Mohon tunggu...
Andreas Eko Soponyono
Andreas Eko Soponyono Mohon Tunggu... Guru - Educator | Active Learner

Blessed to be a blessing!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Positif & Negatif Media Massa Dilihat dari Perspektif Literasi Media & Teori Kultivasi Media Massa

28 November 2021   14:08 Diperbarui: 28 November 2021   14:14 5047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, informasi yang diterima sekaligus menerpa khalayak semakin cepat serta dengan kuantitas yang meningkat. Ini merupan sebuah bukti nyata akan perkembangan teknologi dan informasi yang terus melesat tinggi. Media atau alat yang menjadi penghantar pesan pun semakin berkembang tidak sekadar sebatas kertas, namun layer digital yang kapan pun dapat dibuka dengan cepat. Terlebih kecepatan internet yang semakin tinggi juga membawa pesan informasi semakin mudah tersebar tidak saja berupa teks atau tulisan, tetapi berupa gambar, audio dan video. Salah satunya melalui media TV, sebagai media massa.


Pemberitaan media TV seharusnya dapat memberikan edukasi berupa informasi dan pengetahuan kepada masyarakat. Selain, memberikan edukasi, di dalam pemberitaan media TV juga dapat memberikan efek lainnya, misalnya secara emosional. Seringkali sifat empati akan suatu pemberitaan muncul sebagai salah satu bentuk efek isi medianya. Apalagi di tengah kondisi pandemi Covid-19, semakin banyak berita yang sangat menusuk perasaan karena perasaan iba, dan lainnya. Musfialdy & Anggraini (2020) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa sejarah dan perkembangan teori efek media lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi media dan perubahan perilaku masyarakat akibat terpaan media. Hal ini sangat jelas, bahwa setiap tahun atau bahkan setiap periode tertentu akan memberikan efek akan isi media sesuai kondisi atau realitanya saat itu juga.


Namun, pemberitaan di media TV juga perlu ada yang dikritisi dan dipahami dengan baik. Hal ini karena media TV memiliki tujuan organisasi yang sulit dipahami oleh masyarakat umum yang kurang kritis terhadap berita. Bahkan, dapat dilihat bahwa beberapa media TV dikuasai oleh politik, meskipun ini hanya sebagai judgement umum karena media massa memiliki karakteristik akan kenetralannya. Masyarakat tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk menilai mana berita yang kredibel dan mana yang tidak (Anggoro, 2014).


Oleh sebab itu, penulis ingin menganalisis sebagian terpaan media massa, khususnya dengan judul DAMPAK POSITIF & NEGATIF MEDIA MASSA DILIHAT DARI PERSPEKTIF LITERASI MEDIA & TEORI KULTIVASI MEDIA MASSA.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis menuliskan beberapa rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:

  1. Bagaimana isi media massa dan gambarkan termasuk materi isi media yang membawa dampak negatif bagi khalayak?
  2. Bagaimana dampak positif dan negatif media massa yang membawa efek perubahan?
  3. Bagaimana analisa media massa melalui pendekatan Literasi Media serta Teori Komunikasi Mikro dan/atau Makro (salah satunya Teori Kultivasi)?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penulis menetapkan tujuan penulisan makalah sebagai berikut:

  1. Mengetahui isi media massa berupa materi isi, serta dampaknya.
  2. Mengetahui dampak positif dan negatif media massa yang membawa efek perubahan.
  3. Mengetahui analisa media massa melalui pendekatan Literasi Media serta Teori Komunikasi Mikro dan/atau Makro (salah satunya Teori Kultivasi).

 

II. LANDASAN TEORI

2.1 Media Massa

2.1.1 Isi Media Massa

Isi media massa digolongkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:

  • Berita (news)

Berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang (Kusumaningrat & Kusumaningrat, 2019, hal. 40). Definisi mengenai berita juga dapat dikatakan bukanlah cerminan dari kondisi sosial, tetapi pelaporan dari aspek yang menonjol (McQuail, 2011, hal. 121). Kelompok berita meliputi antara lain: berita langsung (straight news), berita menyeluruh (comprehensive/depth news), berita mendalam (depth news), pelaporan mendalam (depth reporting), berita penyelidikan (investigative news), berita khas bercerita (feature news), dan berita gambar (photo news). Contoh dari berita: program Kabar Petang di media massa TV One, program Liputan 6 Siang di media massa SCTV, dsb.

  • Opini (views)

Opini merupakan sebuah pernyataan preferensi atau adanya kecenderungan terhadap satu pihak argument atau pilihan yang ada (McQuail, 2011, hal. 279). Kelompok opini, meliputi tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel, kolom, esai dan surat pembaca. Dalam surat kabar, biasanya opini mendapat halaman tersendiri dan tidak tergabung dengan berita dengan tujuan agar tidak keliru dalam menafsirkan isinya. Contohnya: adanya kolom opini dan tajuk rencana di surat kabar Kompas, dsb.

  • Iklan (advertising)

Iklan merupakan suatu isi di media massa yang memuat akan informasi suatu barang atau jasa yang ditawarkan dalam rangka mempersuasif penonton untuk membeli atau menggunakannya. Saat ini, iklan di media massa sangat berkembang begitu besar. Bahkan, sebagian besar menjadikan iklan sebagai teknik marketing sekaligus menguntungkan media mass aitu sendiri. Contoh dari iklan sangat banyak, misalnya; iklan akan shampo Pantene yang banyak dimuat di media massa TV seperti Indosiar, SCTV, dsb bahkan iklan ini juga terdapat di surat kabar.

2.1.2 Komunikasi Massa

Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media massa cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Ardianto, Komala, & Karlinah, 2017, hal. 6). Komunikasi massa merupakan produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, 2011, hal. 186). Dalam komunikasi massa, baik komunikator maupun komunikan tidak bisa mengatur jalannya pembicaraan, baik ketika menyampaikan maupun menerima pesan. Beberapa karakteristik komunikasi massa, yaitu:

  • Komunikator terlembaga.

Karakteristik komunikasi massa ini merupakan salah satu karakteristik melihat dari sisi komunikatornya atau penyampai pesan/informasi. Kita tahu juga bahwa komunikasi massa menggunakan media massa, baik berupa media massa cetak seperti koran, majalah dan sebagainya, maupun media massa elektronik seperti televisi, radio, dan sebagainya. Media massa pun berada dalam suatu lembaga atau organisasi tertentu, sehingga komunikatornya pun berada dalam lingkup dari lembaga tersebut (Ardianto, Komala, & Karlinah, 2017). Disinilah perlu dipahami bahwa komunikator tersebut terikat dengan lembaga tersebut, artinya bahwa komunikator tersebut menyusun pesan dalam bentuk artikel menurut keinginannya atau atas permintaan dari lembaga media tersebut. Proses untuk mempublikasikan artikel tersebut pun melalui proses yang berlaku di lembaga tersebut sesuai dengan alur editing dan publikasi yang telah ditetapkan.

  • Komunikan bersifat anonim.

Komunikasi massa menggunakan media massa baik berupa media massa cetak maupun media massa elektronik. Pesan yang disampaikan melalui media massa tersebut dinikmati atau dibaca atau ditonton oleh khalayak, di mana khalayak di sini bukan sekadar pada seseorang semata, namun siapa saja dapat menerima pesan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa komunikan sebagai si penerima pesan, tidak diketahui identitasnya oleh si komunikator seperti komunikasi yang terjadi antarpersonal. Komunikasi massa tidak dapat membatasi siapa yang menjadi komunikannya secara personal, namun mungkin ada yang membatasi sebatas usia. Namun, meskipun dibatasi oleh usia, kembali lagi bahwa komunikannya tidak dapat dikenali secara personal seperti nama, alamat rumahnya atau pendidikannya. Menurut KBBI, anonim memiliki arti “tanpa nama; tidak beridentitas”. Dari sinilah dapat dikatakan bahwa komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim, sedangkan komunikatornya tidak anonim.

  • Komunikan bersifat heterogen.

Media massa berbentuk cetak maupun elektronik merupakan media yang digunakan dalam komunikasi massa. Media massa seperti koran, majalah, televisi dan radio dibaca atau ditonton oleh masyarakat luas atau sering disebut khalayak. Sehingga, khalayak tersebut adalah komunikan atau penerima pesan dari media massa yang dinikmatinya. Hal ini menunjukkan bahwa komunikator menyampaikan pesan dalam komunikasi massa kepada komunikan yang memiliki tingkat jenjang pendidikan yang berbeda, suku, agama dan tingkat ekonomi yang berbeda pula. Keberagaman dari komunikan inilah yang membuktikan bahwa komunikan bersifat heterogen.

  • Komunikasi massa bersifat satu arah

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, bahwa komunikasi massa melalui media massa dan dinikmati oleh khalayak yang beragam, namun tidak terjadi interaksi saling bertukar pesan dari komunikator ke komunikan, dan sebaliknya. Komunikan tidak dapat menanggapi pesan yang disampaikan oleh media massa tersebut secara langsung kepada komunikatornya, kemudian mendapat feedback kembali. Selain itu, komunikator hanya dapat menyampaikan pesannya melalui media massa untuk komunikasi massa yang terjadi, sehingga alur komunikasi hanya dari komunikator ke komunikan saja.

2.2 Literasi Media

2.2.1 Pengertian Literasi Media

Menurut Ardianto, Komala, & Karlinah (2017, hal. 215), literasi media (media literacy) merupakan kemampuan untuk proses analisis dan pembelajaran atas pesan-pesan yang disampaikan melalui media, baik cetak, audio, video atau pun multimedia. Hal ini juga sesuai dengan yang diungkapkan oleh The National Telemedia Council dalam Silverblatt (2014, hal. 4) bahwa media literacy as “the ability to choose, to understand within the context of content, form/style, impact, industry and production to question, to evaluate, to create and/or produce and to respond thoughtfully to the media we consume". Baran & Davis (2012, hal. 35) juga sependapat dengan definisi di atas bahwa literasi media merupakan ability to access, analyze, evaluate, and communicate media messages.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa literasi media (media literacy) merupakan suatu kemampuan yang di mulai dari sebelum sampai setelah menggunakan media, yaitu dari kemampuan mengakses, menyaksikan/ menonton/ membaca, proses menganalisis sampai memberikan tanggapan terhadap suatu media yang digunakan, sehingga dengan adanya literasi media, masyarakat atau penonton atau pembaca dapat menanggapi isi pesan yang disampaikan secara kritus dan bernilai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun