Mohon tunggu...
Andrea Wiwandhana
Andrea Wiwandhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Digital Marketer

Menggeluti bidang digital marketing, dan saat ini aktif membangun usaha di bidang manajemen reputasi digital. Spesialis dalam SEO, dan Optimasi Google Business.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengupas Pick-up Artist: Skill Toxic Cowo-cowo Buat Dapetin Cewe

5 Agustus 2024   22:55 Diperbarui: 6 Agustus 2024   09:51 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena "Pick-Up Artist" (PUA) atau seniman penjemput semakin populer di kalangan pria yang ingin mengasah kemampuan mereka dalam mendekati dan memikat wanita. Namun, di balik klaim membantu pria yang tidak percaya diri dalam percintaan, PUA sering kali dianggap berbahaya dan manipulatif. Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang PUA, metode yang mereka gunakan, dan mengapa banyak pihak menganggap skill ini toxic.

Pick-Up Artist adalah sebutan bagi pria yang menguasai teknik dan strategi untuk mendekati, menarik, dan mendapatkan perhatian wanita. Gerakan ini mulai berkembang pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, dipelopori oleh tokoh seperti Neil Strauss dengan bukunya "The Game". Para PUA mengklaim bahwa metode mereka ilmiah dan berdasarkan psikologi sosial.

PUA menggunakan berbagai teknik untuk mendekati wanita, beberapa di antaranya termasuk:

  1. Negging: Memberikan komentar yang terdengar seperti pujian tetapi sebenarnya merendahkan untuk menurunkan rasa percaya diri wanita.
  2. Peacocking: Memakai pakaian atau aksesoris mencolok untuk menarik perhatian.
  3. Mirroring: Meniru gerakan atau kata-kata wanita untuk menciptakan rasa nyaman dan kebersamaan.
  4. Closing: Strategi untuk menutup percakapan dengan mendapatkan nomor telepon atau janji kencan.

Meski beberapa pria mengaku sukses dengan teknik PUA, banyak kritik yang menyebut metode ini sebagai bentuk manipulasi dan pelecehan emosional. Teknik PUA sering kali memanfaatkan ketidakamanan dan emosi wanita untuk mendapatkan apa yang diinginkan pria. Banyak teknik PUA tidak memperhatikan pentingnya persetujuan dan kenyamanan dari pihak wanita. PUA sering kali memperkuat stereotip gender yang merendahkan dan memandang wanita sebagai objek yang harus ditaklukkan. Pria yang mempraktikkan teknik PUA di ruang publik dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa tidak aman bagi wanita.

Praktek PUA dapat membawa dampak negatif yang signifikan, baik bagi wanita maupun pria. Wanita yang menjadi target teknik PUA mungkin merasa direndahkan, dipermalukan, atau bahkan dilecehkan. Di sisi lain, pria yang terlalu mengandalkan metode ini bisa kehilangan kemampuan untuk membangun hubungan yang sehat dan saling menghormati.

Daripada mengikuti metode PUA yang manipulatif, ada pendekatan yang lebih sehat untuk mendekati dan memikat wanita. Jujur dan otentik, kejujuran adalah kunci dalam membangun hubungan yang sehat dan tahan lama. Menghargai perasaan dan kenyamanan wanita dengan empati juga akan menciptakan hubungan yang lebih baik. Berkomunikasi-lah secara terbuka, membuka diri dan berkomunikasi dengan jelas tentang niat dan perasaan. Terakhir, fokus pada pengembangan diri dan menjadi pribadi yang menarik secara alami.

Pick-Up Artist mungkin tampak menarik bagi beberapa pria yang kesulitan dalam percintaan, tetapi teknik dan metode yang digunakan sering kali manipulatif dan merugikan. Lebih baik menghindari pendekatan ini dan fokus pada cara-cara yang lebih sehat dan saling menghormati dalam membangun hubungan. Memahami bahwa setiap orang pantas diperlakukan dengan hormat dan kejujuran adalah langkah pertama menuju hubungan yang lebih baik dan bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun