Penting untuk diingat bahwa masalah kesehatan mental seringkali memerlukan penanganan intensif dan berkelanjutan.Â
Di sini, para kritikus menekankan bahwa alih-alih menciptakan solusi jangka pendek seperti "Mobil Curhat", pemerintah seharusnya fokus pada penguatan layanan kesehatan mental di Puskesmas dan institusi kesehatan lainnya.Â
Dalam artikel yang diterbitkan oleh Inilah, saran ini semakin ditekankan: memperbanyak psikolog dan psikiater di layanan kesehatan masyarakat lebih mendesak dibandingkan menyediakan fasilitas mobil curhat yang mungkin hanya bersifat temporer dan terbatas.
Lebih lanjut, ada kekhawatiran bahwa "Mobil Curhat" bisa saja menjadi sekadar program yang menarik secara visual tanpa dampak nyata yang signifikan.Â
Di tengah kemajuan teknologi dan digitalisasi, banyak orang bertanya-tanya mengapa program yang lebih berbasis teknologi---seperti aplikasi atau layanan online counseling yang lebih mudah diakses---tidak diprioritaskan.Â
Layanan berbasis aplikasi misalnya, bisa menjangkau lebih banyak orang dengan biaya yang lebih rendah dan tanpa batasan geografis.Â
Ini juga memungkinkan penanganan yang lebih berkelanjutan karena sesi-sesi konsultasi bisa diatur secara rutin tanpa tergantung pada jadwal mobil yang berpindah-pindah.
Di sisi lain, perlu diakui bahwa program "Mobil Curhat" dapat memberikan dampak positif pada tingkat tertentu, terutama bagi masyarakat yang kurang familiar dengan layanan psikologis atau yang merasa segan untuk datang ke Puskesmas atau klinik kesehatan.Â
Kehadiran fisik mobil ini di tengah masyarakat dapat memberikan rasa nyaman dan aman bagi mereka yang enggan mencari bantuan kesehatan mental.Â
Dengan kata lain, ada nilai sosial dan emosional yang mungkin tidak langsung terlihat namun dapat berperan penting dalam mendekatkan masyarakat dengan layanan kesehatan mental.