Mohon tunggu...
Andreas Pisin
Andreas Pisin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Biarpun Gunung-Gunung Beranjak Dan Bukit-Bukit Bergoyang Namun Kasih Setia-Ku Tidak Akan Beranjak Daripadamu

SEIRAMA LANGKAH TUHAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kearifan Suku Dayak dalam Memelihara Lingkungan Hidup

3 Maret 2023   06:00 Diperbarui: 3 Maret 2023   06:08 2611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suku Dayak adalah salah satu etnis pribumi di Indonesia yang memiliki kearifan lokal yang kaya akan nilai-nilai budaya dan lingkungan. Suku Dayak dikenal memiliki tradisi dan kebiasaan yang berorientasi pada alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Berikut adalah beberapa kearifan suku Dayak dalam memelihara lingkungan hidup:

Filosofi Hidup Berkelanjutan

Suku Dayak memiliki filosofi hidup yang dikenal dengan istilah "Hamparan Hati" yang mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Dalam kehidupan sehari-hari, suku Dayak memegang teguh filosofi ini dengan cara mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan dan menghormati hak-hak alam.

Dalam kehidupan sehari-hari, suku Dayak menerapkan filosofi ini dengan cara mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan dan menghormati hak-hak alam. Mereka percaya bahwa manusia dan alam saling membutuhkan dan saling bergantung satu sama lain.

Suku Dayak juga meyakini bahwa manusia adalah bagian dari alam, bukan pemilik atau penghancur alam. Oleh karena itu, mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan alam agar tetap lestari dan memberikan manfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.

Dalam pandangan suku Dayak, filosofi hidup berkelanjutan juga mencakup nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan keadilan sosial. Mereka meyakini bahwa keberhasilan dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan alam hanya bisa dicapai melalui kerja sama dan kebersamaan antara masyarakat, serta perlakuan yang adil terhadap semua makhluk hidup.

Secara keseluruhan, filosofi hidup berkelanjutan dalam pandangan suku Dayak mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam dengan menghargai alam dan sumber daya alam yang ada serta menjaga kelestarian lingkungan hidup agar tetap berkelanjutan bagi generasi selanjutnya.

Pengelolaan Hutan

hutan-lindung-wehea-chris-djoka-6400c2facf40877d4f035e32.jpg
hutan-lindung-wehea-chris-djoka-6400c2facf40877d4f035e32.jpg

https://villagerspost.com/special-report/nehas-liah-bing-perjuangan-warga-dayak-wehea-melestarikan-hutan-desa/

Suku Dayak dikenal memiliki tradisi pengelolaan hutan yang berkelanjutan dengan cara membuka lahan pertanian baru secara bergiliran atau berpindah-pindah. Hal ini dilakukan untuk memastikan agar hutan tetap lestari dan tetap dapat memberikan manfaat bagi masyarakat setempat.

Pengelolaan hutan yang berkelanjutan oleh suku Dayak memiliki beberapa prinsip, di antaranya:

Sistem berpindah-pindah, sistem berpindah-pindah adalah metode yang dilakukan oleh suku Dayak untuk membuka lahan pertanian baru. Mereka melakukan penebangan dan pembakaran hutan secara selektif dan tidak merusak lingkungan yang ada. Setelah lahan pertanian diolah selama beberapa tahun, mereka akan meninggalkannya dan mencari lahan baru untuk diolah kembali. Metode ini bertujuan untuk memastikan kelestarian hutan dan menghindari kerusakan lingkungan yang berlebihan.

Penggunaan kayu secara selektif, suku Dayak menggunakan kayu secara selektif dan hanya menebang pohon yang memang dibutuhkan. Mereka tidak melakukan penebangan hutan secara besar-besaran yang dapat merusak ekosistem hutan dan menyebabkan kerusakan lingkungan.

Penanaman kembali, setelah melakukan penebangan, suku Dayak selalu melakukan penanaman kembali untuk memastikan kelestarian hutan. Mereka menanam berbagai jenis pohon yang memiliki manfaat bagi masyarakat dan ekosistem hutan.

Dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan, suku Dayak mengutamakan kelestarian hutan dan menghormati hak-hak alam. Pengelolaan hutan yang dilakukan oleh suku Dayak telah terbukti dapat mempertahankan keberadaan hutan dan menjaga lingkungan hidup. Oleh karena itu, pengelolaan hutan yang berkelanjutan oleh suku Dayak dapat dijadikan contoh bagi masyarakat lainnya dalam memelihara lingkungan hidup.

Upacara Adat

Upacara adat suku Dayak dalam memelihara lingkungan hidup sering disebut sebagai "Gawai Antaran Sajen". Upacara ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Dayak di pedalaman Kalimantan sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada alam serta sebagai wujud upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Upacara Gawai Antaran Sajen biasanya dilakukan pada saat musim panen tiba, di mana masyarakat Dayak mengambil bagian dalam prosesi upacara untuk meminta doa dan berterima kasih kepada dewa dan roh leluhur mereka atas hasil panen yang mereka peroleh. Selain itu, upacara ini juga dilakukan untuk memohon berkat kepada alam dan memohon keselamatan bagi masyarakat Dayak dan lingkungan hidup mereka.

Dalam upacara ini, masyarakat Dayak menggunakan bahan-bahan alami seperti daun, buah-buahan, dan tanaman obat-obatan sebagai sajen. Mereka juga menggunakan hewan-hewan yang telah diternak atau ditangkap secara adil dan berkelanjutan sebagai bagian dari sajen, sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur mereka kepada alam.

Selain itu, upacara Gawai Antaran Sajen juga biasanya diisi dengan tarian-tarian tradisional, musik, dan cerita-cerita rakyat yang menggambarkan kehidupan masyarakat Dayak dan kehormatan mereka terhadap alam dan lingkungan hidup.

Dengan melakukan upacara Gawai Antaran Sajen, masyarakat Dayak memperlihatkan betapa pentingnya menjaga hubungan yang harmonis dengan alam dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Upacara ini menjadi salah satu bentuk perayaan kearifan lokal yang harus dilestarikan dan dijadikan sebagai contoh dalam memelihara lingkungan hidup bagi masyarakat di seluruh Indonesia.

Referensi:

Setiawati, W., & Sholihin, M. (2018). Kearifan Lokal Suku Dayak dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam. Jurnal Wawasan Kependidikan, 1(1), 17-27.

Sulistyawati, D., Suryadi, K., & Sabdaningsih, A. (2019). Kearifan lokal masyarakat Dayak dalam upaya pelestarian hutan di desa Datah Bilang, Kalimantan Tengah. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management), 9(1), 29-39.

Kusumah, R., & Khoiri, A. (2019). Kearifan lokal masyarakat Dayak Desa Pasir Belengkong dalam menjaga kelestarian hutan. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah, 4(2), 186-194.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun