Zaman sekarang bisa disebut sebagai era milenial dimana semua orang bisa menuangkan bermacam ide kreatif dengan berbagai suguhan yang dikemas menarik. Banyak platform maupun aplikasi yang menyediakan hal menarik pada pengguna smartphone.Â
Salah satunya seperti aplikasi tik-tok yang berasal dari Negara Tirai Bambu. Siapa yang tidak mengenal aplikasi satu ini? Tik-tok adalah sebuah aplikasi video berdurasi pendek yang sedang naik daun di Indonesia.
Dengan bermodalkan ponsel pintar (smartphone) aplikasi ini dapat diunduh secara Cuma-Cuma di google playstore. Maka semua orang bisa mengakses aplikasi tersebut dimanapun mereka berada secara gratis.Â
Di Indonesia sendiri tik tok dalam masa kepopulerannya banyak orang menggandrungi aplikasi satu ini. Imbasnya banyak warganet mencoba penggunaannya untuk tampil eksis tidak peduli usia dan dari kalangan mana.
Awalnya aplikasi ini direspon positif sebagai media hiburan. Semakin ranah kesini stigma masyarakat berbeda dan mereka malah mengecam karena banyak penyalahgunaan. Misalnya, membuat konten video dengan berpakaian tidak senonoh dan mengandung unsur SARA. Ingin menjadi terkenal tapi malah menjadi boomerang, tanpa filter ini bisa berdampak secara langsung kepada anak-anak yang menonton.
Dari pro dan kontra yang sudah terjadi banyak warganet berbondong-bondong melalukan petisi Blokir Aplikasi TikTok yang ditujukan kepada bapak Rudiantara selaku menkominfo. Dan pada hari Selasa (03/07/2018) permintaan petisi ini telah ditandatangani sebanyak 51.231 orang, hal tersebut telah didengar oleh pihak kementrian komunikasi dan informatika yang dikabarkan resmi memblokir apliksi Viral yaitu TikTok
Ini yang harus digaris besari, bahwa jika ingin membuat sebuah konten yang menarik tuangkan ide secara kreatif dan unik bukan dengan mencari eksistensi dengan mengumbar rasa malu didepan publik. Maka benahi diri sendiri apabila ingin menjadi seorang creator dengan menyayangkan hal positif untuk melahirkan creator-kreator berbakat.
Membuat konten creator memang tidak segampang yang kita kira. Karena membuat konten itu harus bisa diterima oleh banyak kalangan masyarakat tanpa mengandung hal-hal yang berbau unsur sara. Jika kita membuat sebuah konten, pasti menjadi tolak ukur di masyarakat luas. Menjadi konten creator juga tidak hanya terfokus pada satu aplikasi yang sedang viral, tetapi bisa juga memulai dengan alternative lain seperti Instagram.
Karena di aplikasi instagram sendiri sudah terupgrade dengan fitur-fitur terbaru seperti igtv. Fitur ini memang menyuguhkan waktu durasi video lebih lama agar bisa melatih public speaking. Sebagai wadah bagi para konten creator yang ingin menuangkan ide-ide creative yang ingin mereka buat
Untuk TikTokers sebutan bagi pengguna Aplikasi TikTok, jangan berhenti memunculkan  ide-ide kreatif yang ingin kalian tuangkan. Terus berkarya untuk maju bahwasanya manusia memiliki kreatifitas yang tinggi, meski tidak menggunakan aplikasi tiktok lagi.mencoba hal-hal ditempat baru itu penting. Karena bangsa ini perlu melahirkan para anak bangsa yang berbakat yang penuh inovasi. Saran saya sebagai sesama warganet juga adalah jadilah generasi millennial yang bijak dan penuh kreatifitas, bukan menjadi generasi pembodohan akibat penyalagunaan aplikasi.
Oleh : Ahmad Andre Efendi
Mahasiswa Ilmu Komunikasi/Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H