Dinginnya malam dan pekatnya gelap tidak menciutkan nyali para penonton balap liar di Gunma. Teman-teman tongkrongan, penyuka mobil, groupies dan anggota club mobil balap berkumpul di garis finish di kaki Gunung Akagi untuk menanti jagoan mereka finish duluan.
Sementara diatas ketinggian hampir 3000 kaki, route 62, jarangnya penerangan membuat jarak pandang sangat terbatas. Dari arah timur tampak cahaya lampu mobil dengan deru mesin 7000 rpm.Â
Mazda RX-7 (FD3S) menuruni jalur dengan keepatan 160 kph. Dibalik kemudi, anggota Red Suns bernama Kenji, nampak focus. Deru Rotary Engine besutan kebanggaan Mazda dengan muffler Tanabe pasti membuat keringat dingin para street racer penantangnya.
Sesekali Kenji melirik kaca spion, memantau mobil berwarna two tone putih dan hitam yang menempel di belakangnya; sebuah Toyota Sprinter Trueno GT-APEX (AE86) bertuliskan "Fujiwara Tofu" yang mencari celah untuk overtake. "Tidak mungkin!" seru Kenji dalam hati. Dengan kondisi geografis downhill, horsepower tidak terlalu berpengaruh.Â
Sebaliknya gravitasi yang mengambil alih. Kenji menginjak pedal rem, bagian belakang FD3S mengangkat sedikit, sambil memutar steering wheel ke kanan, tangan kiri Kenji menarik handbrake sesaat dan kembali melepaskannya. Bagian belakang mobil seolah ingin menyusul bagian depan. Mobil mengalami oversteer, berbelok ke kanan.Â
Di belakangnya Takumi Fujiwara sang pengantar tahu yang berada dibalik kemudi AE86 tersebut segera mengambil sisi dalam, dengan sekejab melakukan late braking, memutar steering wheel ke kanan.Â
Kedua mobil kini sejajar berbelok ke kanan. Roda kanan depan AE86 kini berada diatas tanah padat, sisi jalan yang paling dalam. Kenji menyaksikannya dengan rasa tidak percaya. Ia yakin tidak menyisakan ruang untuk mobil fastback tua itu. Namun kini sambil berbelok ia dapat melihat tail light AE86. Memasuki bibir tikungan Takumi mengkoreksi steering wheel, dan kini AE86 berada di depan FD3S.
Seringnya bepergian di sekitar Kota Gunma dan sekitarnya membuat Takumi sangat familiar dengan area termasuk Route 62 dan 257 di Gunung Akagi. Bunta Fujiwara memang peminum dan perokok berat, gayanya selalu jauh dari kesan rapih. Namun ia menjunjung tinggi etos kerja yang benar.Â
Product Tahu terbaik tidak akan berarti apa -apa jika tidak didukung oleh delivery yang tepat waktu. Untuk itu ia selalu memacu putra sematawayangnya; Takumi untuk mengemudi dengan cepat dan benar.
Salah satu "training" Bunta kepada Takumi yang akan selalu diingat oleh para penyuka AE86 adalah meletakkan satu cup berisi air putih pada cup holder mobil AE86 miliknya. Takumi tidak boleh menumpahkan air ketika harus mengemudi melewati Gunung Akagi.
Initial D dengan cepat menaikkan pamor AE86 di Jepang, bahkan di Asia hingga ke Eropa dan Amerika. Seiring dengan kesuksesan Manga hingga dibuatkan film live action nya dan tahun 2014 Initial D kembali diproduksi.
Inilah Toyota Sprinter Trueno GT-APEX yang sebenarnya jauh sebelum menjadi bintang dalam Manga berseri Initial D, telah memiliki banyak penggemarnya di dunia. Salah satu mobil asal Jepang terbaik yang pernah diciptakan. Sebuah legenda. Pada dasarnya mobil ini merupakan variant dari Toyota Corolla.Â
Tepatnya dari E80, yaitu Corolla generasi ke-5. Satu generasi lebih muda dari Corolla DX (E70) yang sangat terkenal di Indonesia dari tahun 70-an hingga sekarang. Corolla merupakan salah satu line up andalan Toyota di era 70-an hingga 90-an dan seiring dengan meningkatnya kebutuhan pasar serta segment, maka lahir beberapa varian seperti wagon, liftback hingga Sport.Â
Sebelum Celica bahkan Supra hadir di dalam tubuh Toyota, pada tahun 1968 Toyota membuat Corolla dengan versi yang lebih sporty, yaitu Sprinter yang lahir dengan jelmaan Corolla fastback, coupe bahkan Sedan yang tampil lebih sporty.
