Mohon tunggu...
Andre wahyusetyawan
Andre wahyusetyawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar/Ketua tim basket dan anggota band sekolah/No urut 2 "Cipta lagu" di Flsn2n tingkat kabupaten/Sekolah SMAN 1 Cerme

Saya suka bermain basket,membuat lirik lagu terkadang bermain musik,saya punya hobi juga menulis artikel di blog pribadi tentang pertandingan NBA dan terakhir saya terkadang suka melihat puisi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rupiah Melemah terhadap Dolar, Apakah Ini Pertanda Bahaya?

14 Juni 2024   15:04 Diperbarui: 14 Juni 2024   15:04 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : Generate ai

Nilai tukar rupiah yang terus merosot terhadap dolar AS lagi jadi sorotan, nih. Beberapa hari terakhir, kurs rupiah udah tembus Rp16.000 per dolar AS, level terendah dalam empat tahun terakhir. Efek dari kurs rupiah yang anjlok ini lumayan berasa dan ngefek ke banyak aspek ekonomi di Indonesia. Berikut dampak lemahnya kurs rupiah :

Untung Buat yang Bergaji Dolar

Karyawan yang digaji dalam dolar AS pasti senyum lebar, deh. Mereka yang punya tabungan dalam dolar AS bakal dapat lebih banyak rupiah waktu ditukar. Misalnya, kalau Cermat Indra Kusuma punya tabungan USD 50.000 dengan kurs jual 1 USD = Rp14.958, dia bakal dapat Rp747.900.000. Dengan kurs yang sekarang lebih tinggi, nilai tukarnya jadi lebih gede lagi. Mereka yang kerjanya di perusahaan multinasional atau yang pekerjaannya dibayar dalam dolar jelas diuntungkan dari lemahnya kurs rupiah. Tabungan mereka bisa nambah banyak dalam bentuk rupiah, jadi bisa buat investasi atau keperluan lainnya di dalam negeri.

Eksportir Lokal Makin Cuan

Eksportir lokal juga ketiban untung nih. Barang-barang impor jadi lebih mahal, jadi permintaan produk Indonesia meningkat. Eksportir mebel dan tekstil, misalnya, bakal dapat cuan lebih dari meningkatnya permintaan produk mereka. Dalam kondisi rupiah yang lemah, produk-produk ekspor dari Indonesia jadi lebih kompetitif di pasar internasional. Harga yang lebih murah di mata pembeli luar negeri bisa menarik lebih banyak pembeli. Bagi eksportir, ini kesempatan buat ningkatin volume penjualan dan mungkin juga ekspansi ke pasar-pasar baru. Jadi, walaupun ada tantangan di dalam negeri, sektor ekspor bisa jadi salah satu penolong ekonomi Indonesia.

Harga Impor Melonjak

Tapi, ada juga sisi nggak enaknya. Harga barang-barang impor pasti naik. Otomatis, biaya hidup masyarakat bakal meningkat juga. Banyak produk yang sehari-hari kita pakai diimpor, mulai dari elektronik, pakaian, hingga bahan makanan tertentu. Kalau harga-harga ini naik, daya beli masyarakat bisa turun. Efek domino dari harga impor yang naik bisa bikin harga barang-barang lain ikut naik juga karena biaya produksi dan distribusi meningkat. Jadi, meski ada pihak yang diuntungkan dari lemahnya rupiah, dampaknya ke masyarakat umum bisa cukup berat.

Faktor-Faktor yang Bikin Rupiah Lemah :

Penguatan Indeks Dolar AS

Salah satu penyebabnya adalah penguatan indeks dolar AS. Indeks ini ngukur nilai tukar dolar AS terhadap mata uang lain. Kalau indeks dolar AS naik, otomatis kurs rupiah melemah. Penguatan dolar AS bisa dipicu oleh berbagai faktor, seperti kebijakan moneter dari Federal Reserve (bank sentral AS), kondisi ekonomi global, atau bahkan sentimen pasar terhadap dolar AS sebagai safe haven di tengah ketidakpastian global. Ketika dolar menguat, mata uang lain, termasuk rupiah, cenderung melemah karena pelaku pasar beralih ke dolar yang dianggap lebih stabil.

