[caption caption="Menikmati Fenomena Alam Gerhana Matahari Total dari Perbatasan Jakarta"][/caption]Hari ini tepat ulangtahunku. Yang ke berapa? Â Hehehe. yang pasti masih layak disebut Kompasianer cilik.Â
Hari ini kita semua menikmati Gerhana Matahari Total, saat matahari dan bulan kompak di satu lintasan sehingga kita di bumi menjadi saksi fenomena alam yang katanya terjadi  350 tahun sekali.
Sebenarnya dari sebulan lalu aku meminta Mama agar merayakan Ultahku  di Palembang, karena pasti seru menikmati eforia Gerhana Matahari Total. Namun apa boleh buat, ternyata mama tidak bisa.  Daripada jauh-jauh ke Palembang, mama usul kita ber-Gerhana Matahari Total di Planetarium Taman Ismail Marjuki Cikini Jakarta.
Waktu Mama tanya minta hadiah ulang tahun apa? Â Aku rasa kasih sayang mama dan barang yang aku butuhkan, satu komputer macbook untuk membuat website dan aplikasi komputer sampai saat ini sudah cukup.Â
Bahkan aku sangat bersyukur, karena aku mendapat hadiah kejutan dari Tuhan sendiri. Ulang tahunku pas dengan Peristiwa Gerhana Matahari Total 2016. Konon akan ada Gerhana Matahari Total berikutnya tahun 2042 tetapi belum jelas, apakah akan bisa dinikmati dari Indonesia, dari Jakarta.
Menikmati Ulang Tahun saat Gerhana Matahari Total
Pagi 9 Maret 2016, pukul 5 pagi aku sudah bangun dan bersiap-siap menuju Taman Ismail Marjuki. Tapi pas buka televisi, ada laporan kalau sudah 5000 lima ribu orang memenuhi TIM dengan niat yang sama, menikmati Gerhana Matahari Total.
Walah, udah nggak asyik lagi dong ke TIM yang penuh sesak. Maka kami merasa tidak semangat lagi ke TIM, ngapain lagi berdesak-desakan. Â Sementara waktu berjalan terus, sudah pukul 6 pagi. Pukul 06.21 sudah diinformasikan mulai terjadi Gerhana Matahari Total. Dan tentu saja kami tidak mau melewatkan momentum ini. Jadi bagaimana ya?
Bosan menyimak siaran televisi, Â lalu aku ke luar rumah dan melihat ke langit sambil mengenakan kacamata 3D. Langit cerah dan bersahabat. Aku melihat bulatan matahari mulai gepeng, tidak bulat lagi, karena tertutup bayangan bulan. Puji Tuhan, ternyata nggak perlu ke Palembang, nggak usah berdesak-desakan ke Taman Ismail Marjuk. Dari rumah saja bisa menikmati Gerhana Matahari Total.
Foto Rontgen dan Gerhana Matahari Total
Sekarang ada sedikit persoalan, yang berminat menikmati proses Gerhana ada 6 orang, sementara kacamata 3D cuma ada tiga. Jadi nggak asyik nih, kalau mesti gantian. Gimana caranya ya?
Mamaku yang kreatif nggak habis akal. Mama buru-buru cari foto rontgen nenek kemarin. Dan dengan bermodal foto rontgen itulah kami beramai-ramai menikmati detik demi detik Gerhana Matahari Total.  (Lihat jepretan foto Gerhana Matahari yang dibuat kakakku,  berbasis  foto rontgen nenekku)Â
Sudah beres urusan mata, sekarang urusan perut. Dari pukul 06.21 sampai pukul 07.21 puncaknya lumayan lama ya. Pukul 07.00 perut sudah keroncongan. Eh, lewat tukang roti langganan, dan kami pun berpesta roti coklat dan minuman air kemasan.
Sambil mata tidak lepas memandang ke langit, menikmati fenomena alam yang spektakuler ini. Perut kenyang, Mata dipuaskan, Gelak tawa bersama orang-orang yang kucintai.
Begitulah cara Tuhan memberi aku hadiah ulang tahun di 2016. Terimakasih Tuhan.Â
Selamat ulang tahun untuk Kompasianer yang kebetulan ultah di hari ini. Selamat menjadi saksi Gerhana Matahari Total. Â Semoga kita bisa menikmati Gerhana Matahari Total yang katanya akan terjadi di tahun 2042. Â
[caption caption="nggak cukup kacamata 3D, foto rontgen pun berguna untuk menikmati proses Gerhana Matahari Total."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H