Nama "Trueno" diambil dari Bahasa Spanyol yang berarti "Guntur". Pada tahun 1983, Corolla sudah masuk hingga generasi ke-5 yaitu E80. Sprinter dengan menganut penggerak roda belakang (Rear Wheel Drive/ RWD) lahir dengan displacement 1.6 L. Maka Toyota memberikannya kode; AE86.
- "A"Â menunjukkan engine type 4A,
- "E" menunjukkan model, yaitu Corolla
- "8" menunjukkan generasi; 80 (E80), yaitu Corolla generasi ke-5.
- "6" menunjukkan variant; Sprinter Trueno, penggerak RWD, body style 2-door coupe/ 3-door liftback.
AE86 juga disebut "Hachi-Roku ( )", dari bahasa Jepang yang artinya "delapan-enam". Saudaranya; AE85 juga disebut "Hachi-Go ( )", yang berarti "delapan lima".
Model yang dipasarkan antara 1983-1985 disebut "zenki" (, periode awal), dan yang dipasarkan dari 1986-1987 disebut "kouki" (periode akhir). Pada tahun 1986, Toyota memasarkan model edisi terbatas dari AE86 sebagai model "Black Limited". Ini juga yang disebut Kouki.
Selain satu-satunya generasi Corolla yang RWD, Hachi Roku juga merupakan Hatchback yang mudah dimodifikasi, berbobot ringan dan punya load distribution 50/50 hingga sangat balance.
Urusan kaki-kaki dilengkapi Ventilated Disc Brake depan dan belakang serta Limited Slip Differential (LSD). Body style coupe dan liftback dengan Tilt Headlight yang menawan menjadikan mobil ini berkarakter sport sejati dan fun to drive.
Sementara versi USDM (United States Domestic Market) nya dikenal dengan AE86 SR5 punya spec yang sedikit lebih rendah -demi menyesuaikan dengan regulasi setempat- yaitu dapur pacu 1.6 L Â SOHC 4A-C Â yang bertenaga hanya 113 HP.
AE86 punya saudara kandung yaitu AE85 yang punya nama; "Levin", artinya dalam Bahasa Inggris lama; "Kilat". Hachi Go punya body style mirip dengan Abangnya; coupe dan liftback. Namun liftback yang pakai Tilt Headlight Cuma AE86 saja.
Perbedaan signifikan ada pada dapur pacu. Dimana standard nya; AE85 menggunakan 1.5 L SOHC Carburetor Engine type 3A-U, tanpa LSD, tanpa Disc brake belakang.
Seperti layaknya Toyota Celica yang menjadi Rally Legend, atau Supra jadi jagoan Touring dan Street Legal, figure AE86 tidak akan pernah bisa dipisahkan dari Drifting.
Adalah Keiichi Tsuchiya, seorang Professional Race Driver yang mengemudi AE86 dengan membawanya Touge (mountain pass) Driving, dan merekam aksinya dalam Video.
Video yang diberi nama "Plupsy" tersebut menjadi inspirasi bagi para Car enthusiast dan Street Racer di Jepang. Keiichi terus mempopulerkan Drifting hingga di sah kan menjadi sebuah category di Motorsport. Keiichi dijuluki sebagai Drift King dan reputasi Hachi Roku sebagai Mobil jagoan Drift pun makin menjadi-jadi.
Sementara salah satu insan motorsport Indonesia yang juga berkontribusi dalam mendongkrak popularitas AE86 dan olahraga balap Drifting itu sendiri adalah Rifat Sungkar, professional Rally Driver kebanggaan Indonesia yaitu dengan mensosialisasikan (termasuk membuat acara coaching clinic) Drift, menjadi Promotor Balap Drift hingga menghadirkan AE86.
Spirit dan antusiasme AE86 diteruskan oleh Toyota 86 (GT86 atau FT86 tergantung peruntukkan negara mana) hasil kerjasama dengan Subaru -dengan itu tersedia juga kembarannya; Subaru BRZ- pada tahun 2017, dengan body style fastback coupe dengan N/A engine Boxer 4U-GSE Â yang mampu menyemburkan tenaga 206 HP hingga berakselerasi ke 100 kph dalam 7.6 s dan kecepatan maksimum 233 kph.
Sungguh menyenangkan ketika kita menyaksikan saudara-saudara kita di Daikoku, Jepang, hingga Birmingham, England berkumpul. Tidak terbatas model dan type mobil, tak ada kata lebih jelek, lebih bagus atau lebih kencang.Â
Semua ingin ketemu sambil ngobrol dan ketawa bareng, mungkin berbagi kisah-kisah seru seputar tunggangan kebanggaan, cari informasi, jualan part atau accessories mobil. Yang menjadi satu Bahasa yang dimengerti oleh semuanya adalah mobil. Selamat hari 86.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H