Cuti Lebaran

Cuti Lebaran juga ikut andil, lho. Karena data ekonomi Indonesia nggak bisa dirilis selama masa cuti, investor jadi ragu. Mereka cenderung jual aset-aset mereka, termasuk rupiah, sehingga kursnya melemah. Di periode ini, aktivitas ekonomi memang cenderung melambat karena banyak orang yang libur. Data-data ekonomi yang biasanya jadi acuan investor untuk mengambil keputusan juga tertunda rilisnya, bikin mereka lebih berhati-hati. Ketidakpastian ini bisa bikin mereka menarik dana dari Indonesia dan beralih ke investasi yang dianggap lebih aman.

Tensi Politik

Tensi politik di Timur Tengah juga berpengaruh. Naiknya harga emas dan minyak bikin investor khawatir sama kondisi ekonomi global. Akibatnya, mereka jual aset-aset, termasuk rupiah, yang bikin kursnya melemah. Ketegangan di wilayah seperti Timur Tengah sering kali mempengaruhi harga komoditas global, terutama minyak. Kenaikan harga minyak bisa memicu inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Di tengah ketidakpastian ini, investor cenderung menghindari aset berisiko dan memilih aset yang lebih aman, seperti dolar AS, emas, atau obligasi pemerintah negara maju.


Solusi Buat Mengatasi Lemahnya Kurs Rupiah

Stabilkan Politik dan Ekonomi

Salah satu solusinya adalah stabilin kondisi politik dan ekonomi. Kalau stabil, investor jadi percaya sama ekonomi Indonesia dan bakal beli aset-aset Indonesia, termasuk rupiah. Stabilitas politik penting buat menjaga kepercayaan investor. Kebijakan yang konsisten dan transparan dari pemerintah bisa membantu menenangkan pasar. Selain itu, stabilitas ekonomi juga penting. Pemerintah perlu memastikan inflasi terkendali, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan tidak ada kebijakan yang tiba-tiba dan mengagetkan pasar.

Perbaiki Neraca Berjalan

Perbaiki neraca berjalan juga penting. Neraca berjalan yang seimbang bikin Indonesia punya cadangan devisa yang cukup, jadi kurs rupiah nggak bakal melemah terlalu jauh. Neraca berjalan adalah salah satu indikator kesehatan ekonomi suatu negara. Kalau ekspor lebih tinggi dari impor, neraca berjalan jadi surplus dan cadangan devisa meningkat. Ini bisa membantu menstabilkan kurs rupiah karena Indonesia punya lebih banyak dolar untuk mengelola fluktuasi kurs. Kebijakan untuk mendorong ekspor dan mengurangi ketergantungan pada impor bisa jadi langkah yang efektif.

Tingkatkan Ekspor

Tingkatkan ekspor juga bisa jadi solusi. Ekspor yang meningkat bikin eksportir makin cuan dan punya lebih banyak uang buat beli aset-aset lain, termasuk rupiah. Dengan begitu, permintaan rupiah meningkat dan kursnya bisa lebih stabil. Pemerintah bisa mendukung peningkatan ekspor dengan memberikan insentif bagi eksportir, membuka akses ke pasar baru, dan memperbaiki infrastruktur pendukung. Diversifikasi produk ekspor juga penting, supaya Indonesia nggak terlalu tergantung pada satu atau dua komoditas saja.

Kesimpulannya, kurs rupiah yang melemah terhadap dolar AS punya dampak signifikan ke berbagai aspek ekonomi Indonesia. Dampak ini bisa diatasi dengan stabilisasi politik dan ekonomi, perbaikan neraca berjalan, dan peningkatan ekspor. Kalau langkah-langkah ini bisa dilakukan dengan konsisten, kurs rupiah bisa lebih stabil dan ekonomi Indonesia tetap tumbuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun