Mohon tunggu...
Andreas Nofrino Apur
Andreas Nofrino Apur Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya adalah orang baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemuda sebagai Penjaga Identitas Masyarakat Manggarai

4 Desember 2024   07:32 Diperbarui: 4 Desember 2024   07:37 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.502 pulau. Kondisi ini melahirkan beragam identitas yang menjadi corak dan ciri khas dari bangsa Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke memiliki identitas yang membedakan dengan pulau lainnya. Kondisi inilah yang menjadi salah satu kekayaan bangsa yang patut dan harus dijaga. Sehingga menjadi tanggung jawab warganya untuk menjalankan peran ini. Tidak terlepas masyarakat Manggarai yang mempunyai identitas sendiri.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), identitas adalah ciri-ciri, keadaan khusus seseorang atau jati diri. Sedangkan menurut Wikipedia, identitas adalah kesamaan ciri-ciri antar beberapa manusia serta ciri-ciri yang membedakan manusia yang satu dengan yang lain. Singkatnya, identitas adalah ciri-ciri yang merekat dalam diri setiap manusia.

Pada umumnya, identitas disandarkan pada ciri yang bersifat alamiah. Identitas jenis ini biasanya lebih mudah untuk dikenali secara fisik. Namun ada pula identitas yang tidak berangkat dari ciri-ciri alamiah, namun karena dilekatkan secara sosial seperti identitas berbasis agama, suku/etnis. Identitas ini dapat diamati melalui praktik-praktik kehidupan sosial, misalnya tradisi yang dirawat dan diwariskan oleh suku-suku yang ada. 

Manggarai adalah salah satu kelompok etnis Indonesia yang berasal dari bagian barat pulau Flores, dengan jumlah penduduk 325.530 jiwa/2019 (Badan Pusat Statistik). Identitas masyarakat Manggarai, membedakannya dengan etnis-etnis lain, meskipun dalam satu daratan yang sama. Identitas (secara sosial) masyarakat Manggarai berbeda dengan masyarakat Flores lainnya meskipun masih dalam satu pulau yang sama. 

Baik dari ritual adatnya, pakaian adat, rumah adat, tarian, alat musik, hingga kebiasaan yang dimiliki masyarakatnya. Bahasa Manggarai mempunyai sekitar 43 subdialek. Adapun rumah adat disebut Mbaru Tembong atau Mbaru Gendang, tarian daerah berupa tarian caci, ritus perkawinan berupa wagal, permainan tradisional berupa rangkuk alu, dan masih banyak lagi. 

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat cepat menghanyutkan masyarakat hingga pada titik kehilangan identitas. Hali ini nampak dalam kehidupan sosial masyarakat yang semakin menunjukkan kelunturan nilai-nilai kebudayaan. Warisan yang menjadi kekayaan bangsa merosot secara perlahan tanpa disadari. 

Penurunan nilai-nilai kebudayaan masyarakat Manggarai pada saat ini dipertontonkan oleh gaya hidup masyarakat itu sendiri. Permainan rangkuk alu yang dulu sering dimainkan oleh anak-anak sekarang tidak. Tarian caci sudah sangat jarang diadakan dan bahkan ada anak muda Manggarai yang tidak pernah bermain caci atau yang lebih parah mereka tidak pernah melihat tarian caci. 

Banyak juga anak muda orang Manggarai asli tidak bisa berbahasa Manggarai. Selain itu ada juga goet-goet (peribahasa Manggarai) yang mulai dilupakan anak muda. Semua itu merupakan bentuk penurunan nilai-nilai kebudayaan masyarakat Manggarai.

Pada saat ini, pemuda menjadi tonggak yang menopang bangsa. Tidak terlepas pemuda Manggarai. Para pemuda menjadi harapan bangsa untuk menahan segala pengaruh yang menyebabkan kehilangan identitas. Sehingga peran kita sebagai pemuda sangat dibutuhkan. Peran itu ditunjukkan dalam beberapa hal berikut. Pertama, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. 

Sebagai pemuda kita hendaknya selalu turut serta dalam kegiatan kemasyarakatan yang berbau budaya. Hal ini bertujuan supaya kita tahu dan mengerti tentang budaya dan identitas kita. Sehingga nantinya kita mampu menjadi penggerak untuk menghidupkan kembali identitas kita sebagai masyarakat Manggarai. 

Kedua, memperbanyak perluasan literasi tentang kebudayaan. Dari literasi kita akan mengetahui lebih banyak hal yang harus kita lakukan sebagai pemuda untuk melawan segala hal yang mengancam lunturnya identitas kita sebagai orang Manggarai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun