Mohon tunggu...
Andrea Wiwandhana
Andrea Wiwandhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Digital Marketer

Menggeluti bidang digital marketing, dan saat ini aktif membangun usaha di bidang manajemen reputasi digital. Spesialis dalam SEO, dan Optimasi Google Business.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kearifan dalam Konflik: Sing Waras Ngalah

27 Juni 2024   10:20 Diperbarui: 27 Juni 2024   10:33 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari, konflik dan perbedaan pendapat adalah hal yang tidak bisa dihindari. Namun, ada sebuah pepatah Jawa yang mengatakan "Sing waras ngalah," yang berarti "yang waras mengalah." Ungkapan ini mengandung kebijaksanaan mendalam tentang bagaimana menghadapi konflik dengan bijak dan penuh kesadaran. Mari kita telaah makna dan pentingnya prinsip ini dalam kehidupan kita.

"Sing waras ngalah" bukan berarti menyerah atau kalah dalam arti negatif. Sebaliknya, ini adalah tindakan yang menunjukkan kematangan emosional dan kebijaksanaan. Orang yang memilih untuk mengalah adalah mereka yang memahami bahwa tidak semua konflik perlu diselesaikan dengan konfrontasi atau kemenangan. Mengalah dalam konteks ini berarti memilih kedamaian dan keharmonisan di atas ego dan kebanggaan diri.

Banyak konflik terjadi karena kesalahpahaman atau hal-hal sepele. Dengan mengalah, kita bisa mencegah eskalasi konflik yang tidak perlu. Mengalah bisa menjadi cara untuk menunjukkan rasa hormat dan kepedulian terhadap perasaan orang lain, sehingga hubungan tetap harmonis. 

Terlibat dalam konflik yang berkepanjangan dapat merusak kesehatan mental kita. Mengalah membantu kita menjaga ketenangan dan kesejahteraan emosional.

Mengalah dengan bijak memerlukan pemahaman yang mendalam tentang situasi dan emosi kita sendiri. Sebelum merespons dalam konflik, luangkan waktu untuk merenungkan apa yang sebenarnya penting bagi Anda. Apakah memenangkan argumen lebih penting daripada menjaga hubungan?

Cobalah memahami perspektif orang lain. Dengan melihat situasi dari sudut pandang mereka, kita bisa menemukan cara yang lebih baik untuk menyelesaikan perbedaan. Mengalah memerlukan kemampuan untuk mengendalikan emosi dan ego. Ini adalah tanda kekuatan batin dan kedewasaan.

Contoh nyata dari prinsip "sing waras ngalah" bisa ditemukan dalam banyak situasi kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam lingkungan kerja, mengalah dalam diskusi yang panas dapat menjaga profesionalisme dan kolaborasi tim. Dalam hubungan keluarga, mengalah demi kedamaian rumah tangga sering kali lebih bermanfaat daripada memenangkan argumen. 

Mempraktikkan prinsip "sing waras ngalah" membawa banyak manfaat jangka panjang. Ini tidak hanya membantu kita menjaga hubungan yang harmonis, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan. Dengan menghindari konflik yang tidak perlu dan fokus pada solusi yang konstruktif, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih damai dan positif di sekitar kita.

"Sing waras ngalah" adalah prinsip yang penuh kebijaksanaan dan relevan dalam setiap aspek kehidupan kita. Dalam menghadapi konflik, memilih untuk mengalah bukanlah tanda kelemahan, melainkan bukti dari kekuatan dan kedewasaan emosional. 

Dengan mengamalkan prinsip ini, kita bisa membangun hubungan yang lebih harmonis, menjaga kesehatan mental, dan menciptakan kehidupan yang lebih damai. Jadi, saat menghadapi konflik berikutnya, ingatlah bahwa mengalah bukan berarti kalah. Mengalah adalah pilihan bijak yang menunjukkan kebijaksanaan dan kearifan kita dalam menjalani kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun