Uni Eropa membuka pintunya lebar-lebar untuk produk kelapa sawit dari Indonesia. Kabar gembira itu mengemuka sejak beberapa waktu lalu. Berkat lobi dan diplomasi dagang yang intensif dilakukan oleh Menteri Perdagangan Enggartiaso Lukita, benua biru itu bisa terbuka menerima produk sawit kita. (cnnindonesia.com)
Padahal sebelumnya, produk-produk sawit kita ditolak oleh negara-negara di Eropa karena dinilai merusak vegetasi hutan hujan tropis di Indonesia. Mungkin orang-orang Eropa lupa, kebun sawit itu sama seperti hutan juga. Bedanya, vegetasinya cuma satu jenis.
Beberapa hari lalu juga, ada kabar bahwa negara-negara seperti Swiss, Norwegia, dan Liechtenstein juga membuka pintu bagi produk-produk Indonesia seperti minyak sawit hingga produk laut atau seafood.
Satu hal yang bisa kita apresiasi adalah, Indonesia bisa semakin berbicara di panggung dunia. Kita bukan sekadar salah satu negara terbesar di dunia, tapi juga berpeluang mewarnai dengan kental perdagangan dunia.
Dari Eropa, sawit kita dikabarkan mulai merambah Cina dan India. Khususnya dalam bentuk biodiesel. Sebelumnya, minyak sawit kita dan produk turunannya sudah jadi langganan di India. Tapi kini, kedua negara terbesar di Asia itu mulai meminati biodiesel dari kelapa sawit kita.
Indonesia mungkin dikenal sebagai negara importir minyak mentah. Kita masih membutuhkan pasokan bahan bakar minyak dari luar negeri. Kini dengan makin diminatinya biodiesel dari minyak sawit kita, Indonesia berpeluang jadi pemain penting dunia.
Selain Asia dan Eropa, aasih ada tiga benua lagi, yaitu Afrika, Australia, dan Amerika yang berpeluang jadi pasar bagi produk sawit kita.
Seiring dengan keberhasilan lobi dan diplomasi Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita ke Eropa, kita juga patut berharap ia akan memperluas lagi pasar bagi produk-produk Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H