Mohon tunggu...
ANDREAS SUPRONO
ANDREAS SUPRONO Mohon Tunggu... Guru - Menyukai Pendidikan, Sains dan Teknologi

Melihat dengan hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

LMS Moodle di Kurikulum Merdeka

27 Juni 2024   11:00 Diperbarui: 27 Juni 2024   14:47 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: koleksi pribadi

Akhir akhir ini saya berminat sekali menyimak perkembangan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Senang rasanya ada perubahan baru di bidang pendidikan, kurikulum baru. Rasa penasaran ada, rasa dag dig dug ada, namun tetap optimis ada perubahan baru yang lebih baik. Nama kurikulumnya menarik, yaitu ada istilah merdeka, membuat penasaran saja.

Semoga apa yang menjadi harapan saya menjadi kenyataan, yaitu pendidikan di Indonesia akan menjadi jauh lebih baik lagi. Setelah membaca dan ikut webinar-webinar sosialisasi  IKM, saya sedikit banyak menangkap maksud dan tujuannya. Kebetulan saat ini saya juga baru ikut Pendidikan Guru Penggerak (PGP), jadilah mantap saya, ikut mendukung IKM ini.

Saya begitu tertarik dengan perumpamaan yang diangkat oleh Ki Hajar Dewantoro (KHD), yaitu bahwa seorang guru itu tidak lain ibarat seorang petani yang merawat padi padinya. Sangat teduh di hati. Dan merupakan tugas yang sama sama mulia. Merawat, menjaga, sampai tanaman padi benar benar tumbuh sebagai padi, dan padi yang subur dan berbuah bagus.

Semangat KHD mewarnai Kurikulum Merdeka yaitu memerdekakan anak, dalam belajar tentunya. Untuk sekolah demikian juga, dimerdekakan dalam menjaga dan merawat 'padi-padi'nya (muridnya). Dengan cara apa dan bagaimana, merdeka menentukan. Adalah hal yang sama dengan pak Tani, bisa dengan cangkul yang diasah tajam untuk membalik tanah, bisa dengan membuat jadwal rutin dan selalu dikontrol dalam mengairinya, bisa membuat aneka ragam cara dan bahan dalam menanggulangi hama hama yang berdatangan, dan sebagainya. Yang tahu keadaannya adalah sekolah masing masing. 

Tapi jangan lupa, semerdeka merdekanya sekolah dalam menentukan langkah apa yang akan dilakukan untuk IKM, seperti halnya dalam Program Guru Penggerak, tetap melihat aset sekolah. Sekolah punya modal apa, punya kebisaan apa, yang merupakan modal tadi, aset, untuk dioptimalkan dikembangkan.

Di sekolah saya, salah satu 'cangkul' pak Tani yang dioptimalkan dalam penggunaan LMS dengan aplikasi moodle. Setelah ditimbang timbang dengan baik tentunya, aset sekolah saya memungkinkan. Untuk server menggunakan server bekas kegiatan UNBK, koneksi lokal sudah memadai, akan dijalurkan ke internet juga sudah siap, para guru sudah 'mencicipi' LMS sejak tahun 2011-an, ada admin yang bisa mengurusnya, punya 3 laboratorium komputer dengan 90 komputer client, di tiap kelas sudah terpasang akses point, para murid mayoritas sudah punya laptop dan hampir semua punya HP android. Itu aset sekolah saya.

Dukungan LMS moodle bagi Kurikulum Merdeka

Nah yang akan menjadi fokus dukungan LMS moodle bagi Kurikulum Merdeka ada beberapa hal. Yang pertama adalah merdeka belajar, bagi guru juga bagi murid. Diarahkan pada ketersediaan materi yang akan disiapkan oleh guru di LMS, ragam materi juga bisa bervariasi mendukung diferensiasi pembelajaran, waktu belajar bagi murid yang dapat diatur oleh murid sendiri. 

Murid merdeka mengaksesnya, guru merdeka mempersiapkannya. Watak mandiri akan terbentuk di murid, yang sesuai dengan salah satu nilai Profil Pelajar Pancasila.

Berikutnya adalah adanya menu forum di LMS. Pada menu ini bisa digunakan untuk mengoptimalkan kecakapan abad 21 yaitu komunikasi dan kolaborasi. Komunikasi dapat terarah, terpantau oleh guru. Guru wajib memotivasi murid agar menu forum ini benar benar dimanfaatkan sebaik baiknya.

Dapat dimanfaatkan untuk membangun modul pembelajaran. Pada menu lesson, guru dapat membangun modul untuk pembelajaran, bisa diatur sedemikian rupa baik kontennya bisa disesuaikan dengan prinsip diferensiasi pembelajaran misalnya ada yang berbentuk text, ada yang berbentuk video, atau bentuk bentuk yang lain, ataupun settingan waktu dan progres murid dalam belajarnya. 

Moodle mempunyai banyak menu pengaturan untuk keperluan ini. Dan juga mendukung kegiatan proyek, yang merupakan sepertiga aktivitas pada Kurikulum Merdeka ini.

Karena guru juga adalah seorang 'petani', maka jangan lupa prinsip menghamba pada murid, seperti juga pak Tani yang menghamba pada padinya. Maka ketika menyiapkan konten di LMS beserta pengaturannya, kepentingan yang paling utama tidak lain dan tidak bukan adalah kepentingan murid, 'padi' yang hendak dioptimalkan pertumbuhannya.

Membangun LMS moodle

Tidak adil jika tidak saya sertakan teknis membangun LMS moodle. Maka untuk tahap persiapannya, sediakan server yang lumayan handal, server bekas kegiatan UNBK bisa dimanfaatkan. Lalu instali dengan aplikasi server lokal, di sekolah saya menggunakan aplikasi xampp yang open source, bisa didownload di sini: https://www.apachefriends.org/download.html . 

Setelah itu mendownload aplikasi moodle yang juga open source di: https://download.moodle.org/ lalu instal di aplikasi xampp tadi. Untuk langkah detailnya bisa browsing di internet, sangat banyak tutorialnya. 

Setelah itu tinggal pilihan dari sekolah saja, akan hanya dimanfaatkan di jaringan lokal, atau dapat diakses di rumah oleh murid. Jika supaya dapat diakses di rumah (tidak hanya di sekolah), maka ada langkah tambahan yaitu 'dijalurkan' lewat mikrotik (yang menggunakan mikrotik) dan harus mempunyai IP publik.

 Saran saya, lebih baik pilih yang kedua, supaya bisa diakses murid di manapun dan kapan pun. Segi positifnya menggunakan server lokal (dengan jaringan lokal), tanpa ada internetpun, aplikasi LMS moodle dengan server lokal dapat digunakan di sekolah, dan lebih cepat dalam koneksinya.

Dari segi keamanan, LMS moodle dilengkapi dengan aplikasi Safe Exam Browser (SEB), di mana dengan aplikasi ini layar murid dapat terkunci, sehingga ketika ujian berlangsung, murid tidak bisa membuka apapun, seperti sambil browsing internet, tidak dapat copy-paste, dan mengurangi tingkat kecurangan murid. SEB dapat didownload di https://safeexambrowser.org/download_en.html , dan juga open source. 

Di sekolah saya telah dimanfaatkan untuk ujian sumatif, baik itu Penilaian Tengah Semester (PAS), Penilaian Akhir Semester (PAS), Penilaian Akhir Tahun (PAT), Tes Penjajakan Hasil Belajar Siswa (TPHBS, untuk kelas XII), dan Ujian Sekolah (USEK, juga untuk kelas XII). Pelaksanaan ujian ujian tersebut dapat berjalan dengan lancar.

Dukungan sekolah dan peran aktif semua guru.

Agar dapat betul betul optimal dalam mendukung Kurikulum Merdeka, sekolah harus mendukung, dan semua guru harus berperan aktif. Jangan sampai malah sekolah melirik aplikasi aplikasi tawaran dari 'pihak ketiga', yang banyak ditawarkan. Maka sarannya optimalkan aset sekolah. Hal ini juga mendukung kemandirian sekolah, menggunakan 'produk' sendiri.

Supaya para guru semakin mahir dan tidak 'berpindah ke lain hati' alias menggunakan aplikasi lain, maka pendampingan perlu dilakukan. Sekaligus memberi semangat.

Dan untuk sekolah juga menganggarkan dan memfasilitasi untuk perwatan peralatan dan upgrade jika diperlukan. 

Kebijakan sekolah dan kesepakatan bersama akhirnya menjadi penting. Untuk mensukseskan pelaksanaan Kurikulum Merdeka yang sebentar lagi akan kita nikmati manfaatnya bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun