Salah satu justifikasi untuk algoritma news feed adalah untuk membantu pengguna mengatasi banjir informasi. Bayangkan, jika seorang pengguna memiliki 300 teman yang masing-masing memposting beberapa foto, komentar, atau tautan berita setiap hari, maka akan ada ribuan konten baru yang harus dilihat. Algoritma ini berfungsi sebagai "penyaring," menampilkan konten yang dianggap paling relevan.
Namun, pendekatan ini membawa dua masalah utama. Pertama, bagaimana menentukan relevansi secara objektif? Preferensi individu sangat bervariasi, dan algoritma sering kali gagal memahami konteks atau niat sebenarnya di balik interaksi pengguna. Kedua, meskipun algoritma berhasil menyajikan konten yang relevan, pengguna tetap kehilangan kendali atas pengalaman mereka sendiri. Dalam banyak kasus, algoritma lebih menguntungkan platform ketimbang pengguna.
Pemasaran Digital: Antara Keuntungan dan Eksploitasi
Pencipta iklan pop-up pernah menyatakan bahwa ada perbedaan besar antara pemasaran berbasis niat dan pemasaran berbasis pengawasan. Pemasaran berbasis niat adalah ketika perusahaan merespons kebutuhan nyata konsumen, seperti membantu mereka menemukan produk yang sesuai. Sebaliknya, pemasaran berbasis pengawasan melibatkan pemantauan intensif terhadap aktivitas online pengguna untuk memprediksi kebutuhan mereka, yang sering kali melanggar privasi.
Pendekatan kedua ini menjadi dasar dari model bisnis banyak perusahaan teknologi. Mereka tidak hanya menawarkan produk atau layanan, tetapi juga memanfaatkan data pengguna untuk menghasilkan pendapatan tambahan. Dalam jangka panjang, ini dapat merusak hubungan antara perusahaan dan konsumen, terutama ketika pengguna merasa dimanipulasi.
Mencari Jalan Tengah
Bagaimana kita dapat memanfaatkan teknologi tanpa mengorbankan etika? Jawabannya terletak pada transparansi dan penghormatan terhadap privasi pengguna. Perusahaan harus memberikan kontrol lebih kepada konsumen atas data mereka, seperti memungkinkan mereka untuk memilih jenis data apa yang boleh dikumpulkan.
Selain itu, regulator juga perlu memainkan peran yang lebih aktif. Hukum dan kebijakan harus dirancang untuk melindungi konsumen dari eksploitasi data. Misalnya, undang-undang seperti GDPR di Uni Eropa dapat menjadi model untuk negara lain dalam melindungi privasi pengguna.
Sebagai seseorang yang telah memutuskan untuk berhenti menggunakan media sosial, saya merasa lebih bebas dari tekanan algoritma yang terus mencoba "memahami" saya. Saya tidak lagi merasa perlu mengetahui kehidupan pribadi orang lain yang sebenarnya tidak relevan dengan hidup saya. Pengalaman ini membuat saya semakin sadar akan pentingnya mengambil kendali atas teknologi yang kita gunakan.
Pemasaran modern memiliki potensi besar untuk menciptakan hubungan yang lebih baik antara perusahaan dan konsumen. Namun, tanpa etika yang jelas, teknologi ini justru dapat menjadi alat eksploitasi. Masa depan pemasaran terletak pada kemampuan kita untuk menemukan keseimbangan antara inovasi dan tanggung jawab.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI