Mohon tunggu...
Andreas Lalenoh
Andreas Lalenoh Mohon Tunggu... -

Seorang yang biasa-biasa saja yang mempunyai minat sebagai wisatawan, penulis amatir untuk jurnal perjalanannya dengan fokus di sejarahnya, kehidupan masyarakat setempat, dan tentu saja dengan sentuhan makanan dan minuman di setiap tempat yang dikunjunginya. Dia tinggal di Sapa, Propinsi Lao Cai, Vietnam dan bekerja sebagai salah satu executive di sebuah Hotel di Sapa.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ha Long Bay – Masih Layakkah untuk Dikunjungi?

19 Oktober 2010   06:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:18 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibunda tercinta pernah berkata, jangan habiskan cintamu 100%. Simpanlah barang 5% – 10% untuk deposit. Ternyata nasihat itu berlaku juga ketika berwisata. Pengalaman berwisata dan bekerja di dunia wisata mengajarkan untuk selalu travel with open mind and open heart. Bersiaplah untuk menghadapi sesuatu yang tidak disangka-sangka. Expect the unexpected. Setiap kali berkunjung ke suatu tempat, apalagi yang dijuluki sebagai one of the seven wonders of the world lah, atau UNESCO World Heritage site lah, ada baiknya untuk memberikan suatu ruang di pikiran kita yang menyatakan siap untuk kecewa. Itu salah satu tips yang pasti bermanfaat. Seperti pesan Ibunda. Ketika mengunjungi Angkor Wat, alangkah terkejutnya melihat kebersihan tempat itu. Alangkah banyaknya pengemis-pengemis yang menunggu berkah dari para pengunjung. Kok beda dengan yang di photo-photo atau di postcard-postcard? Kalau di gambar, sedemikian anggunnya dan berwibawanya tempat itu. Tapi begitu dari dekat, kotor dan berdebu. Tembok Cina pun demikian, walaupun tidak separah Angkor Wat. Tembok Cina selama kita menggali informasi yang tersebar di Internet, tidak akan kecewa. Tapi ya masih juga merasa terganggu dengan adanya pedagang asongan yang membuka lapaknya di tempat yang sangat strategis untuk pengambilan foto. Pengalaman terakhir adalah minggu lalu di Ha Long Bay, Vietnam. Sebelum berangkat sebenarnya “perasaan tidak enak” sudah ada. Tapi, ya lanjut saja. Berbekal dengan tips diatas, mantaplah hati untuk ke Ha Long Bay. Perjalanan 3 jam dari Hanoi dimulai dengan menembus macetnya Ibukota Vietnam ini karena sedang dalam rangka menyambut ulang tahunnya yang ke-1000 tahun. Tidak seperti di Sapa yang begitu banyak pemandangan alam, perjalanan ke Ha Long Bay bisa dikatakan membosankan. Jalanan yang ditempuh adalah jalan besar bebas hambatan yang tidak ada pemandangan sama sekali. Jadi waktu di jalan dihabiskan dengan mendengarkan music dari iPod, baca buku, atau tidur. Ditengah perjalanan, bus yang membawa rombongan, masuk ke sebuah kawasan industry yang rupanya adalah pusat kerajinan pahat batu yang sepertinya bekerjasama dengan pihak otorita Ha Long Bay untuk dimampirkan kesana. Tidak tertarik, karena dengan model yang sama pun, kejadian ketika mengunjungi Tembok Cina. 30 menit dihabiskan dengan terpaksa di tempat itu. Akhirnya, bus memasuki batas propinsi Quanh Ninh dan pemandangan pantai pun mulai menghibur perjalanan yang agak membosankan. Setiap pengelola junk (kapal yang selalu dijadikan hotel terapung) mempunyai dermaga-dermaga tersendiri. Dan, dengan motor boat kecil berkapasitas 20 orang, para calon penikmat Ha Long Bay pun diantar ke Junk. Letika berada di “lautan lepas”, maka terlihatlah junk-junk dengan model, ukuran, dan jenis yang berbeda-beda. Ada yang 1 lantai, 2 lantai dan ada juga yang 3 lantai. Dari sana bisa dilihat mana yang exclusive dan mana yang hanya untuk one day trip saja. Junk dengan 1 lantai, bisa dipastikan untuk day-tour saja. Day tour ini hanya melayani makan siang di kapal dan kembali ke Hanoi pada sore harinya. Junk dengan 2 lantai, bisa diperkirakan dengan pasti hanya untuk private cruise dengan restaurant di lantai duanya dan yang berlantai 3 ini yang umum dipergunakan. Seperti halnya hotel, jenis kabin pun dibeda-bedakan. Ada yang twin bed, ada yang double bed, dan ada juga yang suite. Hotel terapung. Junk yang terpilih untuk perjalanan kali ini adalah Paloma Cruise. Tidak lama menunggu, panggilan makan siang pun sudah datang. Siang itu, set menu disajikan dengan pilihan didominasi oleh seafood dan sayuran. Total “dishes” yang disajikan untuk set menu ini ada kira-kira 10 dish termasuk buah dan nasi putih. Banyak sekali. Selama makan siang, junk berlayar menuju Bai Tu Long Bay yang terletak di sebelah utara dari Ha Long Bay. Pengaturan perjalanan yang baik, karena sambil makan siang, para pengunjung disajikan pemandangan indah di teluk.

Pemandangan di Bai Tu Long Bay

Tiba kesempatan off the boat yang pertama, yaitu mengunjungi kampung nelayan Vong Vien di Bai Tu Long. Kampung nelayan ini menempati salah satu sudut di teluk Bai Tu Long. Kampung terapung ini didiami oleh banyak keluarga nelayan yang senantiasa mendapatkan supply dari darat dari pemerintah kota setempat. Air bersih, diesel untuk generator, dan bahan sembako lainnya. Sama seperti kampung-kampung lainnya di darat, hanya ini terapung. Sampai sekolah pun terapung.

Kampung Nelayan Terapung Vong Vieng

Sekolah terapung

Salah satu hasil dari para nelayan ini adalah budidaya mutiara yang dikerjakan disana dan hasilnya dikumpulkan untuk dipasarkan bersama-sama. Semacam koperasi. Setiba di Junk, sudah ada pengumuman bahwa akan ada pre-dinner cocktail di sundeck jam 17:30. Masih ada waktu kira-kira 2 jam untuk menikmati keindahan Bai Tu Long. Ada beberapa guest yang memanfaatkan waktu dengan berenang di sekitar kapal. Niat untuk berenang sempat muncul, karena sudah setahun bekerja di gunung dan rindu juga untuk berenang di laut. Tapi, niatan itu harus urung. Laut di kawasan Ha Long Bay berwarna hijau. Tidak biru seperti Koh Phi Phi di Thailand. Karena alasan (sederhana) inilah niat berenang urung dilaksanakan. Sunset pun tiba. Semua guest dikumpulkan di bagian paling atas kapal. Meja panjang sudah disiapkan dan crew pun sudah berkumpul diatas dek. Kegiatan apalagi kalau bukan foto-foto mengabadikan sunset di Ha Long.

Sebenarnya kesempatan ini bisa dimanfaatkan oleh para Crew untuk mengadakan games atau kegiatan communal lainnya, selain mendengarkan musik dari compo tape yang sepertinya “out of place” dan menikmati wine yang kurang jelas asalnya dari mana. Tapi ya sudahlah, kesempatan untuk menikmati suasana sunset dalam diam adalah hal yang paling indah saat itu. Makan malam pun tiba dengan set menu yang berjumlah, sekali lagi, 10 dishes. Diawali dengan cooking class Vietnamese Spring Roll yang nantinya akan disajikan waktu makan malam. Setelah makan malam, duduk-duduk di dek memandang bintang dan kelamnya malam disertai oleh tarian lampu dari Junk yang lain memberikan kesan lain dibanding Sapa. Senyap, tidak ada bunyi kendaraan, dan teriakan khas orang Vietnam. Bahkan suara motor Junk pun tidak ada. Sepertinya dunia berhenti sejenak malam itu. Keesokan harinya, ada tawaran untuk mengikuti kelas Tai-Ichi di dek atau berkumpul jam 07:30 di buritan kapal untuk melihat salah satu gua besar di Ha Long. Kapal pun ketika saat makan pagi sudah mulai mengarahkan haluannya ke arah gua itu. Nama gua itu: Sung Sot.
Gua ini ditemukan kira-kira tahun 1900an oleh expedisi dari Perancis yang sebenarnya mencari monyet untuk mengisi koleksi kebun binatang Hanoi. Tapi yang ditemukan adalah gua berukuran besar yang terletak kira-kira 20 meter di atas permukaan laut. Dan Perancis-Perancis itu pun tecengang dan kaget dengan adanya gua ini. Tercengang/kaget dalam bahasa Vietnam nya adalah Sung Sot. Oleh karena itu nama gua ini adalah Sung Sot Cave. Dari dermaga, beberapa buah anak tangga harus dilewati untuk sampai ke mulut gua. Setelah masuk, ada beberapa ruangan yang sudah dipasangi lampu berkekuatan besar untuk menampilkan lekuk-lekuk gua. Tata lampu ini lah yang membuat gua ini menjadi sangat megah.
Sung Sot
Sung Sot
Pemandangan dalam gua
Pemandangan dalam gua
Pemandangan dalam gua
Pemandangan dalam gua
Pemandangan dalam gua
Pemandangan dalam gua
Gua ini hanyalah salah satu dari gua-gua yang banyak bertebaran di seluruh Teluk. Rasanya, perlu waktu lebih dari 2 hari untuk bisa menjelajah ke seluruh teluk. Tapi memang patut diakui bahwa pemandangan dari atas Sung Sot ini memang menakjubkan. Pemandangan dari atas tidak terbatas dan benar-benar bird’s eye panorama.
Setelah perjalanan ke Gua ini selesai, maka semua penumpang kembali ke Junk untuk bersiap menyelesaikan perjalanan dan kembali ke Hanoi pada siang harinya. Jadi kembali ke pertanyaan diatas, apakah Ha Long Bay masih layak dikunjungi? Untuk saat ini jawaban saya adalah layak. Tapi dengan catatan: cukup sekali. Karena untuk berkunjung lebih dari satu kali, akan sangat membosankan. Kecuali, dengan rute yang berbeda dan dengan variasi-variasi yang berbeda pula. Tepatnya: customized cruising. Karena banyak sekali tempat yang masih bisa dinikmati yang tidak biasa dikunjungi. [Andreas Lalenoh/8-9 Oktober 2010]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun