Mohon tunggu...
Andrea Wiwandhana
Andrea Wiwandhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Digital Marketer

Menggeluti bidang digital marketing, dan saat ini aktif membangun usaha di bidang manajemen reputasi digital. Spesialis dalam SEO, dan Optimasi Google Business.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mythomania Gejala Penyakit Halu dan Suka Bohong

24 September 2024   11:57 Diperbarui: 24 September 2024   12:17 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mythomania tidak hanya merusak kehidupan pribadi penderita, tetapi juga bisa menimbulkan dampak sosial yang lebih luas. Kebohongan yang terus menerus dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan dari orang-orang terdekat, baik itu keluarga, teman, maupun rekan kerja. Dalam beberapa kasus, kebohongan yang melibatkan orang lain bisa memicu konflik dan merusak reputasi, baik di lingkungan pribadi maupun profesional.

Salah satu contoh nyata dari dampak sosial mythomania adalah ketika kebohongan tersebut menyebar di dunia maya, terutama melalui media sosial. Di era digital, kebohongan dapat dengan cepat menyebar dan memengaruhi banyak orang. Ketika kebohongan tersebut terbongkar, konsekuensinya bisa sangat merusak, baik bagi individu yang berbohong maupun orang-orang yang terlibat dalam cerita tersebut.

Penderita mythomania sering kali tidak menyadari bahwa kebohongan mereka bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang lain. Ketika kebohongan terungkap, kepercayaan yang telah dibangun selama bertahun-tahun bisa hancur dalam sekejap. Ini bisa membuat penderita mythomania semakin terisolasi, yang pada gilirannya memperburuk kondisi mental mereka.

Mengatasi mythomania bukanlah tugas yang mudah, karena kondisi ini sering kali telah menjadi bagian dari kebiasaan seseorang. Namun, dengan bantuan profesional, mythomania bisa diobati melalui terapi psikologis yang bertujuan untuk membantu penderita memahami akar dari kebohongan mereka dan belajar untuk mengendalikan dorongan berbohong.

Salah satu bentuk terapi yang sering digunakan untuk mengatasi mythomania adalah terapi kognitif perilaku (CBT). Terapi ini membantu penderita untuk mengidentifikasi pola pikir yang memicu kebohongan mereka, serta mengembangkan strategi untuk mengubah pola pikir tersebut. Dalam beberapa kasus, obat-obatan juga bisa diberikan untuk membantu mengatasi kecemasan atau depresi yang mungkin menyertai mythomania.

Dukungan dari keluarga dan teman juga sangat penting dalam proses penyembuhan. Penderita mythomania sering kali merasa terisolasi dan malu atas kebohongan mereka, sehingga dukungan dari lingkungan sekitar bisa membantu mereka merasa diterima dan termotivasi untuk berubah. Selain itu, penting untuk memberikan ruang bagi penderita mythomania untuk belajar dari kesalahan mereka tanpa merasa dihakimi.

Mythomania adalah gangguan psikologis yang sering kali disalahpahami sebagai kebiasaan berbohong biasa. Namun, kondisi ini lebih serius karena berkaitan dengan aspek psikologis yang mendalam dan bisa merusak kehidupan pribadi serta sosial seseorang. Di era modern yang didominasi oleh media sosial dan budaya konsumerisme, mythomania bisa semakin sulit dikenali karena kebohongan sering kali dianggap sebagai bagian dari pencitraan diri yang diterima secara sosial.

Untuk mengatasi mythomania, penting bagi penderita untuk menyadari bahwa kebohongan mereka bukanlah solusi jangka panjang, melainkan masalah yang harus dihadapi. Dengan bantuan profesional dan dukungan dari orang-orang terdekat, mythomania bisa diobati, dan penderita dapat belajar untuk hidup dengan lebih jujur dan otentik. Pada akhirnya, kebahagiaan sejati tidak datang dari kebohongan, tetapi dari penerimaan diri dan keberanian untuk hidup sesuai dengan kenyataan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun