Mohon tunggu...
Andreas Agil Munarwidya
Andreas Agil Munarwidya Mohon Tunggu... Guru - SMK IT Ihsanul Fikri Mungkid

Guru, Penulis, dan Sastrawan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Sejarah Fiksi melalui Project Based Learning (PjBL) dengan Metode Latihan Terbimbing

7 September 2024   09:45 Diperbarui: 7 September 2024   11:21 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas pandemi COVID-19, kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan untuk kembali bertatap muka atau luring ternyata meninggalkan semacam lubang besar dalam pembelajarannya. Tidak sedikit yang diajar dan juga yang mengajar mengalami kendala dalam menumbuhkan kesemangatan dan kefokusan kegiatan belajar mengajar tersebut. Alhasil, pembelajaran pascapandemi ini terkesan hanya untuk menggugurkan kewajiban, tanpa tahu arah dan capaian apalagi tujuan besar dari dilaksanakannya pendidikan di sekolah-sekolah menengah.

Diilhamkan kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan dari diskusi matang melihat peluang masa depan, diputuskan kelas XII Angkatan 9 (UNEON) di SMK IT Ihsanul Fikri Mungkid pun melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang diarahkan kepada peningkatan keterampilan menulis. Adalah Kompetensi Dasar 3.40 Menganalisis kebahasaan cerita atau novel sejarah, serta 4.40 Menulis cerita sejarah pribadi dengan memerhatikan kebahasaan, yang menjadi dasar kami untuk mengadakan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita sejarah fiksi melalui Project Based Learning (PjBL) dengan metode Latihan Terbimbing. Capaian akhir dari pembelajaran tersebut adalah terbitnya antologi cerita sejarah fiksi.

Strategi yang Dilakukan

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang terencana sesuai dengan apa yang telah dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran atau rencana aksi yang dibuat oleh guru itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan oleh Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2012: 120), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Hal ini tentu agar kegiatan belajar mengajar guru di dalam kelas lebih efektif, efisien, dan tidak keluar pembahasan dari indikator pembelajaran.

Setelah menyusun RPP, langkah selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang telah dirancang tadi. Pertama, guru melakukan observasi dan kajian literatur untuk menemukan permasalahan yang diangkat, serta solusi yang baik untuk mengatasi permasalahannya. Dari pengamatan yang dilakukan baik secara wawancara dan literatur, guru memutuskan menggunakan model Project Based Learning (PjBL) dengan metode Latihan Terbimbing dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru pun menemukan literatur dan sumber belajar yang tepat untuk mendukung pembelajaran tersebut, yaitu: 1) dari Jurnal Sejarah dan Budaya, Tahun Kesebelas, Nomor 1, Juni 2017 yang ditulis oleh Yeni Wijayanti berjudul "Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Sejarah Wanita pada Mahasiswa", dan 2) dari Skripsi yang disusun pada tahun 2011 oleh Dewi Ika Fitriyana berjudul "Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Media Berita dengan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa Kelas X.3 SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga, yang intinya dinyatakan di sana bahwa model Project Based Learning dan metode Latihan Terbimbing mampu meningkatkan kemampuan keterampilan menulis siswa.

 

sumber: dokumentasi pribadi (https://youtu.be/3oc7D9a_ppE?si=5ykOJ3PlokwIj7sB)
sumber: dokumentasi pribadi (https://youtu.be/3oc7D9a_ppE?si=5ykOJ3PlokwIj7sB)

Langkah-Langkahnya...

Dalam kegiatan pendahuluan, guru memberikan apersepsi kepada peserta didik agar mempunyai gambaran awal pembelajaran. Selanjutnya, dalam kegiatan awal, guru memberikan apersepsi, pertanyaan tentang fiksi, karena setelahnya akan diajarkan tentang materi cerita sejarah fiksi. Kemudian, guru menjelaskan ihwal unsur-unsur yang berkaitan dengan cerita sejarah fiksi, baik dalam segi kebahasaan, perbedaan dengan cerita sejarah disertai contohnya. Guru kemudian mengenalkan model pembelajaran Project Based Learning yang diawali dengan tahapan: 1) Menetapkan Tema Proyek, yakni cerita sejarah fiksi Indonesia dan dunia, 2) Mendesain Produk dan Menyusun Jadwal, berupa pendataan cerita sejarah yang akan dibuat menjadi cerpen cerita sejarah yang masing-masing siswa berbeda, 3) Merencanakan dan Memproses Aktivitas, yang berarti siswa mulai mencari bahan dan menulis kerangka karangan untuk dijadikan cerita sejarah fiksi, 4) Monitoring Keaktifan dan Pengembangan Proyek, yang bertujuan agar siswa dapat menyelesaikan naskahnya tepat waktu sembari melihat sejauh mana tulisan mereka, 5) Menguji Hasil, di mana pada fase ini dilakukan Latihan Terbimbing dengan cara siswa maju satu per satu untuk konsultasi tulisan yang sudah dikerjakan; bila ada yang kurang, akan diberi masukan, dan 6) Evaluasi Pengalaman Belajar, yang mana guru mempersilakan siswa mengungkapkan pengalaman belajarnya sekaligus guru menyampaikan capaia akhir pembelajaran. 

Refleksi Pembelajaran

Setelah melakukan pembelajaran di kelas menggunakan model dan metode yang dipilih, secara umum, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilakukan telah mampu meningkatkan keterampilan berbicara dan presentasi peserta didik. Dampak dari pembelajaran tersebut yakni pembelajaran menjadi student centered karena guru bertugas sebagai fasilitator. Dalam proses pembelajarannya pun peserta didik menjadi aktif dan lebih mendapatkan pengetahuan karena dilatih untuk mencari, mendiskusikan, dan menganalisis informasi dari berbagai sumber dan data yang ada, yang didapatkan dari semua proses pembelajaran yang dilakukan tersebut. Sehingga, pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa berhasil menerbitkan antologi cerita cerita sejarah fiksi dengan judul Derai Angin Timur, yang diterbitkan di Haura Publishing dengan nomor ISBN: 978-623-492-315-5.

Terbukti, dengan model dan metode pembelajaran tersebut, guru lebih kreatif dan inovatif dalam menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) karena secara tidak langsung, dengan digunakannya model dan metode tersebut dalam pembelajaran, guru akhirnya dilatih untuk mengembangkan diri dan beradaptasi pada setiap kelas yang diajarnya. Maka dari itu, diperlukan sinergi antarkelompok masyarakat sekolah agar pembelajaran keterampilan tersebut dapat benar-benar sukses dilakukan sesuai dengan tujuan yang dicanangkan di awal.

Kepala sekolah wajib membersamai guru pengajar sekaligus memberikan sosialisasi pentingnya berbicara dan mempresentasikan untuk kehidupan peserta didik kelak di masa depan. Koordinasi yang baik dengan pengajar atau pengambil kebijkan di kejuruan juga penting mengingat keterampilan tersebut berdampak pada salah satu bagian pelaporan praktik kerja industri/lapangan peserta didik. Teman sejawat menjadi pendukung yang dapat berkolaborasi dengan guru lain agar pembelajaran selain mata pelajaran Bahasa Indonesia bisa terkoneksi dengan mata pelajaran lain karena bagaimana pun juga, presentasi pasti dilakukan peserta didik di semua mata pelajaran. Terakhir, tentu peserta didik sebagai aktor utama dalam menyukseskan pembelajaran tersebut. Sikap kooperatif dan pembelajar diharapkan muncul agar peserta didik dapat menyerap materi dengan baik. 

sumber: dokumentasi pribadi (https://youtu.be/3oc7D9a_ppE?si=5ykOJ3PlokwIj7sB)
sumber: dokumentasi pribadi (https://youtu.be/3oc7D9a_ppE?si=5ykOJ3PlokwIj7sB)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun