sebuah sindikat human trafficking." Boni menjawabnya dengan sedikit berbinar. Selain Saba dan Rami, tidak ada orang yang pernah peduli untuk menanyakan apa yang sedang menjadi passion project nya sekarang. Bahkan seorang Lyra.

Niken (dari
Niken (dari "Art Face Girl" karya Quinn di Pinteres.com)

"Aku pengen baca komiknya Mas Boni!" Niken makin berapi-api.

"Belum jadi komik Ken. Masih sketsa semua." Jawab Boni agak malu

"Aku mau lihat sketsanya!" Niken mendekatkan wajahnya ke Boni. Boni kini bisa melihat jelas bola mata Niken yang sangat besar.

"Hmm boleh. Tapi setelahnya aku dengan sangat terpaksa membunuhmu Ken. Karena itu masih sangat rahasia." Canda Boni.

"Setidaknya ceritakan plot nya Mas" Niken tidak mau menyerah. 

Illustrator (dari pinterest.com dengan account todayinspiration.com)
Illustrator (dari pinterest.com dengan account todayinspiration.com)

Dan selanjutnya keduanya menghabiskan 15 menit kedepan mendengarkan kisah fiksi karya Boni; Gibran. Boni yang semula letih lesu karena kepikiran Lyra, mulai terhibur dengan keingintahuan Niken akan proyek terpendamnya yang membuat dirinya seolah sedang presentasi mengenai Gibran kepada Warner Bros. Pembicaraan itu terus berkembang seiring pertanyaan-pertanyaan nyeleneh yang diluncurkan oleh Niken. Seperti mengapa Gibran tidak pernah terlibat cinta lokasi dengan anak buah perempuan yang direkrutnya. Atau mengapa Gibran tidak membuat sendiri serum untuk menjadikan dirinya kuat seperti Superhero lain. Keduanya pun sampai harus berpindah-pindah tempat untuk berdiskusi. Rami dan Saba yang sempat curi dengar langsung paham bahwa Niken ternyata sudah menjadi orang ketiga yang diceritakan Gibran oleh Boni.

Kehangatan diantara kedua insan tersebut tentu saja mendapat sambutan positif dari sahabat-sahabat mereka. Namun juga perhatian khusus dari seorang perempuan cantik yang duduk di kejauhan yang sedang bersama-sama dengan kawanan berbeda. Perempuan itu memandang dari jauh keakraban Boni dan Niken dan membuatnya berpikir. Dirinya tidak sengaja bertemu dengan Boni dan Niken dua jam yang lalu. Dan sesungguhnya tidak menyangka akan bertemu Boni di tempat yang ramai seperti ini, di malam minggu. Waktu-waktunya bersama Boni kerap dihabiskan di sebuah tempat makan atau nongkrong yang jauh dari kesan glamour. Dan biasanya berakhir di Apartment nya, atau Hotel mewah. Boni yang sederhana selalu tahu tempat kuliner pinggiran yang seru dan sedang jadi hits. Cocok sekali dengan Lyra yang suka makan makanan berkolesterol. 

kulineran (diambil dari pinterest.com dengan account redirect.viglink.com)
kulineran (diambil dari pinterest.com dengan account redirect.viglink.com)

Malam ini pria yang datang bersamanya dan sedang duduk disebelahnya sibuk ngobrol seru sambil sesekali tertawa riang dan menenggak Single Malt Scotch favorit nya; Macallan. Dari tempat Lyra duduk, ia baru mengerti apa yang sesungguhnya dirasakannya bila sedang bersama dengan Boni. Datang dari dunia yang berbeda membuat Boni adalah figur yang tidak pernah dijumpai Lyra sebelumnya. Sifat Boni yang apa adanya, penampilan a la grunge dan maskulin serta nuansa kelam yang seolah menjadi auranya membuat Lyra penasaran dan selalu senang dekat dengannya. Melihat kehangatan Boni bersama teman-temannya di kejauhan dan mendapati dirinya disini bersama teman-teman selebritinya membuat Lyra kaget akan perasaannya sendiri, yaitu cemburu. Pikiran Lyra menerawang ke momen enam bulan lalu, ketika ia sedang makan malam bersama teman-teman di Modelling Agency tempatnya bekerja.

Malam Desember itu setelah show dan fitting yang melelahkan, Lyra ingin makan besar, dan melupakan makanan sehat sesaat. Di Kedai Burger Luberger di daerah Blok M ia memesan satu paket Cheese burger, kentang dan Coca Cola. Teman-teman modelnya juga demikian. Para prianya malah memesan porsi yang dua kali besarnya. Sebagai seorang Model papan atas tidak menjadikan Lyra hanya senang menyantap makanan Resto terbaik saja. Jiwa penyuka kebebasannya menginginkan tidak ada yang mengekangnya untuk urusan pergaulan, minat apalagi makanan. Sop Buntut, Soto Betawi, Sate Kambing, Nasi Padang merupakan pelipur lara bagi Lyra di akhir minggu dan tak ada dapat menghentikannya menyantapnya. Apa artinya tinggal di Apartment elit, bermobil sedan sport mewah, berpenghasilan besar, namun tidak dapat makan apa yang diinginkan lidahnya?

Makan Cheese Burger (diambil dari pinterest.com dari account creativemarket.com)
Makan Cheese Burger (diambil dari pinterest.com dari account creativemarket.com)

Sekonyong-konyong seorang pria -yang mungkin tingginya 182 cm- menghampirinya, ditengah Lyra membuka mulutnya lebar-lebar untuk memasukkan sepersekian bagian Cheese burger kedalamnya. Pria tak tahu diri itu berdiri memandangnya, dengan sopan mengajak berkenalan dan menjulurkan tangannya untuk bersalaman. Masih ingat bagaimana susahnya jika kita sedang asik menyantap ayam kalasan dengan nasi dan sambal pakai tangan, lalu tiba-tiba datang pengamen mendekat dan terus menyanyikan lagu-lagunya hingga kita memberikan uang? Yang dirasakan Lyra lebih parah dari itu. Selain dirinya yakin ada saus menempel di sekeliling bibir serta tangannya yang belepotan melted cheese, ia sudah sangat siap untuk melabrak pria nekat tersebut. Hebatnya adegan malah bagaikan di "pause", waktu seolah terhenti dengan delapan wajah yang memandang dirinya, ditengah kesunyian, menantikan respon apa darinya. Sebelum hendak melancarkan bogem mentah kepada pria tersebut, Lyra memandangnya. Berharap setelah melihat mulutnya yang masih terjejal oleh Cheese burger dan bibirnya yang dpenuhi saos, pria itu akan berubah pikiran dan pergi. Tapi tidak.

"Maaf ganggu makan malam kamu, Lyra. Saya suka sekali penampilan-penampilan kamu, dan pengen sekali saya bisa berkenalan. Saya Bonar Sianipar. Biasa dipanggil Boni" Boni menjulurkan tangannya.

Ketika Lyra menengadah, dilihatnya Boni yang tidak seperti ia perkirakan pada awalnya. Badannya tinggi menjulang. Tangannya kokoh dengan kulit sawo matang. Rambut hitam legam, panjang se-rahang, dengan t-shirt berlogo Comic-Con. Orang ini anak Band, atau geek? Tapi Lyra suka. Penampilannya tidak biasa. Gayanya tengil.

ab5f24a897e4b1c8e3d97b4355afa732-644d244ea7e0fa55315b7a92.jpg
ab5f24a897e4b1c8e3d97b4355afa732-644d244ea7e0fa55315b7a92.jpg
Boni (diambil dari pinterest.com, sketsa dari Huyen Jin)

Tersadar dari lamunannya, Lyra mendapati dirinya kembali di sofa melingkar dengan meja dipenuhi Whiskey dan Wine. Asap cerutu, rokok dan entah apalagi benda gas yang ikut dihirupnya, seolah menegaskan keberadaannya sekarang dan rasanya mengecewakan. Lyra menyesap Scotch nya saat Lando, pria yang datang bersamanya itu menggenggam tangannya, mengajak ke Dance Floor saat Disc Jockey memutarkan intro lagu "Children" dari Robert Miles. Tanpa berpikir Lyra mengikuti kemana Lando membawanya. Di tempat yang mereka tuju, padat dengan para pengunjung dan ruang gerak sangat terbatas. Agak ironis dengan fungsi sesungguhnya tempat tersebut. Lando dengan cekatan meraih pinggang Lyra dan mendekapnya mesra, seolah sudah terlatih berpasangan dengan Lyra diiringi lagu kesukaannya. 

Dua puluh meter dari kedua sejoli itu Boni menyaksikannya. Pemandangan memuakkan. Boni sudah hampir melangkah untuk menghampiri mereka dan menghajar Lando habis-habisan, ketika Rami menepuk bahunya dan mengajak cari udara segar. Sadar akan kebodohan dan ketidakberdayaannya, Boni hampir patuh. Namun sesaat kemudian ia berubah pikiran. 

"Lo tunggu disini. Gue mau ke Lyra sebentar." Boni balas menepuk pundak Rami, kemudian ia berlalu.

Rami dengan pasrah menyaksikannya. Bersiap untuk kemungkinan terburuk. Berkelahi karena urusan wanita rasanya konyol sekali. Apalagi dilakukan di suatu tempat dengan reputasi seperti ini. Bisa-bisa mereka di blacklist dan tak akan pernah diizinkan masuk lagi. Dan lagi mengingat semuanya kini berumur mendekati 30 tahun. Dahulu waktu masa SMA ketiganya kerap berkelahi dengan siswa sekolah lain. Saat itu rasanya sudah hebat sekali. Namun tidak malam ini. Ia kemudian memberitahu Saba. Saba bisa melihat Boni hampir sampai ke tempat Lyra dan Lando. Sadar akan situasi tersebut, ia segera mengajak duduk para perempuan ke sofa yang kosong sambil berharap dalam hati lo tidak sebodoh itu kan Bon?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun