Disamping itu tingginya kadar LH juga berperan mengganggu proses pematangan folikel tersebut. LH yang tinggi akan mengakibatkan terbentuknya folikel yang imatur dalam jumlah dan ukuran yang abnormal. Folikel ini memiliki masa hidup yang lama karena proses kematian folikel ini secara alamiah juga terganggu. Sehingga pada akhirnya hanya akan terbentuk banyak folikel-folikel yang tidak matang di dalam indung telur yang pada USG akan tampak seperti kista.
      Sebenarnya penyakit ini tidaklah terjadi secara tiba-tiba namun membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga kita dapat mengamati gejala-gejalanya sejak dari remaja. Sebanyak 60-85% pasien SOPK memiliki gangguan haid yang dapat berupa memanjangnya siklus haid ataupun tidak mengalami haid sama sekali. Khusus untuk tidak mengalami haid terlebih dahulu harus disingkirkan bahwa pasien tersebut tidak sedang hamil. Selain itu keluhan lain dapat berupa timbulnya rambut berlebih di daerah tubuh dan wajah perempuan yang berpola seperti laki-laki atau disebut dengan hirsutisme.Â
      Rambut tersebut dapat berada di daerah bibir atas, rahang bawah, dada bagian depan, lengan atas, paha, pusar dan punggung. Aplikasi skor Ferriman Gallwey modifikasi sering digunakan untuk menilai hirsutisme ini Gejala lain penyakit ini seperti timbulnya jerawat dengan sebaran yang khas serta adanya keluhan rambut rontok atau alopesia, indeks massa tubuh (IMT) yang tinggi dengan 40% nya adalah obesitas sentral serta tanda fisik resistensi insulin yaitu perubahan warna kulit di daerah lipatan seperti ketiak, pangkal paha dan leher menjadi lebih tebal dan gelap serta berbau atau disebut dengan achantosis nigricans.
      Sudah jelas bahwa tidak ada seorangpun wanita menginginkan penyakit SOPK ini terjadi padanya. Terlebih lagi penyakit ini umumnya terjadi pada wanita usia reproduktif dan tentu saja berimbas pada aspek psikososial wanita tersebut disamping biaya yang harus dikeluarkan untuk mengobati penyakit ini juga tidaklah sedikit. Memang penyakit ini disebabkan oleh banyak hal, tetapi obesitas sebagai salah satu penyebabnya haruslah kita hindari untuk mencegah terjadinya penyakit ini. Dengan memperhatikan gejala-gejala yang telah disebutkan sebelumnya serta mengubah pola hidup menjadi lebih sehat seperti rajin berolahraga, mengatur berat badan, mengubah pola makan diharapkan bisa mencegah obesitas dan pada akhirnya mencegah terjadinya SOPK.
      Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai tips panduan pola makan pintar yaitu : (1) makanlah tiga kali sehari dalam jumlah yang cukup, konsumsi lebih banyak buah, sayur dan sereal, gunakan piring ukuran kecil, (2) kurangi camilan tinggi lemak dan makanan cepat saji, (3) makan jangan terburu-buru dan usahakan tepat waktu, (4) jika menggunakan mentega untuk roti oleskan tipis-tipis saja, (5) batasi konsumsi daging berlemak, buang lemak pada daging, dan sisihkan kulit ayam, (6) pilih cara masak dibakar atau direbus daripada digoreng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H