Mohon tunggu...
Andrea Wiwandhana
Andrea Wiwandhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Digital Marketer

Menggeluti bidang digital marketing, dan saat ini aktif membangun usaha di bidang manajemen reputasi digital. Spesialis dalam SEO, dan Optimasi Google Business.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Anak Full-Time: Mengapa Ini Terjadi dan Siapa yang Bertanggung Jawab?

25 Juni 2024   11:37 Diperbarui: 25 Juni 2024   11:43 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena "full-time son" atau anak full-time menjadi sorotan di berbagai media sosial dan diskusi publik. Fenomena ini merujuk pada anak-anak yang, meskipun sudah dewasa, memilih untuk tidak bekerja dan bergantung sepenuhnya pada orang tua mereka untuk kebutuhan finansial. Mengapa fenomena ini semakin marak dan siapa yang harus disalahkan? Sebagai seorang pengamat sosial, saya akan mencoba menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi serta mencari tahu pihak yang bertanggung jawab.

Salah satu faktor utama di balik fenomena anak full-time adalah perubahan ekonomi dan tantangan di pasar kerja. Dalam beberapa dekade terakhir, biaya hidup meningkat drastis, sementara kesempatan kerja yang layak semakin sulit ditemukan. Banyak lulusan baru yang kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka, membuat mereka terpaksa tinggal lebih lama bersama orang tua. Di banyak budaya, keluarga dianggap sebagai unit yang harus saling mendukung tanpa syarat. Di negara-negara Asia, misalnya, tinggal bersama orang tua hingga dewasa bahkan setelah menikah adalah hal yang biasa. Nilai-nilai ini, meskipun memiliki sisi positif, juga dapat menyebabkan ketergantungan yang berlebihan pada orang tua dan mempengaruhi kemandirian anak.

Orang tua memiliki peran besar dalam membentuk kemandirian dan sikap anak terhadap kehidupan. Orang tua yang terlalu protektif atau memanjakan anak mereka sejak kecil dapat menyebabkan anak kurang siap menghadapi tantangan kehidupan dewasa. Pendidikan dan pengasuhan yang menekankan pentingnya kemandirian dan tanggung jawab adalah kunci untuk mencegah fenomena anak full-time. Teknologi dan media sosial juga berperan dalam fenomena ini. Generasi muda yang tumbuh dengan teknologi cenderung lebih mudah tergoda oleh kenyamanan hiburan digital, seperti game online, media sosial, dan konten streaming. Ketergantungan pada teknologi ini dapat mengurangi motivasi mereka untuk mencari pekerjaan atau mengembangkan keterampilan yang diperlukan di dunia nyata.

Definisi sukses juga mengalami perubahan. Generasi sebelumnya mungkin melihat kesuksesan sebagai memiliki pekerjaan tetap, rumah sendiri, dan keluarga. Namun, bagi banyak generasi muda saat ini, definisi sukses lebih fleksibel dan subjektif. Beberapa mungkin merasa puas dengan gaya hidup yang sederhana dan tidak melihat perlunya bekerja keras untuk mencapai standar kesuksesan tradisional. Menentukan siapa yang harus disalahkan dalam fenomena anak full-time bukanlah hal yang mudah. Ini adalah masalah kompleks yang melibatkan berbagai faktor sosial, ekonomi, dan budaya. 

Orang tua yang terlalu memanjakan anak dan tidak mendorong kemandirian dapat berkontribusi pada fenomena ini. Pendidikan yang seimbang antara kasih sayang dan disiplin adalah kunci untuk membentuk anak yang mandiri dan bertanggung jawab. Kebijakan ekonomi yang tidak mendukung penciptaan lapangan kerja yang layak bagi lulusan baru juga berperan dalam meningkatkan angka pengangguran. 

Pemerintah perlu mengambil langkah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan menciptakan kesempatan kerja yang lebih baik. Generasi muda sendiri juga memiliki tanggung jawab untuk berusaha lebih keras dalam mencari pekerjaan dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan. Motivasi dan etos kerja adalah faktor penting yang harus dimiliki oleh setiap individu. Nilai-nilai budaya yang mengutamakan kenyamanan dan ketergantungan pada keluarga juga perlu dikaji ulang. Masyarakat perlu mendukung pendidikan yang menekankan pentingnya kemandirian dan tanggung jawab pribadi.

Untuk mengatasi fenomena anak full-time, diperlukan pendekatan yang menyeluruh dan kolaboratif:

  1. Pendidikan yang Memadai:

    • Mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan dan keterampilan hidup dalam kurikulum sekolah untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi dunia kerja.
  2. Dukungan dari Orang Tua:

    • Orang tua harus mendorong kemandirian anak sejak dini dengan memberikan tanggung jawab yang sesuai dan mendukung pengembangan keterampilan mereka.
  3. Peluang Kerja:

    • Pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk menciptakan lebih banyak peluang kerja yang layak dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun