Mohon tunggu...
Andrea Wiwandhana
Andrea Wiwandhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Digital Marketer

Menggeluti bidang digital marketing, dan saat ini aktif membangun usaha di bidang manajemen reputasi digital. Spesialis dalam SEO, dan Optimasi Google Business.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Terjebak Romantisme Kejayaan Masa Lalu: Menyedihkan atau Pembelajaran?

28 Juni 2024   13:33 Diperbarui: 28 Juni 2024   16:04 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda bertemu dengan seseorang yang terus-menerus membicarakan masa lalunya yang gemilang? Mungkin dulu mereka berasal dari keluarga kaya raya yang kini jatuh miskin, atau mereka pernah menjadi sosok populer yang kini tidak lagi diperhitungkan. Mengingat masa lalu memang wajar, tetapi jika berlebihan, itu bisa menjadi penghambat bagi perkembangan diri. Mengapa kita sering terjebak dalam romantisme masa lalu, dan bagaimana kita bisa keluar dari siklus ini?

Masa lalu yang indah memberikan rasa nyaman dan nostalgia. Kenangan kejayaan memberikan perasaan aman dan bahagia yang sulit ditemukan dalam kondisi saat ini. Saya sendiri sering teringat akan masa-masa di mana segala sesuatu tampak lebih mudah dan menyenangkan. Ketika realitas saat ini terasa pahit dan penuh tantangan, kita cenderung melarikan diri ke masa lalu yang lebih familiar dan terasa lebih baik. Hal ini menjadi semacam pelarian dari ketidaknyamanan hidup saat ini. Bagi banyak orang, kejayaan masa lalu adalah bagian dari identitas mereka. Ketika situasi berubah, mereka merasa kehilangan diri mereka yang dulu. Mengenang masa lalu membantu mereka merasakan kembali siapa mereka sebelumnya.

Terlalu fokus pada masa lalu bisa menghalangi kita untuk berkembang dan mengejar peluang baru. Saya pernah merasa terlalu nyaman dengan kenangan masa lalu sehingga mengabaikan potensi untuk meraih hal-hal baru. Jika kita terus-menerus membandingkan masa kini dengan masa lalu, kita bisa kehilangan motivasi untuk berusaha lebih keras. Masa lalu yang terlihat sempurna membuat segala sesuatu di masa kini terasa kurang. Ketika kita terlalu terfokus pada apa yang sudah berlalu, kita bisa melewatkan kesempatan yang ada di depan mata. Peluang untuk belajar, berkembang, dan menciptakan kenangan baru sering kali terlewat karena kita tidak sepenuhnya hadir di masa kini.

Penting untuk belajar menghargai apa yang kita miliki sekarang. Setiap momen memiliki nilai dan keindahannya sendiri. Saya mencoba untuk lebih fokus pada hal-hal positif di sekitar saya saat ini dan mensyukurinya. Dengan menetapkan tujuan baru, kita bisa mengarahkan fokus ke depan. Menciptakan visi untuk masa depan membantu kita bergerak maju dan tidak terjebak dalam bayangan masa lalu. Berbicara dengan teman atau keluarga tentang perasaan kita bisa sangat membantu. Mereka bisa memberikan perspektif baru dan membantu kita melihat nilai dari masa kini.

Alih-alih hanya mengenang masa lalu, kita bisa mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut. Apa yang bisa kita pelajari dari kesuksesan dan kegagalan di masa lalu untuk diterapkan di masa kini? Terjebak dalam romantisme kejayaan masa lalu memang bisa mengharukan, tetapi jika tidak diatasi, itu bisa menjadi penghalang bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Dengan belajar menghargai masa kini, menetapkan tujuan baru, dan mengambil pelajaran dari masa lalu, kita bisa keluar dari siklus nostalgia dan menghadapi masa depan dengan semangat baru. Setiap momen dalam hidup memiliki nilai yang unik, dan penting untuk selalu ingat bahwa masa depan kita ditentukan oleh tindakan kita saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun