"Tidak peduli dunia apa yang ia hadapi, Mario tetaplah Mario." kata Yoshiaki Koizumi, yang memproduksi "Super Mario 3D Land" dan "Super Mario 3D World," antara lain.
Dunia Mario juga telah berkembang menjadi taman hiburan, termasuk Super Mario World di Jepang dan satu di Hollywood yang masih dalam tahap pembangunan. Ini tentu saja merupakan bagian dari strategi untuk memberikan pengalaman interaktif yang berbeda kepada para gamer, kata Miyamoto.
"Bahkan dengan format karakter yang sama, Nintendo berusaha untuk membuat konten setiap game berbeda dan baru", kata Motokura.
Ini juga harus penuh aksi, kata Takashi Tezuka, sutradara dan produser game 2D Super Mario. "Pada dasarnya apa pun bisa terjadi jika permainan itu menyenangkan."
Nintendo selalu mengemas produk unggulannya dengan berhati-hati dan tetap setia pada brand, dengan memikirkan tentang sejarah dan masa depannya, katanya.
Keberhasilan Nintendo akan lebih sulit dicapai jika bukan karena Atari yang menurun di pertengahan 80-an, yang berjuang untuk menemukan permainan yang sukses setelah Pong dan Pac-Man, di era awal video games.
Itu adalah kemunduran serius bagi manufaktur video game Amerika, kata Laine Nooney, asisten profesor dan sejarawan video game di New York University. "Ini memberi Nintendo kesempatan untuk mengubah wajah video game. Ini bukan computer, melainkan mainan. Dan tidak ada game yang lebih menyenangkan daripada 'Super Mario Bros' milik Nintendo."
"Untuk semua kritik yang mungkin mengatakan video game penuh dengan kekerasan dan pertumpahan darah, Mario si tukang ledeng berkumis tetap menjadi wajah paling dikenal dalam industri video game di seluruh dunia," kata Nooney.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H