Mohon tunggu...
Andrea Wiwandhana
Andrea Wiwandhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Digital Marketer

Menggeluti bidang digital marketing, dan saat ini aktif membangun usaha di bidang manajemen reputasi digital. Spesialis dalam SEO, dan Optimasi Google Business.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

McLaren Lo Warna Apa? Mental Rusak Karena Influencer Tidak Jelas

7 Agustus 2024   19:53 Diperbarui: 8 Agustus 2024   10:19 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital saat ini, pengaruh media sosial terhadap mentalitas masyarakat, khususnya di Indonesia, semakin kuat. Fenomena ini dapat kita lihat dari peran influencer yang sering kali tidak jelas kredibilitasnya namun memiliki dampak signifikan terhadap perilaku dan cara berpikir masyarakat. Salah satu contoh nyata adalah sosok Timothy Ronald, yang kerap menjadi sorotan publik.

Timothy Ronald, seorang kolektor mobil McLaren dan sosok yang dikenal di dunia cryptocurrency, sering kali muncul di media sosial dengan pernyataan-pernyataan kontroversial. Salah satunya adalah ketika ia menyebut bahwa "sekolah itu scam," yang mengundang banyak reaksi dari netizen. Selain itu, Timothy juga dikenal karena kebiasaannya memamerkan kekayaan, termasuk koleksi mobil mewahnya, yang semakin memperkuat citranya sebagai influencer yang lebih menekankan gaya hidup hedonis daripada substansi.

Pengaruh seperti yang dilakukan Timothy ini memiliki dampak yang tidak kecil terhadap mentalitas masyarakat, terutama anak muda. Mereka sering kali terjebak dalam ilusi kesuksesan instan tanpa memahami kerja keras dan proses di baliknya. Gaya hidup yang ditampilkan oleh influencer semacam ini dapat memicu perilaku konsumtif dan materialistis, serta mengaburkan nilai-nilai pendidikan dan kerja keras.

Kritik terhadap influencer seperti Timothy Ronald bukanlah tanpa alasan. Banyak yang menilai bahwa apa yang mereka tampilkan di media sosial sering kali tidak realistis dan dapat menyesatkan. Pernyataan kontroversial seperti "sekolah itu scam" misalnya, dapat memberikan dampak negatif bagi generasi muda yang masih mencari arah hidup. Mereka mungkin akan lebih memilih jalan pintas yang tidak jelas arah dan tujuannya hanya karena terpengaruh oleh gaya hidup yang dipamerkan di media sosial.

Dalam menghadapi fenomena ini, literasi digital menjadi sangat penting. Masyarakat perlu dibekali dengan kemampuan untuk memilah informasi dan menyikapi konten yang ada di media sosial dengan bijak. Edukasi tentang penggunaan media sosial dan dampaknya terhadap mentalitas harus menjadi prioritas, baik dari pemerintah, lembaga pendidikan, maupun keluarga.

Pengaruh influencer seperti Timothy Ronald menunjukkan betapa kuatnya peran media sosial dalam membentuk mentalitas masyarakat. Namun, tanpa literasi digital yang memadai, masyarakat bisa terjebak dalam ilusi dan perilaku yang merugikan. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk kritis dan bijak dalam menyikapi setiap konten yang kita konsumsi di media sosial, serta tidak mudah terpengaruh oleh gaya hidup yang tidak realistis.

Dengan demikian, fenomena "McLaren lo warna apa?" tidak hanya sekadar pertanyaan retoris, tetapi juga sebuah cerminan dari tantangan yang dihadapi oleh masyarakat digital saat ini. Tantangan untuk tetap menjaga keseimbangan antara realitas dan ilusi, antara substansi dan penampilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun